Bab 4 Keributan Di Kantor

“Baik, Tuan,” jawab petugas.

Setelah urusan administrasi selesai. Kholil bergegas menuju UGD karena gadis kecil itu akan segera dipindah ke kamar rawat inap VVIP.

“Kholil, apakah kamu sudah menghubungi orang tua gadis ini?” tanya Amara sembari mendorong brankar pasien.

“Aku sudah menyuruh orang untuk memberitahu orang tuanya,” jawab Kholil.

Gadis kecil itu kini berada di ruang perawatan VVIP. Tak berselang lama, orang tua gadis itu datang dengan pakaian yang sangat kumuh. Sepertinya, selain menjual kue cucur, ibu gadis ini merupakan seorang buruh tani.

Wanita paruh baya itu memeluk dan menangisi putri semata wayangnya yang masih terbaring di atas bed pasien.

“Tuan, terima kasih karena Anda sudah membawa putri saya ke rumah sakit,” ucap wanita itu diikuti dengan air mata yang terus menetes dari pelupuk matanya.

“Sama-sama, Bu. Ibu tidak perlu khawatir putri ibu baik-baik saja.” Kholil berusaha menenangkan wanita itu.

“Sus, apa boleh anak saya di rawat di kamar kelas 3 saja? Saya tidak punya uang untuk membayar biaya perawatan di sini, kamar VVIP pasti sangat mahal,” ujar wanita itu kepada Amara.

Amara terdiam, sejujurnya sedari tadi dia juga memikirkan hal yang sama. Kenapa Kholil mendaftarkan gadis itu untuk di rawat di kamar VVIP? Siapa yang akan membiayainya?

Amara menarik tangan Kholil untuk mengajaknya bicara di luar. Mereka lalu pamit kepada wanita itu untuk keluar sebentar.

“Kholil, maaf sebelumnya. Aku tidak bermaksud apa pun, tapi benar kata ibu itu, siapa yang akan membayar biaya perawatannya? Aku pun tak sanggup membayar biaya perawatan kamar VVIP,” jelas Amara.

“Kamu tidak perlu khawatir, aku yang akan membayar semua biaya perawatan gadis itu!”

Amara terus bertanya-tanya apa mungkin penjual kopi keliling memiliki uang yang banyak? Sedangkan dia yang gajinya tiap bulan sudah pasti saja tidak sanggup membayar perawatan di ruang VVIP. Namun, Amara mencoba percaya bahwa Kholil memiliki uang yang banyak.

Mereka pun kembali ke ruangan itu. “Ibu, ibu tidak perlu khawatir, karena Kholil yang akan membayar semua biaya perawatannya. Sepertinya, besok putri ibu sudah diperbolehkan pulang,” jelas Amara

Wanita paruh baya itu tak henti-hentinya mengucapkan terima kasih kepada Kholil dan juga Amara.

Amara lalu pamit untuk kembali bekerja di UGD, Kholil pun pamit untuk pulang karena ada urusan pekerjaan. Tak lupa dia memberikan nomor teleponnya kepada Amara, agar dia menghubungi Kholil jika gadis itu sudah boleh pulang.

Saat Amara berdiri di depan pintu UGD, dia melihat Kholil dipersilahkan oleh seseorang untuk masuk ke dalam sebuah mobil mewah. ‘Siapa sebenarnya Kholil? Sepertinya dia sangat dihormati,’ gumam Amara dalam hati.

***

Sementara itu, Kholil memerintahkan anak buahnya untuk mencari orang yang telah menabrak gadis penjual kue cucur itu. Dia harus bertanggung jawab atas perbuatannya.

“Cari orang itu sampai ketemu, berikan dia pelajaran karena sudah melakukan tabrak lari!” titah Kholil kepada anak buahnya melalui telepon.

“Siap, Bos!” jawab seseorang di seberang.

Kholil lalu meminta sopirnya untuk mengantarkan dia ke kantor. Ada hal penting yang mengharuskan dia turun tangan.

Sesampainya di kantor, Kholil bergegas turun dari mobil lalu melangkahkan kakinya masuk. Namun, baru beberapa langkah melewati pintu masuk, dia melihat sedang terjadi keributan antara petugas resepsionis dengan seorang perempuan.

“Hentikan!” Suara bariton Kholil menghentikan keributan dua perempuan itu.

“Ada apa ini? Kenapa kalian membuat keributan di kantor saya?” tanya Kholil sembari menatap tajam dua perempuan itu.

“Emran, kenapa kamu berpakaian kumuh seperti ini?” tanya perempuan yang berpakaian seperti kekurangan bahan.

“Bukan urusanmu! Untuk apa kamu ke sini?” tanya Kholil.

“Aku pulang ke Indonesia untuk menemuimu, aku merindukanmu!” jelas perempuan itu.

“Jika hanya itu tujuanmu, silakan pergi! Aku tidak ingin menerima tamu,” usir Kholil, dia melangkahkan kakinya menuju ruang pribadinya.

“Emran, tunggu!” Perempuan itu mengejar Kholil, namun sayang kedua tangannya ditarik oleh para pengawal Kholil. Dia lalu diseret keluar kantor.

“Lepaskan!” teriak perempuan itu.

Para pengawal Kholil tidak peduli, mereka tetap menyeret perempuan itu keluar dari kantor. Namun, bukan Viola namanya kalau dia menyerah begitu saja, dia masih berusaha menerobos badan kekar para pengawal itu. Tindakan Viola membuat para pengawal itu murka, mereka akhirnya mendorong tubuh seksi Viola hingga terjatuh.

Argh!

Viola menyeringai kesakitan. “Awas kalian! Saya pastikan sebentar lagi kalian akan dipecat!” ancam Viola sembari berusaha bangkit.

*

*

Bersambung.

Terima kasih sudah membaca karya Author 😇

Jangan lupa like, coment, vote, dan beri bintang 5 ya kakak 🥰🤗

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!