Pelayan Amy

Chapter 4:

「 Pelayan Amy 」

Mungkin itu terlalu berlebihan bagi orang-orang di dunia ini, pikir Callian.

Callian sudah menunggu lebih dari satu jam lamanya, menunggu Unmei menyerap teknik yang dia transfer kepadanya. Namun sampai sekarang masih belum ada tanda-tanda kalau Unmei terlihat akan segera menyelesaikannya.

Tubuh kecilnya sudah merasa mengantuk dan kelelahan. Tanpa sadar dia juga tertidur dengan bersandar disebuah batu, dia bahkan tidak menyadari ketika perempuan yang dibawa oleh Unmei telah siuman dan Unmei telah menyelesaikan menyerap teknik yang dia transfer.

Unmei yang sudah sadar, merasakan ada perbedaan yang sangat signifikan dengan tubuhnya yang sekarang. Satu hal yang pasti, dia merasa jauh lebih kuat dibandingkan sebelumnya. Melihat perempuan yang dia culik dari para prajurit penjaga kota telah sadar, Unmei langsung menghampiri dirinya tanpa menyadari Callian yang ada tertidur bersandar disebuah batu.

"Jangan takut, kita adalah saudara." Kata Unmei kepada perempuan tersebut mencoba menenangkan perempuan tersebut yang terlihat ketakutan sambil menunjukkan rambut dan pupil mata miliknya.

"Apa kau yang menyelamatkanku?." Tanya perempuan tersebut kepada Unmei. Dia merasa lebih tenang ketika mengetahui Unmei juga merupakan salah satu yang berasal dari bangsa Plahm.

Unmei mengangguk. "Siapa namamu?. Dan bagaimana bisa kau tertangkap oleh manusia?." Tanya Unmei.

Perempuan tersebut dengan tangan yang bergetar ketakutan, memaksa dirinya sendiri untuk tetap kuat dan menceritakan hal yang telah dia lalui kepada Unmei.

"Saat itu aku kami sedang mencari makanan di hutan, yang dekat dengan tempat persembunyian kami. Namun ada seorang pemburu yang kebetulan sedang berburu disana, setelah menyadari keberadaan kami dia langsung membawa lebih banyak pemburu. Hanya aku saja yang selamat...." Dia menceritakan hal tersebut tanpa bisa menahannya untuk tidak menangis.

Keluarganya telah terbunuh dihadapannya sendiri, dan dia masih bisa mengingat dengan jelas kejadian tersebut.

Unmei langsung memeluknya, mencoba untuk menenangkannya. Dan dari dalam lubuk hatinya, dia juga bisa merasakan kesedihan yang dialami oleh perempuan tersebut. Suara tangisan itu membuat Callian terbangun, dia sedikit terkejut ketika mendengar percakapan mereka berdua.

Mungkin memang ada sesuatu yang berbeda yang membedakan antara bangsa Plahm dan manusia. Callian baru terpikirkan hal tersebut sekarang.

"Jika kau tidak memiliki tempat untuk kembali, ikutlah denganku. Kami membangun sebuah desa kecil yang tersembunyi, disana juga masih ada banyak saudara yang lainnya." Kata Unmei.

Perempuan tersebut menganggukan kepalanya sebagai jawaban setuju. Sebelum membawa perempuan tersebut kedesa tempat persembunyian mereka, Unmei terlebih dahulu membicarakannya dengan Callian.

"Tuan, saya ingin membawanya ke desa persembunyian kami. Bagaimana dengan anda Tuan?." Tanya Unmei menjadi lebih sopan ketika berbicara dengan Callian setelah sadar seberapa berharganya teknik dan metode yang tadi dia dapatkan darinya.

"Berhentilah memanggilku seperti itu, kau membuatku seakan-akan aku lebih tua darimu sekarang." Kata Callian. Dia merasa tidak nyaman dengan panggilan Tuan yang dia dapatkan dari Unmei.

"Maaf?, bukannya anda saat ini sedang menyamar?." Kata Unmei yang menjadi kebingungan dengan maksud perkataan Callian.

"Haa?!. Apanya yang menyamar?, ini adalah tubuh asliku!." Tegas Callian.

Lagi, Unmei kembali terkejut. Orang yang ada dihadapannya ini telah begitu banyak mengejutkan dirinya hanya dalam semalam, dia yang masih terlihat kurang dari 15 tahun itu telah memiliki kekuatan yang sangat besar dan memiliki kebijaksanaan yang melampaui usianya.

Unmei tidak bisa membayangkan akan jadi apa anak yang ada didepannya ini di masa depan.

"Selesaikan lah urus-urusan mu dulu, dan jangan lupa untuk berlatih. Dua Minggu kemudian ditempat ini, di malam hari, kita akan bertemu lagi disini." Ucap Callian sebelum berjalan meninggalkan Unmei.

"Harus dengan sebutan apa saya memanggil anda?." Tanya Unmei.

Callian langsung sejenak berhenti berjalan, dia menoleh kebelakang dan sambil mengatakan. "Terserah dirimu, namun aku tidak menyukai panggilan seperti tuan." Dengan raut wajah datar.

Unmei menganggukan kepalanya sebagai tanda mengerti. "Kalau begitu saya akan memanggil anda dengan sebutan Master, apa anda tidak keberatan dengan hal itu?." Tanya Unmei.

Hal itu langsung mengingatkan Callian kepada rekan-rekan dan murid-muridnya, yang biasa memanggilnya dengan panggilan Master. Callian hanya melambaikan tangannya sebagai jawaban, sebagai tanda kalau dia tidak keberatan dengan hal tersebut.

"Baik Master, sampai bertemu lagi." Ucap Unmei sambil melihat punggung Callian yang semakin lama semakin menjauh.

Callian sangat sadar betul orang-orang seperti Unmei yang memiliki tekad kuat dan haus akan kekuatan di sorot mata miliknya, tidak akan pernah mengkhianatinya jika dia sudah sadar betul dengan apa yang telah diberikan kepadanya dan perubahan yang diterimanya. Karena itu Callian hanya memerintahkan Unmei untuk bertemu lagi di tempat ini di dua minggu yang akan datang.

Callian kembali memasuki kota menggunakan lorong rahasia yang digunakan oleh Unmei, beruntung dia langsung menemukan sebuah penginapan karena tubuhnya sudah tidak kuat untuk tetap terjaga. Walaupun itu bukan penginapan Dutchy, Callian tetap memasuki penginapan tersebut dan langsung berniat memesan sebuah kamar.

Namun sayangnya dia tidak menemukan adanya satupun orang yang terlihat di penginapan ini. Oleh karena itu dia langsung duduk dan tertidur dengan pulas. Sampai pada akhirnya anak perempuan pemilik penginapan yang tadi sedang mencuci, terkejut dengan keberadaannya.

"Anak ini terlihat sangat kelelahan, aku tidak tega untuk membangunkannya. Namun jika dia tidur disini, dia bisa masuk angin." Ucapnya sebelum mengambil selimut dan menyelimuti Callian tanpa membangunkannya.

**

Ketika matahari masih belum terbit dan menunjukkan cahaya nya. Callian yang sudah terbangun dari tidurnya terkejut melihat ada selimut yang menyelimuti tubuhnya, dia benar-benar kehilangan kewaspadaannya karena tidak bisa merasakan hal tersebut akibat tidak bisa melawan tubuhnya yang sekarang.

Sebagai ucapan terimakasihnya, Callian meninggalkan dua keping koin emas di meja tempat dimana dia tertidur sebelum pergi meninggalkan penginapan tersebut.

Tujuannya yang sekarang tetap sama, yaitu untuk mencari sebuah tempat penginapan bernama Dutchy untuk menemui pelayan dari keluarga Axell. Namun ditengah-tengah pencariannya itu, dia melihat sebuah toko buku yang sedang bersiap-siap untuk membuka toko mereka.

Callian yang sadar dirinya sangat kekurangan informasi tentang dunianya saat ini, memutuskan untuk datang menghampiri toko tersebut. Dia disambut dengan hangat oleh pria paruh baya yang sepertinya adalah pemilik dari toko buku ini.

"Selamat datang. Pagi-pagi sekali Nak kau datang ketempat ini, apa ada sesuatu yang kau butuhkan?." Tanya Pria paruh baya tersebut dengan ramahnya.

"Apa disini ada sebuah buku yang menjelaskan tentang semua ras?." Tanya Callian.

"Ada, tunggu sebentar biar aku mengambilnya terlebih dahulu." Kata Pria paruh baya tersebut.

Sambil menunggu pria paruh baya itu membawa buku yang dia inginkan, Callian menunggunya sambil melihat-lihat buku-buku lainnya. Dan beberapa menit kemudian, akhirnya pria paruh baya tersebut kembali dengan dua buku ditangannya.

"Kedua buku ini adalah buku yang menjelaskan tentang setiap ras yang ada di setiap benua." Jelas pria paruh baya tersebut.

"Berapa harga untuk keduanya?." Tanya Callian.

Dengan raut wajah yang terkejut setelah mendengar ucapan anak kecil yang ada didepannya itu, dia langsung menjawab pertanyaan dengan pertanyaan.

"Apa kau berniat membelinya?."

"Iya. Apa buku tersebut tidak dijual?."

"Tidak, buku-buku disini semuanya dijual. Aku hanya terkejut saja, biasanya orang-orang datang kesini hanya untuk meminjam bukan untuk membelinya." Jelas pria paruh baya tersebut kepada Callian.

Pada akhirnya Callian membeli kedua buku tersebut dengan kedua buku lainnya yang berisikan tentang sejarah dunia ini dan macam-macam Flora, Fauna yang ada di dunia ini. Dalam sekejap Callian menghabiskan dua ratus koin emas, karena satu buku yang dia beli bernilai lima puluh koin emas lebih. Menandakan kalau buku dan kertas di dunia ini itu sangat bernilai tinggi karena kelangkaannya.

"Terimakasih, jika ada buku lain yang kau butuhkan jangan lupa datang kesini lagi." Ucapnya dengan tersenyum lebar karena telah mendapatkan pelanggan besar sambil mengantar kepergiannya dari toko miliknya.

Diluar suasana kota menjadi lebih ramai karena orang-orang mulai melakukan aktivitas dan pekerjaan mereka, Callian juga bertanya kepada seorang anak yang berpapasan dengan dirinya dimana letak penginapan Dutchy berada. Karena anak tersebut mengantarkannya sampai ke penginapan, Callian langsung memberikan satu koin silver kepadanya.

"Terimakasih kak." kata anak tersebut berterimakasih sebelum berlari meninggalkan Callian.

Sementara itu Callian langsung berjalan memasuki penginapan dan langsung menghampiri seorang perempuan yang sedang menyapu lantai.

"Maaf, apa disini ada seorang perempuan bernama Amy yang menyewa kamar?." Tanya Callian.

Belum sempat perempuan itu menjawab pertanyaannya Callian, seorang perempuan berambut coklat yang mengenakan pakaian maid langsung turun dari lantai dua dan datang menghampiri Callian.

"Tu-tuan muda Ian?!. Mengapa tuan muda ada disini?." Tanya perempuan berambut coklat tersebut dengan wajah yang kebingungan. Dia adalah Amy salah satu pelayan yang bekerja di rumah keluarga Axell.

"Apa aku tidak diperbolehkan untuk berada disini?." Tanya Callian.

"Bu-bukan begitu.."

Mereka berdua langsung naik kelantai dua dan masuk ke ruangan kamar yang disewa oleh Amy, disana Callian langsung merapihkan barang-barang bawaannya dan mulai membaca buku yang dia beli.

"Amy. Bisakah kau ceritakan kondisi keluarga saat ini?." Kata Callian tanpa memandang Amy karena matanya tertuju pada buku yang sedang dia pegang.

"Itu…" Amy seperti sedikit tertekan untuk mengatakan hal tersebut. Namun pada akhirnya Amy tetap menceritakannya kepada Callian.

"Semuanya di mulai dari dua bulan yang lalu ketika salah satu penambang menemukan lokasi tambang besi yang lain yang berada di dekat wilayah Purma.

Secara hukum wilayah tambang tersebut masih masuk kedalam wilayah teritorial keluarga Axell, namun keluarga Purma mengklaim tambang tersebut masuk kedalam wilayah kekuasaan mereka.

Masalah semakin membesar ketika Count Purma menurunkan pasukannya dan melukai beberapa pekerja tambang yang kebetulan sedang melihat-lihat tambang tersebut. Setelah mereka menguasai tambang, mereka juga langsung memblokade akses-akses jalan menuju ibukota untuk mencegah kepala keluarga meminta bantuan kepada para Prajurit bayaran di ibukota. Sebelum saya datang ke ibukota dengan menyelinap, saya melihat pasukan Count Purma sedang melakukan persiapan untuk perang." Jelas Amy.

Berkat Amy Callian mendapatkan lebih banyak informasi tentang situasi keluarganya saat ini. Walaupun besar kemungkinan perang antar wilayah bisa saja terjadi, namun Count Purma tidak akan berani menyerang keluarga Axell secara langsung mengingat keluarga Axell adalah raksasa ekonomi wilayah selatan.

"Amy, besok kita akan langsung pergi dari sini. Karena ada sesuatu yang harus aku cari." Jelas Callian setelah Amy menyelesaikan ceritanya.

"Baik tuan muda." Jawabnya. Sorot matanya tidak bisa lepas dari menatap wajah Callian yang sedang fokus membaca buku, itu membuatnya sedikit kagum dengan fokus yang dimilikinya ketika membaca buku dan mendengarkan ceritanya.

"Ada apa Amy?." Tanya Callian bertanya karena menyadari Amy sedari tadi terus menerus menatapnya.

Amy menggeleng-gelengkan kepalanya. sambil tersenyum dia mengatakan, "Tidak ada tuan muda, hanya saja saya merasa tuan muda Ian telah banyak berubah sejak terakhir kali kita bertemu. Orang-orang dirumah pasti akan sangat senang dengan perubahan anda saat ini." Jelas Amy sambil tersenyum haru karena bahagia.

Karena bagaimanapun juga dia adalah pelayan yang paling banyak menghabiskan waktu bersama dengannya ketika di kediaman Axell, dan mengawasi setiap pertumbuhan Callian dari tahun ke tahun.

"Mungkin itu karena kehidupan ku selama satu tahun di akademi." Balas Callian mencari-cari alasan, karena bagaimanapun orang-orang terdekatnya seperti Amy, pasti akan sangat terkejut dengan perubahan dirinya.

"Saya juga berpikir begitu. Apa anda, juga mendapatkan seorang teman di Akademi?." Tanya Amy.

Callian seketika langsung berhenti membaca, karena bagaimanapun kehidupan satu tahunnya di akademi hanya dipenuhi dengan pembullyan. Bagaimana mungkin dia bisa mendapatkan dan memiliki seorang teman. Namun dia tiba-tiba teringat dengan gadis berambut pirang yang memanjat dinding akademi bersamanya.

Mungkin aku bisa menyebut dia sebagai teman.

Setelah berpikir sejnak, Callian langsung menjawab pertanyaan dari Amy.

"Iya, aku memilikinya."

Itu adalah jawaban dan perkataan yang sangat dinanti-nantikan oleh Amy. Dan semuanya menjadi semakin jelas, Amy berpikir mungkin saja perubahan besar yang terjadi dalam diri Callian adalah karena keberadaan sosok yang dipanggilnya sebagai teman itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!