Bab 3

Keesokan hari nya.

Seperti biasa Quinsha bersiap untuk berangkat ke kantor. Ia pun lebih dulu menyelesaikan pekerjaan nya di rumah sebelum ia meninggalkan nya untuk berangkat bekerja. Karena ia sendiri tahu sang bibi tidak akan membiarkan nya berangkat bekerja di saat keadaan rumah belum selesai ia kerjaan.

Quinsha setiap hari harus bangun subuh subuh agar ia dapat menyelesaikan pekerjaan lebih dulu, Bibi nya sengaja tidak memanggil pembantu karena Bagi mereka Quinsha adalah pembantu mereka.

Bagi Quinsha ini bukan hal yang berat karena ia sudah terbiasa bekerja sejak ia masih kecil. selain pekerjaan rumah, Quinsha pun mengurus adik sepupu nya yang masih bersekolah SMP, seorang laki laki remaja.

Meski Bibi Sonia tidak begitu menyukai Quinsha, tapi Quinsha dekat dengan Farel menganggap nya seperti adik kandung nya sendiri, begitu hal nya dengan Farel yang sangat menyayangi Quinsha.

"Kak, Berangkat bareng ya."Ucap Farel pada Quinsha.

Quinsha melihat ke arah Bibi Sonia yang kedua mata nya sudah membulat, mengancam Quinsha untuk tidak mengiyakan. Farel selalu ingin Berangkat bersama Quinsha untuk 1 mobil dengan ibu nya, tapi Quinsha selalu menolak dengan berbagai alasan. Farel tahu Ibu nya adalah alasan dan ketakutan bagi Sang kakak.

"Kakak akan naik bis, tidak enak dengan Amel, dia menunggu kakak di halte."Ucap Quinsha.

"Ya sudah, nanti kita antar kak Shasha ke Halte ya Ma."Ucap Farel.

"Hm."Balas Bibi Sonia. Ia sangat menyayangi farel hingga ia tidak dapat menolak keinginan putra nya. Itu sebab nya ia menginginkan Quinsha yang menolak.

Quinsha pun ikut mobil bibi Sonia sampai di halte. "Mana kak Amel?." Tanya Farel saat ia melihat di halte tidak ada Amel.

"Mungkin belum sampai, Bibi aku turun dulu ya."Ucap Quinsha namun di cuekin oleh Bibi Sonia, Quinsha pun lekas turun dari mobil melambaikan tangan pada Farel, belum sempat kembali berucap, Bibi Sonia sudah lebih dulu menjalankan mobil nya meninggalkan Quinsha.

Quinsha hanya menghela nafas dan duduk menunggu bus datang, sebuah mobil sport merah berhenti tepat di depan halte itu, Membuat semua mata tertuju pada mobil yang berhenti, semua orang terkagum dengan mobil mewah itu dan penasaran siapa pemilik mobil mewah itu. sama hal nya dengan Quinsha, namun rasa penasaran Quinsha lebih ke arah kenapa mobil mewah berhenti di depan halte, siapa orang yang ingin di jemput.

Namun saat melihat siapa yang turun dari mobil itu membuat Quinsha terkejut ternyata yang turun adalah Jesen Milton.

Quinsha menelan Saliva nya ketika Jesen berjalan menghampiri nya. "Pagi cantik."Ucap Jesen dengan senyuman penuh pesona.

Quinsha bingung melihat kiri kanan dan melihat kebelakang, memastikan kalau orang yang di ajak bicara oleh Jesen Milton adalah dirinya.

"Aku?."

"Tentu saja kamu, siapa lagi." Sahut Jesen dengan tertawa.

Semua mata tertuju pada kedua orang itu, pesona Jesen tidak dapat di pungkiri menarik tatapan para wanita di sekeliling nya.

"Mau apa?." Tanya Quinsha bingung.

"Mengajak mu berangkat bersama."Balas Jesen.

"Tidak mau, Kamu pergi saja sendiri."Tolak Quinsha.

Jesen tersenyum mengerutkan kening nya, Baginya Quinsha adalah wanita yang unik, karena ia wanita pertama yang menolak saat di ajak 1 mobil dengan nya.

Pit pit

Suara Bus yang mengantri belakang mob Jesen membunyikan klakson nya karena bus mau berhenti di depan halte.

"Bawalah mobil mu pergi, bus itu sudah datang."Ucap Quinsha.

"Dan kau?."

"Aku akan naik Bus saja."Balas Quinsha segera berdiri dari duduk nya.

Melihat ia tidak akan berhasil mengajak Quinsha untuk berangkat bersama nya dan juga desakan orang orang karena tidak sabar untuk naik bus, Jesen pun memilih untuk pergi dengan mobil nya.

Saat ia telah duduk di mobil, ia masih melihat Quinsha yang berdiri di halte. "Kamu cukup menantang ku Quinsha." Batin Jesen.

Pit

Suara Klakson bus mengangetkan Jesen. Membuat Laki laki itu agak kesal.

"Sial, tidak sabaran sekali."Gerutu nya lalu menjalankan mobil nya.

Quinsha ada perasaan senang, namun ia juga tidak enak pada Jesen. entah apa yang akan di lakukan Jesen pada nya di kantor karena pasti penolakan nya sudah membuat nya kesal.

Saat sampai di kantor. Quinsha yang baru saja menaruh barang nya di loker di hampiri Amel.

"Shasha, seperti nya Kamu akan menjadi incaran Tuan Jesen."Ucap Amel.

"Benarkah? Kenapa kamu bilang begitu?." Balas Quinsha sembari menutup loker nya.

"Pagi pagi Tuan Jesen sudah ada di kantor dan dia minta kamu yang membersihkan ruangan nya dan membuatkan teh untuk nya."Ucap Amel.

Quinsha menghela nafas berat, ia tahu ini akan terjadi.

Namun Baginya hal itu bukan hal yang mengejutkan diri nya, karena ia sendiri sudah tahu akan hal itu, bahkan pagi pagi saja Jesen sudah menganggu nya, namun Quinsha tidak mau ambil pusing.

Memang nya hanya Tuan Aidan saja yang bisa alergi pada Orang miskin, Dirinya pun bisa juga alergi pada orang kaya, begitu lah isi hati Quinsha ingin berkata.

Saat Quinsha berjalan memasuki ruangan Jesen, tanpa sengaja kaki nya menendang sesuatu yang membuat ia melihat sebuah pulpen jatuh ke lantai.

Quinsha pun segera mengambil nya dan melihat sebuah pulpen yang sangat beda desain nya dari yang biasa di pakai oleh Quinsha untuk menulis, Quinsha terpesona dengan sebuah pulpen.

"Nona, kenapa pulpen Tuan Aidan ada pada anda?." Tanya Sekertaris Ken yang membuat Quinsha terkejut dan menoleh, entah sejak kapan kedua laki laki dingin di depan ada, ia bahkan tidak menyadari kedatangan nya.

"Mereka seperti hantu saja yang datang tiba tiba."Batin Quinsha.

"Saya menemukan nya disini."Ucap Quinsha dengan kepala tertunduk seperti biasa, entah kenapa ia seperti tidak memiliki ke beranian untuk melihat wajah Bos yang menyebalkan itu.

"Ini Tuan, saya tidak tahu ini milik anda." Quinsha memberikan pulpen itu pada Aidan.

Laki laki itu mengambil pulpen itu dan mengamati nya, seolah sedang mengamati sesuatu di pulpen itu. Namun beberapa saat kemudian. Aidan membuat pulpen itu ke dalam tong sampah yang membuat Quinsha terkejut begitu hal nya dengan Ken.

"Jangan pernah Berani menyentuh barang barang yang biasa aku pakai, Karena aku tidak mau orang miskin seperti mu menyentuh nya."ucapan pedas itu kembali masuk ke telinga Quinsha. Quinsha sebenarnya sangat marah, namun lagi lagi ia hanya bisa memendam di dalam hati nya tanpa berani melawan.

"Baik Tuan." Bahkan dengan mudah kata mengiyakan itu keluar dari mulut Quinsha, karena ia menyadari ketidak berdayaan nya. Aidan lalu berjalan melewati Quinsha sembari menepuk kedua tangan nya, seolah membersihkan debu yang baru saja ia sentuh.

Terpopuler

Comments

Nurhasanah

Nurhasanah

ada spa alergi sm org miskin...?aidan

2024-06-29

0

Intan Nguru

Intan Nguru

makin penasaran ceritanya

2023-12-03

1

Neng Ineu

Neng Ineu

ini mah banyak tingkah

2023-10-30

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!