Episode 2. Gangguan

AKH...!

Teriak tertahan Neha saat sebuah tangan memgang tangannya. Dan tiada disadari, hal tersebut ternyata sukses membangunkan sisi pendekar Neha.

Perempuan cantik itu pun memberikan sodokan pada perut sosok di belakangnya dengan sikutnya. Tak hanya itu, Neha pun berhasil meraih tangan sosok itu dan membanting tubuhnya. Dari ukuran tangan dan tubuhnya Neha yakin, jika sosok itu laki-laki.

"Aww....!!" Sosok mengeluh.

"Kak Aabid...?!" ucap Neha.

Aabid mengeluh seraya bangkit. Mata Neha membulat sempurna. Tangannya menutup mulutnya.

"Kau ini pendekar juga ya...?" ucap Aabid sambil rebah di tempat tidur.

"Maaf. Aku...aku tidak tahu jika itu kakak" ucap Neha gamang.

"Jika bukan aku, lalu siapa? Hantu? Dedemit...?"

"Ya...mungkin sejenis itu"

"Kau...." ucap Aabid.

Mata laki-laki itu membulat. Dan Neha duduk di sebelah Aabid dengan rasa penyesalannya.

"Maafkan aku, kak..." ucap Neha seraya menyimpan tatapannya di ujung kakinya.

"Maaf? Kenapa kau meminta maaf...?"

Neha terkesiap. Matanya menatap sepasang kaki besar di hadapannya. Sontak Neha pun mengangkat wajah. Alangkah terkejutnya saat ia mendapati Aabid tengah berdiri di hadapannya.

"Kak...Bukankah kau tadi di sini?" ucap Neha sambil menunjuk sisi tempat tidur dimana Aabiid berada sebelumnya.

"Aku baru sampai dari kamar ibu...."

"Bagaimana...ini" ucap Neha.

Perlahan ia menjauhi Aabid dan kemudian ambil langkah seribu. Yuph, Neha berlari ke luar kamar. Rasa mencekam yang ia rasakan membuatnya histeris.

"Ibu....ibu....!" teriak Neha berulangkali.

Polah Neha tersebut tentu membuat seisi rumah gempar. Ibu yang mulai terlelap terbangun. Begitupun dengan beberapa asisten rumah tangga.

Maryam, ibu dari Aabid cemas. Ia teringat peristiwa yang menimpa keenam menantunya yang berumur sehari itu.

Maryam segera keluar kamar dan mendapati Neha yang menangis. Sebuah pemukul baseball terpancang di tangannya. Gadis yang baru sehari menjadi menantunya itu langsung memeluk Maryam ketika mendapati kehadirannya.

"Ada apa, Ndok..." ucap Maryam cemas.

Namun belum lagi, Neha menjawab Aabid berdiri di ambang pintu. Dengan gontai ia melangkah mendekati Maryam yang masih memeluk Neha.

"Sebenarnya tidak ada apa-apa, Bu. Neha hanya terkejut" ucap Aabid sambil duduk di sofa, dekat Maryam dan Neha.

"Terkejut, bagaimana?!" ucap Maryam.

"Neha terkejut melihat saya. Saya salah juga, mendekati Neha dengan tiba-tiba tanpa ba-bi-bu..." jelas Aabid.

Beberapa asisten rumah tangga yang ada terdengar cekikikan. Tawa mereka seketika tertahan saat tatapan dingin Aabid menyasar menatap mereka.

"Walaaah, Ndok. Ibu kira ada apa. Ini suami mu loh. Kok ya malah takut"

"Tapi, Bu....Tadi kak Aabid. Kak Aabid..." ucap Neha terputus.

"Apa perlu ibu temani tidur kalian?" goda Maryam.

"Ya... Tidak begitu juga, Bu" ucap Aabid.

"Sudah....pergi kembali ke kamar. Sudah larut malam" ucap Maryam sambil tersenyum.

Neha pun menuruti Maryam. Sedikit ragu ia melangkah sejajar dengan Aabid yang terlihat dingin. Sesekali ia melirik pada Aabid dengan gamang.

"Apa benar tadi adalah kak Aabid? Kenapa ada perasaan aneh begini saat berdekatan dengan kak Aabid?" batin Neha hingga sampai kembali di ruang pribadi mereka.

Aabid tersenyum tipis. Matanya menatap sesaat wajah cantik Neha. Tangan kekarnya membetulkan beberapa helai rambut yang menutupi wajah Neha.

"Istirahat lah. Aku akan menjaga mu" ucap Aabid.

"Tapi....Apa yang tadi itu kakak?"

"Ya, tentu saja. Kau tidak percaya? Ah, sudahlah. Em, aku ke dapur dahulu ya. Ingin mengambil air minum. Kebetulan sudah habis" ucap Aabid sambil menunjuk gelas kosong di meja.

Neha mengangguk ragu. Matanya tampak menatapi punggung laki-laki yang kini telah menjadi suaminya itu dengan gamang. Neha terus saja menatap Aabid di setiap langkahnya. Dan di bawah temaram lampu, siluet Aabid kian tegap. Neha tersenyum.

Tapi tunggu...di bawah temaram cahaya lampu, Aabid tampak menghentikan langkahnya. Dan hal itu membuat Neha penasaran. Mengapa laki-laki gagah itu tak melanjutkan langkahnya.

Tak sampai hitungan detik, Aabid memutar tubuhnya dengan perlahan. Seiring dengan itu terbitlah seringai menghiasi wajah Aabid. Selain itu kepalanya pun bergerak-gerak tak terkendali. Begitu mengerikan. Wajah tampan itu telah berubah menakutkan. Kemudian mendadak tubuh Aabid berubah. Ia menjadi besar dan tinggi hingga mencapai bubungan atap. Melihat itu, Neha kembali histeris. Ia begitu ketakutan mendapati Aabid yang seperti demikian.

"Akhhhh.....!!!" teriak Neha.

"Jangan...! Jangan mendekat....!!" ucap Neha berulangkali.

"Neha...Neha!! Bangun..." ucap Aabid sambil menepuk-nepuk pipi istri yang baru semalam itu.

Neha terbangun. Peluhnya membanjiri tubuh. Nafasnya pun memburu.

"Kau bermimpi?" ucap Aabid.

BUK...

Neha memukul dada Aabid. Cukup keras sehingga laki-laki itu pun meringis menahan sakit.

"Ada apa dengan mu?!" ucap Aabid sedikit meninggikan suara.

"Ada apa dengan mu katamu?!"Ada apa??!! Apa kakak tidak ingat, jika sebentar lalu kakak baru saja jadi raksasa yang menakutkan. Tinggi kakak mencapai bubungan langit-langit rumah....!!!" teriak Neha.

"Aku? Kau bermimpi. Aku baru saja dari luar menemui ibu"

"Lalu yang tadi....."

"Rasanya begitu nyata. Tidak mungkin jika itu mimpi"

"Sudah, mandi sana....Sebentar lagi tanggapan Jaranan akan mulai"

"Tanggapan Jaranan? Ah, tidak. Neha tidak mau. Sejak dahulu Neha paling ogah melihat tontonan itu. Neha di dalam saja ya..." ucap Neha.

"Di kamar maksud mu? Nanti ada raksasa lagi loh..." ucap Aabid.

Mendengar ucapan Aabid, Neha buru-buru mendekati Aabid. Lebih tepatnya lompat. Neha mengapit lengan Aabid. Beberapa pukulan ringan pun bersarang di lengan laki-laki tampan itu. Aabid tertawa ringan mendapati polah istri ketujuhnya itu.

"Wah, ibu senang melihat pengantin baru seperti ini..." ucap Maryam yang tiba-tiba saja sudah berada dalam kamar.

"Ibu..." ucap Aabid dan Neha hampir bersamaan.

Neha pun buru-buru melepas apitan tangannya di lengan Aabid. Wajahnya memerah. Neha malu.

Diam-diam ujung mata Aabid memperhatikan wajah Neha yang bersemu merah. Sisi kelaki-lakiannya terasa berontak melihat wajah cantik Neha.

"Cantik...." gumam Aabid memuji Neha.

Menyaksikan polah anak laki-laki semata wayangnya itu, Maryam tersenyum.

"Maaf, ibu masuk tanpa ketuk pintu. Tadi ibu lihat pintunya terbuka, jadi ibu masuk saja. Dan ibu bahagia mendapati kalian baik-baik saja" ucap Maryam sumringah.

Bagaimana Maryam tidak bahagia, satu malam telah dilewati Aabid dan Neha. Dan Maryam berharap ini adalah pertanda baik untuk keberlangsungan rumah tangga keduanya. Walau ada bayang ketakutan akan berulangnya peristiwa yang menimpa keenam menantunya, namun terbersit harapan mulai menyelimuti hati Maryam saat mendapati keduanya baik-baik saja di padi hari.

"Ah, tidak apa-apa Bu..." ucap Neha yang langsung membantu Maryam meletakkan menu sarapan.

"Sengaja ibu bawakan makan pagi kalian. Agar bisa asyik berduaan saat makan..." bisik Maryam sambil mengusap pucuk kepala Neha.

Neha tersenyum. Wajahnya kembali merona. Rasa takutnya terusir oleh kata canda Maryam yang sangat membuatnya malu hati. Bahkan rasa sedihnya karena harus menikah cepat pun berangsur hilang.

"Ngobrol terus, kapan makannya..." ucap Aabid.

"Oiya, Haha...." tawa Maryam disambut yang lain.

Seraya dengan itu, Maryam bersama seorang asisten rumah tangganya itu pun meninggalkan ruangan pribadi pengantin baru itu sekaligus menyisakan senyum di ujung bibir keduanya.

"Kak Aabid, mau sarapan sekarang?" tanya Neha sambil merapikan makanan.

Neha mengangkat wajahnya. Tanyanya tak mendapat perhatian.

Deg.

Wajah Neha kembali merona karena saat itu, Aabid tengah menatapnya. Senyum tipis pun menghiasi wajahnya.

"Kak..." ucap Neha.

Tangannya menggugah lengan Aabid.

"Sstt...." isyarat Aabid sambil meletakkan jari telunjuk di depan bibirnya.

Neha celingukan. Matanya menyisir sisi kanan-kiri. Mencari sesuatu yang mungkin bisa menjelaskan, mengapa Aabid berlaku demikian.

"Ada apa, Kak...?" ucap Neha setengah berbisik.

Neha pun sedikit mendekat pada Aabid, khawatir ada sesuatu yang membahayakan. Bukankah Aabid adalah tempatnya berlindung kini?

"Biarkan aku menatap wajah cantik mu, Neha..." ucap Aabid setengah berbisik.

"Apaan sih, Kak...." ucap Neha malu.

Tanpa basa-basi, Aabid merengkuh Neha dan memeluknya erat.

"Neha....."

Sebuah suara menyisip di antara angin yang baru saja masuk melewati jendela yang terbuka.

Neha terkesiap. Bulu kuduknya meremang. Neha menajamkan telinga. Khawatir salah.

"Neha...."

Dan sekali lagi, neha mendengar suara lalu yang terasa menakutkan itu.

Episodes
1 Episode 1. Pernikahan Ketujuh
2 Episode 2. Gangguan
3 Episode 3. Ikatan Janji Darah
4 Episode 4. Ruang Rahasia (1)
5 Episode 5. Ruang Rahasia (2)
6 Episode 6. Ruang Rahasia (3)
7 Episode 7. Air Bunga
8 Episode 8. Dibawanya Aabid...
9 Episode 9. Laki-laki misterius itu adalah....
10 Episode 10. Rumah Kayu Tua
11 Episode 11. Pertarungan Dengan Penghuni Hutan Tanggamus
12 Episode 12. Pertarungan dengan Penunggu Hutan Tanggamus
13 Episode 13. Cerita Baroon
14 Episode 14. Sisi Terang Hutan Tanggamus
15 Episode 15. Sisi Terang Hutan Tanggamus
16 Episode 16. Korban Ketujuh
17 Episode 17. Istana Penghuni Hutan Tanggamus
18 Episode 18. Pertemuan yang tak terduga
19 Episode 19. Sumber Kekuatan
20 Episode 20. Neha....!!!
21 Episode 21. Nge-Balelo
22 Episode 22. Ngalih Ke Pesantren 1
23 Episode 23. Ngalih Ke Pesantren 2
24 Episode 24. Percayalah Neha. Dia anak ku...
25 Episode 25. Kehamilan Gaib 1
26 Episode 26. Kehamilan Gaib 2
27 Episode 27. Pengakuan Yang Menyakitkan
28 Episode 28. Kembalinya Sang Mantan 1
29 Episode 29. Kembalinya Sang Mantan 2
30 Episode 30. Jerat Menyesatkan
31 Episode 31. Kelahiran Bayi laknat
32 Episode 32. Jangan Pergi, Kak....!
33 Episode 33. Kerasukan
34 Episode 34. Perebutan si jabang Bayi
35 Episode 35. Pengantin...
36 Episode 36. Namanya Satria
37 Episode 37. Obat Untuk Neha
38 Episode 38. Menjenguk Ibu
39 Episode 39. Tamu Tak Di Undang
40 Episode 40. Siapa Dia...?
41 Episode 41. Kedatangan Calon Pengantin
42 Episode 42. Kedatangan Calon Pengantin
43 Episode 43. Wajah Yang Hilang
44 Episode 44. Perjalanan Menegangkan
45 Episode 45. Pernikahan Yang Ganjil (1)
46 Episode 46. Pernikahan Ganjil (2)
Episodes

Updated 46 Episodes

1
Episode 1. Pernikahan Ketujuh
2
Episode 2. Gangguan
3
Episode 3. Ikatan Janji Darah
4
Episode 4. Ruang Rahasia (1)
5
Episode 5. Ruang Rahasia (2)
6
Episode 6. Ruang Rahasia (3)
7
Episode 7. Air Bunga
8
Episode 8. Dibawanya Aabid...
9
Episode 9. Laki-laki misterius itu adalah....
10
Episode 10. Rumah Kayu Tua
11
Episode 11. Pertarungan Dengan Penghuni Hutan Tanggamus
12
Episode 12. Pertarungan dengan Penunggu Hutan Tanggamus
13
Episode 13. Cerita Baroon
14
Episode 14. Sisi Terang Hutan Tanggamus
15
Episode 15. Sisi Terang Hutan Tanggamus
16
Episode 16. Korban Ketujuh
17
Episode 17. Istana Penghuni Hutan Tanggamus
18
Episode 18. Pertemuan yang tak terduga
19
Episode 19. Sumber Kekuatan
20
Episode 20. Neha....!!!
21
Episode 21. Nge-Balelo
22
Episode 22. Ngalih Ke Pesantren 1
23
Episode 23. Ngalih Ke Pesantren 2
24
Episode 24. Percayalah Neha. Dia anak ku...
25
Episode 25. Kehamilan Gaib 1
26
Episode 26. Kehamilan Gaib 2
27
Episode 27. Pengakuan Yang Menyakitkan
28
Episode 28. Kembalinya Sang Mantan 1
29
Episode 29. Kembalinya Sang Mantan 2
30
Episode 30. Jerat Menyesatkan
31
Episode 31. Kelahiran Bayi laknat
32
Episode 32. Jangan Pergi, Kak....!
33
Episode 33. Kerasukan
34
Episode 34. Perebutan si jabang Bayi
35
Episode 35. Pengantin...
36
Episode 36. Namanya Satria
37
Episode 37. Obat Untuk Neha
38
Episode 38. Menjenguk Ibu
39
Episode 39. Tamu Tak Di Undang
40
Episode 40. Siapa Dia...?
41
Episode 41. Kedatangan Calon Pengantin
42
Episode 42. Kedatangan Calon Pengantin
43
Episode 43. Wajah Yang Hilang
44
Episode 44. Perjalanan Menegangkan
45
Episode 45. Pernikahan Yang Ganjil (1)
46
Episode 46. Pernikahan Ganjil (2)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!