Meninggalkan Akademi

Chapter 2:

「 Meninggalkan Akademi 」

Kota Axell merupakan kota pedalaman yang berada dibagian selatan Annalise Kingdom. Selain Axell, masih ada enam kota lain yang berada dibagian selatan Annalise Kingdom. Salah satunya adalah Kota Purma yang merupakan kota kepemimpinan Count Purma.

Keluarga Axell yang memiliki tambang besi, sedari dulu telah membuat keluarga bangsawan Purma merasa sangat iri dengan kekayaan keluarga Axell. Akhir-akhir ini konflik dan permusuh kedua keluarga tersebut semakin memanas setelah keluarga Axell menemukan tambang besi baru, yang diklaim sebagai milik keluarga Purma karena tambang tersebut masuk kedalam teritorial wilayah Purma.

Akibat memanasnya konflik antar kedua keluarga terkuat di selatan ini, keluarga Purma menutup akses jalan menuju ibukota dengan tujuan untuk menekan Keluarga Axell yang selalu bergantung dengan bantuan dari ibukota. Itu adalah isi dari surat yang dikirimkan oleh kakak perempuannya, Viona Axell

Dan Viona hanya ingin meminta maaf kepada Callian karena dia yang seharusnya datang keibukota untuk menghadiri festival kelulusan Callian, tidak akan bisa datang ke ibukota untuk menghadiri festival tersebut. Viona juga meminta Callian untuk tinggal sementara waktu di ibukota selama konflik dengan keluarga Purma masih memanas.

Selebihnya isi surat ini, adalah surat permintaan dan permohonan maaf Viona kepadaku.

Dari surat tersebut, Callian bisa melihat seberapa besar rasa sayang Viona kepada Callian sebagai kakak perempuannya. Karena keluarganya sampai meminta Callian untuk tinggal sementara di ibukota, Callian sadar konflik yang terjadi lebih besar dari apa yang dibayangkannya.

Beruntung dia memiliki buku-buku yang berisikan tentang keluarga-keluarga berpengaruh dan keluarga bangsawan yang ada di Annalise Kingdom. Callian langsung mencari halaman yang menuliskan informasi tentang keluarga bangsawan Purma.

Setelah selesai membaca halaman tersebut, hanya satu yang dirasakan oleh Callian, yaitu rasa yang ingin menghancurkan keluarga Purma dengan kedua tangannya sendiri.

"Berani sekali Keluarga bangsawan lemah seperti mereka menggertak keluargaku!. Mereka pasti sudah bosan melihat langit!." Kata Callian dengan amarahnya yang meluap-luap.

Callian berpikir bahwa ini adalah saat yang tepat untuk membantu keluarganya yang sedang dalam masalah. Namun dengan tubuhnya yang sekarang, walaupun dia memiliki kekuatan yang besar dan masih mengingat teknik-teknik tertinggi miliknya, tubuhnya saat ini tidak akan kuat menahan dampak dari kekuatan besar dan teknik miliknya.

Aku membutuhkan tangan dan kaki orang lain untuk aku gunakan sementara, sampai aku memiliki tubuh yang kuat.

**

Sampai hari larut malam, Callian hanya duduk bermeditasi untuk memperluas dan mengumpulkan lebih banyak Qi di dalam penyimpanan Qi miliknya.

Namun, lagi dan lagi tubuhnya yang merupakan tubuh anak berumur 10 tahun ini, menjadi faktor utama yang menghambat perkembangan kultivasinya. Perut kecilnya itu tidak kuasa untuk menahan rasa laparnya, membuat fokus dan meditasinya langsung tertanggu.

Callian memang tidak memiliki pilihan lain, selain memperluas lautan Qi miliknya dengan herbal-herbal tertinggi jika dia ingin secara cepat memperluas lautan Qi miliknya.

Teringat dengan perkataan bibi penjaga dan pengurus asrama akademi, Callian berniat untuk langsung pergi meninggalkan akademi. Karena itu dia langsung mengemasi barang-barangnya sebelum bergegas keluar untuk mencari makanan dan mencari herbal tertinggi.

Mungkin karena sudah larut malam, suasana akademi menjadi lebih sunyi dan hening jika dibandingkan ketika pagi.

Ketika hendak berjalan menuju gerbang, Callian tanpa sengaja melihat ada seorang anak perempuan yang sedang mencoba memanjat dinding akademi, namun dia tidak pernah berhasil dan selalu terjatuh karena barang bawaannya terlalu banyak.

Callian yang awalnya berniat menghiraukannya dan berniat kembali berjalan menuju gerbang, tanpa sengaja melakukan kontak mata dengannya, dan anak perempuan tersebut langsung memanggil Callian untuk datang ketempatnya dengan isyarat tangannya.

Callian yang tidak memiliki pilihan lain, hanya berjalan mendekat kearahnya dan mendengarkan apa yang dia minta dengan memanggil dirinya.

"Hey. Apakah kau juga berniat pergi dari akademi?." Tanya anak perempuan tersebut kepada Callian.

Ketika Callian menganggukan kepalanya sebagai jawaban. Anak perempuan berambut pirang tersebut langsung memegang kedua tangan Callian dan menatapnya dengan meminta bantuan. Dalam hatinya dia hanya berniat untuk memperalat Callian dalam upaya pelariannya.

"Kalau begitu kita bisa bekerjasama!. Kau tahu kan, sangat sulit ketika memanjat dinding dengan barang bawaan yang kau bawa!." Ucapnya menjelaskan kepada Callian sebelum dia sadar kalau barang bawaan Callian sangatlah sedikit, jauh berbeda dengan dirinya.

Melihat hal itu, dia langsung mencari-cari alasan agar tetap bisa memperalat anak laki-laki yang ada dihadapannya itu untuk membantu pelariannya.

"I-itu walaupun barang mu lebih sedikit, bukannya lebih baik kita bekerjasama demi keselamatan kita?." Jelasnya dengan wajah yang mulai khawatir karena takut anak laki-laki yang ada dihadapannya itu menolaknya untuk bekerjasama dengan dirinya.

"Baiklah." Jawab Callian.

Dia bahkan terkejut mendengar jawaban yang diberikan oleh Callian kepadanya, karena itu bukanlah penolakan. Untuk memastikan bahwa dia tidak salah dengar, dia kembali bertanya kepada Callian.

"Maaf?. Apa kau tadi mengatakan sesuatu?."

"Bukannya kau mengajak bekerjasama?. Baiklah ayo bekerjasama, aku juga memang berniat pergi dari akademi." Kata Callian yang langsung membawa barang-barang bawaan anak perempuan tersebut.

Anak perempuan tersebut hanya bisa berpikir bahwa anak laki-laki yang ada didepannya ini adalah orang yang bodoh, atau dia sudah terjatuh karena kecantikan yang dia miliki karena bersedia membantu dirinya begitu saja.

Setelah dia berhasil memanjat dinding, karena tidak membawa barang-barang miliknya. Dia langsung meminta Callian untuk memberikan barang-barang miliknya. Namun menurut perhitungan Callian, tangan anak perempuan tersebut tidak akan bisa untuk menggapainya.

"Kenapa kau melamun?, cepatlah berikan barang-barang ku sebelum penjaga akademi menyadari kita!." Ucap anak perempuan tersebut merasa cemas.

Mendengar hal itu, Callian secara refleks langsung meloncat ke atas dinding yang itu sangat mengejutkan anak perempuan dan pengawas akademi yang memantau mereka berdua dari jauh.

"Apa akan jadi masalah kalau kita ketahuan pergi dari akademi?." Tanya Callian.

Anak perempuan berambut pirang yang masih terkejut karena melihat Callian bisa meloncati dinding setinggi itu, hanya mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan yang ditanyakan oleh Callian.

Callian yang sadar ada orang yang sedari tadi sedang mengawasi mereka dari kejauhan, berpikir bahwa orang itu adalah penjaga akademi. Karena itu dia langsung menggenggam tangan anak perempuan tersebut, dan meloncat keluar dari akademi.

"Siapa anak itu?!. Tembok setinggi sepuluh meter yang bahkan orang dewasa saja sulit untuk meloncatinya, dapat dengan mudah dia loncati!." Ucap pengawas akademi.

Dia yang awalnya berniat menangkap mereka berdua setelah mereka berdua melempar barang bawaan mereka keluar, sekarang harus berisiap untuk menerima hukuman dari kepala akademi karena telah lalai dalam bertugas.

"Gajiku bulan ini pasti akan dipotong lagi…."

Setelah berhasil keluar dari akademi, perut Callian yang keroncongan, ketika dia mencium bau makanan dia langsung bergegas ke asal bau tersebut meninggalkan anak perempuan berambut pirang tersebut.

"Hey!. Tunggu sebentar, kau mau kemana?."

Melihat Callian yang tiba-tiba berlari, membuatnya kebingungan dan tanpa sadar dia mengikuti Callian dari belakang. Dia tidak menduga kalau anak laki-laki tersebut berlari karena mencium bau makanan, dia juga terlihat seperti belum makan selama beberapa hari dilihat dari cara dia menyatap makanannya.

"Ada apa? kenapa kau masih mengikutiku?." Tanya Callian bingung.

Mendengar ucapan tersebut, dia merasa sangat malu namun secara tegas dia langsung menolak fakta bahwa dirinya mengikuti Callian.

"Siapa yang mengikutimu? kenapa juga aku harus mengikutimu!. A-aku… Oh ya, aku juga berniat membeli daging ini!." Katanya menjelaskan kepada Callian setelah mendapatkan alasan yang masuk akal.

Callian mengangguk mengerti. Namun ketika anak perempuan tersebut meminta dua tusuk sate Ogre kepada sang penjual, dia mendapatkan masalah karena tidak mampu membayar atas dua tusuk sate yang dia pesan itu.

"Sepuluh Peril untuk dua sate." Kata penjual.

Anak perempuan tersebut berusaha sekeras mungkin untuk mencari koin Peril di saku dan barang-barang bawaannya, namun hasilnya tetap sama, dia tidak memiliki satupun koin Peril di sakunya, dia hanya memiliki satu kantung penuh berisikan koin platinum.

"Apa kau meninggalkan uang mu?. Ambil saja uangku dulu, jika kau merasa berhutang, lain kali ketika kita bertemu lagi kau bisa membayarnya." Kata Callian sambil memberikan koin Peril sebelum pada akhirnya pergi meninggalkan anak perempuan tersebut.

Terpopuler

Comments

Arka

Arka

diluar nayla

2024-05-27

0

Arka

Arka

mereka pasti bosan melihat langit langit

2024-05-27

0

Dimas Setiawan

Dimas Setiawan

mantap

2023-10-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!