03. Sampai Bulan Januari: Hari Tersial

Sepanjang hari ini, Laura terus berada di dalam kamarnya dengan perasaan gusar. Ingin dia pergi ke luar, namun tatapan nyalang dari papanya, sudah cukup membuatnya menciut.

Dan saat ini, Laura mencoba menghubungi nomor telepon teman-temannya. Dan sialnya lagi, tidak ada satu pun yang mengangkat panggilan. Kebiasaan!

"Eric! Gue coba telepon dia!" Teringat akan Eric yang belum sempat Laura hubungi, dengan cepat Laura beralih menelepon Eric.

Lumayan lama menunggu. Saat didering ketiga, barulah panggilannya diangkat.

"Eric! Gue-" Laura menghentikan ucapannya saat terdengar suara-suara aneh yang begitu menjijikkan dari seberang sana.

"Eric? Lo ... lagi ngapain?"

"Gueh? Lagi solo sambil bayangin wajah lo, eungh!" Lagi-lagi terdengar suara erangan rendah yang berasal dari mulut Eric. Dan sialnya, hal itu membuat Laura panas dingin.

"G*bl*k lo! Berhenti gak!" Aneh. Eric yang melakukan, tetapi Laura jadi ikut-ikutan tidak nyaman. Tanpa sadar Laura menelan ludah.

"Laura desah!" Suruhan Eric, membuat Laura tersadar dari apa yang tengah dia lamunkan.

"A-apa?"

"Gue bilang, desah! Coba lo desah yang kuat! Gue mau denger."

"Enggak! Apaan sih, bye!" Laura buru-buru mematikan teleponnya sepihak. Demi apa pun, Eric benar-benar sudah gila! Menyuruhnya untuk mengeluarkan suara-suara aneh, disaat Laura sendiri rasanya sudah dibuat aneh hanya karena mendengar suara Eric.

"Emang gak waras tuh cowok!"

...****...

Pukul tiga sore, Anne terbangun dari tidurnya. Ketika perempuan itu hendak beranjak dari tempat tidur, kaki dan pinggangnya terasa mati rasa. Refleks dirinya berdesis menahan ngilu.

Gila!

Eric adalah cowok paling gila yang melakukan hal itu dengan begitu brutal. Rasanya seperti mau mati saat Eric belum juga menuntaskan hasratnya.

Tetapi, itu cukup baik. Setidaknya semua yang pernah menjadi milik Laura, sudah pernah Anne cicipi. Dan, ya. Laura hanya akan mendapatkan bekasnya.

Selama menjalin pertemanan dengan Laura, Anne tidak pernah berlaku tulus. Dia hanya ingin memanfaatkan harta kekayaan orang tua Laura yang juga adalah sponsor utama di sekolah.

Dekat dengan Laura, semua yang diinginkan terpenuhi. Gadis itu dengan bodohnya selalu mengiyakan ketika Anne maupun Juwita dan Vinca menyuruhnya untuk membayar belanjaan maupun sekadar makan di kantin.

Ketika mencoba membuka ponsel, beberapa panggilan tak terjawab tampak memenuhi kolom notifikasi. Nama kontak 'Laura', membuat Anne tanpa sadar tertawa singkat.

"Sekarang adalah saatnya berperan sebagai sahabat paling baik." Gerutu Anne, kemudian menghubungi Laura.

Tak berapa lama, panggilan teleponnya langsung diangkat. Dengan menarik napas dalam-dalam, Anne mengubah raut wajahnya. "Halo, Ra? Sorry, ya, gue gak sempet angkat telepon lo! Kebetulan guenya lagi tidur siang, hapenya dimode silent. Em, btw, lo ada apa teleponin gue berkali-kali?"

"Huwaaa, Anne! Gue ... gue mau dikirim ke desaaa!"

Anne mengernyit bingung dengan ucapan Laura. Sesekali dirinya akan tertawa pelan sambil menggaruk belakang kepalanya. "Desa? Maksudnya perkampungan?"

"Iya, itu! Males banget gak siiii!"

"Mau ngapain?" Tanya Anne. Terdengar bunyi decak sebal dari seberang sana.

"Ini semua tuh gara-gara Si Tukang Ngadu, Liora! Kalau bukan karena dia aduin gue yang tadi malem ke bar, gue gak akan diusir dari rumah! Mana besok gue langsung otw, lagi. Anne, bantuin gueee!"

Sungguh, mendengarnya saja sudah membuat orang kesal! Jika Laura pergi, terus bagaimana dengan nasib Anne? Masih banyak daftar keinginan yang belum terpenuhi.

"Lo ... gak akan lama 'kan di sana?" Mencoba tetap tenang, Anne lanjut bertanya.

"Gue disuruh tinggal selama satu semester, Anne! Massa percobaan gue sampe bulan januari! Kalau gue tetep gak berubah, gue akan tinggal selamanya di sana!"

"Bentar, bentar! Lo bilang satu semester? Sampe bulan januari? Tanya dulu, januarinya itu januari kapan? Tinggal selama satu semester keknya nanggung gak sih? Minggu depan kita udah kelas dua belas, dan kelas dua belas sekolah tuh gak sampe setahun penuh." Ucapan panjang lebar Anne, seketika membuat Laura tersadar.

"Iya juga, ya! Enggak! Gue harus tanya! Thank you, ya, Anne! Lo emang sahabat gue!" Anne mengernyit jijik mendengar celotehan Laura.

"Hm. Semoga lo gak jadi pergi, ya." Biar gue bisa terus manfaatin lo.

"Huhuu ... makasih! Doain!"

"Hm." Setelahnya, panggilan telepon benar-benar terputus oleh Laura yang mematikannya.

"Dasar!"

...****...

Saat yang paling tidak diinginkan terjadi. Sekalipun Laura tidak pernah mengemasi barang-barangnya, tetap ada ART yang senantiasa menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. Laura mendengus sebal saat jam baru saja menunjukkan pukul delapan pagi.

Di pagi-pagi buta begini, papanya sudah berancang-ancang mengusirnya dari rumah. Menyebalkan!

Dengan langkah berat tanpa berpamitan secara layak, Laura menyeret kedua kakinya menuju mobil. Untuk barang-barangnya sendiri telah dimasukkan ke dalam bagasi oleh supir pribadi.

Lagi-lagi Laura menghela napas. Ketika mencoba membuka layar ponselnya, tak ada satu pun pesan chat masuk ke nomornya. Berharap ada yang bertanya untuk memastikan, apakah Laura benar-benar dipindahkan ke desa atau tidak. Nyatanya, semuanya kosong. Hanya notifikasi dari yutub yang memenuhi kolom notifikasi ponsel Laura.

"Sial, sial, sial! Kalian tuh sahabat gue bukan, sih? Elo juga! Ngakunya cinta, tapi giliran gue bilang mau dipindahin ke desa langsung minta putus! Anj*ng lo!" Laura menggerutu sebal, masih dengan posisinya.

"Non, ayok!" Sahutan itu berasal dari sang sopir yang sudah stand by di mobil.

"Iihh! Iya, iya! Bawel banget!" Rasanya Laura benar-benar kesal dan muak saat ini. Sedikit pun kedua orang tuanya tidak mengucapkan selamat tinggal, maupun sekadar melihatnya di depan pintu.

Rasanya seperti, Laura benar-benar telah didepak keluar dari rumah mewahnya. Semua fasilitasnya berupa mobil mewah, tas mewah, sepatu mewah, dan koleksi super mahalnya, disita habis-habisan.

Yang Laura bawa ke dalam koper? Hanya pakaian sehari-hari yang tidak terlalu mewah, seragam sekolah, tas sekolah, laptop, dan rangkaian skincare serta make up.

Untungnya Laura punya tabungan rahasia. Dari jauh-jauh hari sekali, Laura sudah menjual beberapa atau mungkin puluhan pakaian, tas dan sepatu bermerek yang dia miliki.

Hanya menjadi pajangan dan berakhir bosan, jadilah dirinya jual secara diam-diam. Dan sekarang, hasil dari menjual barang-barang mewahnya telah lumayan menumpuk. Setidaknya, Laura tidak akan terlalu menyedihkan nanti ketika berada di desa.

"Nanti mampir ke ATM dulu." Ucap Laura, tepat ketika dirinya telah memakai sabuk pengaman.

"Siap!"

...****...

Laura refleks mengaduh sampai terbangun dari tidurnya. Kepalanya yang dia sandarkan di punggung sofa mobil, berakhir terbentur ke jendela kaca.

Sial!

"Aduhh, ada apaan sih? Kok, ngerem mendadak?" Laura sudah hidup sial, dan sekarang dirinya menjadi semakin sial lagi ketika sang sopir pribadi, sebut saja Pak Anto, bergegas ke luar dari mobil untuk mengecek sesuatu.

Dengan malas tingkat dewa, Laura melepaskan sabuk pengaman, lalu turut ke luar menyusul Pak Anto.

"Kenapa mobilnya? Awas aja kalau mogok! Mana jalannya sepi gini. Sawah semua, lagi. Heuhh!" Laura merogoh ponselnya yang dia taruh di dalam tas selempang. Niatan awalnya hanyalah untuk bercermin, tetapi ketika tidak sengaja menyalaka ponsel, bola matanya seketika melotot.

"Iihh, kok gak ada sinyal? Ini beneran udah masuk kampung halamannya Omah?" Laura berdecak sebal apalagi ketika mendengar gumaman pasrah dari Pak Anto.

"Pak Anto! Dari sini ke rumahnya Omah masih lama, nggak?"

"Hm, kalau jalan kaki bisa sampe dua puluh menitan, Non. Tapi kalau pake kendaraan mah paling lima belas menit juga sampe."

"Ya udah, buruan, keburu sore ntar makin mager, tahu nggak!" Laura sudah berancang-ancang hendak masuk ke mobil. Namun gara-gara mendengar suara helaan napas panjang dari Pak Anto, Laura tiba-tiba penasaran dengan apa yang terjadi pada mobilnya. Tanpa berpikir panjang, Laura mendekati Pak Anto yang masih sibuk memeriksa keadaan mesin mobil.

"Pak Anto! Mobilnya kenapa, sih?"

Dengan berat hati, Pak Anto kembali menghela napas berat seraya menatap tak enak hati pada anak dari majikannya. "Maaf, Non! Mobilnya mogok. Harus diperbaiki dulu. Pak Anto mau nyari tukang bengkel dulu, ya, seben-"

"Eeh, enak aja! Terus Laura gimana? Tungguin di sini, gitu?" Laura memotong ucapan Pak Anto dengan tergesa-gesa. Jujur saja, Laura takut diculik jika ditinggal sendirian di tempat asing ini.

"Kalau Non Laura ikut, terus yang jagain mobilnya siapa?"

"Iiih, gak mauuu! Nanti kalau ada yang nyulik Laura gimana?" Kesal dan muak. Laura rasanya ingin menangis dan mengadukan segalanya pada Tuhan lalu berteriak; kenapa nasibnya begitu sial begini?

Semua orang meninggalkannya. Keluarga, sahabat, pacar, bahkan Pak Anto juga mau meninggalkannya sendirian. Tidak tahukah jika Laura adalah tipe cewek penakut?

"Hm, gini aja, deh. Biar saya telepon Opah Galih saja, bagaimana? Suruh sopirnya biar jemput Non Laura." Laura tampak menimbang sejenak. Tak berapa lama, ia pun mengangguk.

"Ya udah." Ujar Laura, pada akhirnya. Tanpa pikir panjang, Pak Anto mulai mengeluarkan ponselnya. Ketika dia hendak membuka aplikasi telepon, tiba-tiba suara Laura menghentikan kegiatannya.

"Bentar, 'kan gak ada sinyal!?"

Kekehan dari Pak Anto membuat Laura mengernyit. "Kata siapa? Ada, kok! Cuman ya, gitu, Non. Harus pakai kartu tertentu dulu, baru ada sinyal. Sebentar, ya, Non! Mau telepon dulu Opah Galih."

"Hm."

^^^To be continued...^^^

Terpopuler

Comments

Ghania-chan

Ghania-chan

pdhl laura tulus bgt,tpi tmn"ny mlh kyk gini:(

2023-09-23

1

Ghania-chan

Ghania-chan

hehh dasar cowo sintinggg🙈

2023-09-23

1

lihat semua
Episodes
1 01. Sampai Bulan Januari: Bar
2 02. Sampai Bulan Januari: Pertengkaran Keluarga
3 03. Sampai Bulan Januari: Hari Tersial
4 04. Sampai Bulan Januari: Gagal Fokus
5 05. Sampai Bulan Januari: Kesialan Bertubi-tubi
6 06. Sampai Bulan Januari: Restu Papa
7 07. Sampai Bulan Januari: Hari Pertama
8 08. Sampai Bulan Januari: Suara Mengerikan
9 09. Sampai Bulan Januari: Jin Gama
10 10. Sampai Bulan Januari: Serba Serbi Laura
11 11. Sampai Bulan Januari: Luna Bertindak
12 12. Sampai Bulan Januari: Dag Dig Dug Serr
13 13. Sampai Bulan Januari: Pertemuan Penting
14 14. Sampai Bulan Januari: Second Wish
15 15. Sampai Bulan Januari: Dendam itu Nyata
16 16. Sampai Bulan Januari: Pingsan
17 17. Sampai Bulan Januari: Deja Vu
18 18. Sampai Bulan Januari: Salah Kostum
19 19. Sampai Bulan Januari: First Kiss
20 20. Sampai Bulan Januari: Ada yang berbeda ...
21 21. Sampai Bulan Januari: Kang Ghosting
22 22. Sampai Bulan Januari: Gama, please!
23 23. Sampai Bulan Januari: Hampir aja ketahuan
24 24. Sampai Bulan Januari: Objek Bully
25 25. Sampai Bulan Januari: Gama Mengamuk
26 26. Sampai Bulan Januari: Perjanjian Rahasia
27 27. Sampai Bulan Januari: Penguntit?
28 28. Sampai Bulan Januari: Panggilan Pusat
29 29. Sampai Bulan Januari: Perkenalan Dua Saudara Tiri
30 30. Sampai Bulan Januari: Ancaman Gama
31 31. Sampai Bulan Januari: You'll be mine
32 32. Sampai Bulan Januari: SIT (Surat Izin Telat)
33 33. Sampai Bulan Januari: Sebuah Peringatan
34 34. Sampai Bulan Januari: Dia yang Dibenci Laura
35 35. Sampai Bulan Januari: Nebeng Mandi
36 36. Sampai Bulan Januari: Laura & Gama
37 37. Sampai Bulan Januari: Pertikaian Dua Saudara Tiri
38 38. Sampai Bulan Januari: Ketahuan
39 39. Sampai Bulan Januari: Rahasia Laura
40 40. Sampai Bulan Januari: Kebrengsekan Revian
41 41. Sampai Bulan Januari: Perjanjian Dulu
42 42. Sampai Bulan Januari: Melupakan Soal Janji
43 43. Sampai Bulan Januari: Affair With Me
44 44. Sampai Bulan Januari: Sandiwara Luka
45 45. Sampai Bulan Januari: Balas Dendam
46 46. Sampai Bulan Januari: Tak Ingin Kehilanganmu
47 47. Sampai Bulan Januari: Keinginan Memberontak
48 48. Sampai Bulan Januari: Hari Kemah
49 49. Sampai Bulan Januari: Perkemahan yang Sebenarnya
50 50. Sampai Bulan Januari: Pacaran Terosss
Episodes

Updated 50 Episodes

1
01. Sampai Bulan Januari: Bar
2
02. Sampai Bulan Januari: Pertengkaran Keluarga
3
03. Sampai Bulan Januari: Hari Tersial
4
04. Sampai Bulan Januari: Gagal Fokus
5
05. Sampai Bulan Januari: Kesialan Bertubi-tubi
6
06. Sampai Bulan Januari: Restu Papa
7
07. Sampai Bulan Januari: Hari Pertama
8
08. Sampai Bulan Januari: Suara Mengerikan
9
09. Sampai Bulan Januari: Jin Gama
10
10. Sampai Bulan Januari: Serba Serbi Laura
11
11. Sampai Bulan Januari: Luna Bertindak
12
12. Sampai Bulan Januari: Dag Dig Dug Serr
13
13. Sampai Bulan Januari: Pertemuan Penting
14
14. Sampai Bulan Januari: Second Wish
15
15. Sampai Bulan Januari: Dendam itu Nyata
16
16. Sampai Bulan Januari: Pingsan
17
17. Sampai Bulan Januari: Deja Vu
18
18. Sampai Bulan Januari: Salah Kostum
19
19. Sampai Bulan Januari: First Kiss
20
20. Sampai Bulan Januari: Ada yang berbeda ...
21
21. Sampai Bulan Januari: Kang Ghosting
22
22. Sampai Bulan Januari: Gama, please!
23
23. Sampai Bulan Januari: Hampir aja ketahuan
24
24. Sampai Bulan Januari: Objek Bully
25
25. Sampai Bulan Januari: Gama Mengamuk
26
26. Sampai Bulan Januari: Perjanjian Rahasia
27
27. Sampai Bulan Januari: Penguntit?
28
28. Sampai Bulan Januari: Panggilan Pusat
29
29. Sampai Bulan Januari: Perkenalan Dua Saudara Tiri
30
30. Sampai Bulan Januari: Ancaman Gama
31
31. Sampai Bulan Januari: You'll be mine
32
32. Sampai Bulan Januari: SIT (Surat Izin Telat)
33
33. Sampai Bulan Januari: Sebuah Peringatan
34
34. Sampai Bulan Januari: Dia yang Dibenci Laura
35
35. Sampai Bulan Januari: Nebeng Mandi
36
36. Sampai Bulan Januari: Laura & Gama
37
37. Sampai Bulan Januari: Pertikaian Dua Saudara Tiri
38
38. Sampai Bulan Januari: Ketahuan
39
39. Sampai Bulan Januari: Rahasia Laura
40
40. Sampai Bulan Januari: Kebrengsekan Revian
41
41. Sampai Bulan Januari: Perjanjian Dulu
42
42. Sampai Bulan Januari: Melupakan Soal Janji
43
43. Sampai Bulan Januari: Affair With Me
44
44. Sampai Bulan Januari: Sandiwara Luka
45
45. Sampai Bulan Januari: Balas Dendam
46
46. Sampai Bulan Januari: Tak Ingin Kehilanganmu
47
47. Sampai Bulan Januari: Keinginan Memberontak
48
48. Sampai Bulan Januari: Hari Kemah
49
49. Sampai Bulan Januari: Perkemahan yang Sebenarnya
50
50. Sampai Bulan Januari: Pacaran Terosss

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!