Minggu berlalu sejak pertemuan tak terduga mereka di bawah hujan deras. Olivia dan Liam menjadi lebih dekat setiap hari, berbagi cerita, seni, dan impian mereka satu sama lain. Pesan teks dan panggilan telepon menjadi rutinitas yang dinantikan oleh keduanya.
Kehidupan Olivia yang pernah monoton sekarang dipenuhi dengan kegembiraan dan kegembiraan yang tak pernah dia rasakan sebelumnya.
Pagi itu, Olivia duduk di teras rumahnya yang luas, menikmati secangkir kopi dan membaca pesan teks terbaru dari Liam.
"Hari ini aku akan tampil di sebuah kafe lokal. Aku akan sangat senang jika kamu bisa datang."
Senyuman muncul di wajah Olivia. Dia sangat ingin mendengar musik Liam lagi.
"Pasti, aku akan datang," balasnya dengan cepat.
Beberapa jam kemudian, Olivia tiba di kafe yang ramai. Lampu-lampu remang-remang dan aroma kopi yang harum menciptakan atmosfer yang nyaman.
Liam duduk di sudut panggung dengan gitar kesayangannya di pangkuannya, siap untuk tampil.
Ketika dia melihat Olivia masuk, senyum lebar menghiasi wajahnya.
"Olivia!" serunya ketika dia berjalan mendekat.
Olivia merasa detak jantungnya berdebar lebih cepat.
"Hai, Liam. Aku tidak sabar untuk mendengarkan musikmu lagi."
Malam itu, Liam memainkan lagu-lagu orisinalnya, yang penuh dengan emosi dan kehidupan.
Suaranya yang merdu dan lirik-lirik yang dalam menyentuh hati semua yang hadir di kafe itu.
Olivia terpikat oleh setiap catatan dan kata-kata yang dinyanyikan oleh Liam.
Setelah pertunjukan selesai, Olivia bergabung dengan Liam di panggung.
"Kamu sungguh luar biasa, Liam. Aku merasa seperti aku telah diterbangkan oleh musikmu."
Liam tersenyum sambil menutupi gitar kesayangannya.
"Aku senang kamu suka."
Mereka duduk di meja kecil di sudut kafe, berbicara tentang musik, seni, dan mimpi mereka.
Semakin banyak mereka berbicara, semakin dalam mereka terjalin satu sama lain.
Ini bukan lagi hanya pertemuan tak terduga, tetapi awal dari sesuatu yang lebih dalam.
Ketika malam semakin larut, Liam mengambil tangan Olivia dengan lembut.
"Olivia, ada sesuatu yang ingin aku katakan padamu."
Olivia menatap matanya dengan penuh perasaan.
"Apa itu, Liam?"
Liam menelan ludah dengan hati-hati.
"Aku tahu kita baru saja bertemu, tetapi aku merasa ada sesuatu yang istimewa di antara kita.
Aku ingin mengenalmu lebih dalam lagi, ingin tahu lebih banyak tentangmu. Apakah kamu mau bersedia menjadi teman dekatku?"
Olivia tersenyum, terharu oleh kata-kata Liam.
"Tentu saja, Liam. Aku merasa hal yang sama. Kita bisa menjadi teman dekat dan menjalani perjalanan ini bersama-sama."
Saat itu, di kafe yang penuh dengan suara tawa dan canda, Olivia dan Liam membuat janji untuk saling mengenal lebih baik.
Mereka menjadi teman yang tak terpisahkan, saling mendukung dalam impian dan aspirasi mereka.
Namun, ada sesuatu yang Olivia sembunyikan dari Liam, sesuatu yang akan menjadi penghalang dalam perjalanan mereka.
Beberapa minggu kemudian, Olivia dan Liam berjalan-jalan di taman kota, tangan mereka berpegangan erat.
"Kamu tahu, Liam," kata Olivia
"aku merasa beruntung bisa memiliki seseorang seperti kamu dalam hidupku."
Liam tersenyum dan mencium kening Olivia.
"Dan aku merasa sama, Olivia. Kamu adalah cahaya dalam hidupku."
Namun, di tengah kebahagiaan mereka, Olivia merasa tertekan oleh rahasia besar yang dia sembunyikan dari Liam.
Dia tahu bahwa dia harus menceritakannya pada suatu saat, tetapi takut akan reaksi Liam.
Malam itu, ketika mereka duduk di teras rumah Olivia, cahaya bulan menggantikan matahari yang telah tenggelam,Olivia tahu saatnya tiba.
"Liam, ada sesuatu yang harus aku katakan padamu."
Liam melihat wajah Olivia yang serius dan khawatir.
"Apa itu, Olivia? Kamu terlihat cemas."
Olivia menghela nafas dalam-dalam.
"Liam, aku punya sesuatu yang harus kusembunyikan darimu.
Aku seharusnya memberitahumu sejak awal, tetapi aku takut akan bagaimana kamu akan meresponnya."
Liam menatapnya dengan rasa ingin tahu yang tumbuh.
"Apa itu, Olivia? Kamu bisa mengatakan padaku apa pun."
Olivia menarik nafasnya dan mulai berbicara.
"Aku berasal dari keluarga Thornton, keluarga seniman terkenal, Orang tuaku memiliki bisnis seni yang besar dan aku diharapkan untuk meneruskan tradisi itu. Namun, aku ingin menjalani hidupku sendiri, menjadi pelukis merdeka, bukan hanya bagian dari bisnis keluarga."
Liam mendengarkan dengan serius, matanya tetap menatap Olivia.
"Itu bukan sesuatu yang buruk, Olivia. Impianmu sangat berharga."
Olivia menangis perlahan.
"Tapi aku takut bagaimana keluargaku akan merespon hubunganku denganmu. Mereka mungkin tidak akan mengizinkan kami bersama, Liam."
Liam mengambil tangan Olivia dan menatapnya dengan tulus.
"Kita akan menghadapi rintangan ini bersama-sama, Olivia. Cinta kita akan mengalahkan segala batasan."
Dalam pelukan Liam, Olivia merasa seolah-olah beban besar telah diangkat dari pundaknya.
Dia tahu bahwa melawan batasan cinta mereka adalah perjuangan yang akan mereka hadapi bersama-sama, tetapi dia juga tahu bahwa bersama-sama, mereka bisa mengatasi segalanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
🎀
Wah berat nih masalah perbedaan kasta
2024-06-05
0