Jemima mencuci mukanya yang sembab karena kebanyakan menangis. Dia menghela nafas panjang.
“Apa pantas di usia pernikahan yang sudah 8 tahun bahkan lebih ini aku masih meragukan cintanya?” Jemima bertanya dalam hati. Rasanya konyol sekali tapi dia tidak tahu kenapa dia ingin sekali mendengar Agam mengungkapkan perasaannya.
Setelah dirasa lebih baik, Jemima kemudian ikut berbaring di dalam kamar tidurnya bersama Agam. Posisi tidur Agam memunggungi dirinya sehingga Jemima memeluknya dari belakang.
“Apa hatimu juga menjadi milikku pa? Atau hanya ragamu saja?”.
“Jangan menangis Mima………..!!!” Jemima menguatkan dirinya dalam hati. Dia tidak mengerti kenapa dia begitu sensitif padahal sudah 5 tahun lamanya Inez menjadi rekan kerja suaminya dan selama itu tidak ada yang aneh-aneh terjadi.
Dan juga sudah 8 tahun Agam menjadi suaminya, lalu kenapa baru sekarang Jemima mempertanyakan perasaan suaminya?.
Pagi menyapa, Jemima merasa sangat malas untuk bangun. Matanya berat efek begadang sambil menangis. Saat membuka mata ternyata Agam tidur sambil memeluk dirinya.
Jemima tersenyum kecil. Senang karena sangat jarang Agam memeluknya seperti ini.
Cup
Jemima mencium sekilas bibir suaminya. Tentu saja Agam terusik. Dia malah menahan kepala istrinya dan memperdalam ciuman mereka. Jemima sepertinya salah membangunkan singa yang sedang tertidur. Laki-laki saat baru bangun sangatlah sensitif. Alhasil pagi itu mereka lalui dengan kegiatan panas yang sudah hampir seminggu absen mereka lakukan karena kesibukan Agam tentunya.
….
“Aku pulang terlambat lagi.” ucap Agam saat Jemima mengantarnya sampai di depan mobil.
“Iya, meeting lagi?”.
Agam pun menganggukkan kepala.
“Kalau ada kesempatan jangan lupa makan ya pa” pesan Jemima sambil mencium punggung tangan suaminya.
Agam mencium kening istrinya. Tidak ingin Carel menegurnya lagi.
“Iya, aku pergi dulu” pamit Agam.
Jemima menganggukkan kepala sambil tersenyum. Dia melambaikan tangan pada bayangan mobil Agam yang sudah semakin menghilang. Saat hendak masuk ke dalam rumah, panggilan seseorang menghentikannya.
“Mima….” suara berat seorang lelaki yang begitu Jemima kenali.
“Kian?” Jemima terkejut karena sahabat yang sudah 8 tahun menghilang kini berada di depan rumahnya.
“Apa kabar?” tanya Kian sambil mengulurkan tangannya.
“Aku baik, kamu kemana aja? Kenapa menghilang? Dasar jahat!” Jemima menghujam Kian dengan banyak pertanyaan. Kian hanya terkekeh saja.
“Gimana kalau kita bicara sambil ngopi?” ajak Kian.
“Tapi aku gak bisa ajak kamu masuk, di rumah sepi. Gimana kalau di cafe depan?” jawab Jemima.
Kian pun menganggukkan kepalanya.
“Aku tunggu disana ya, sana ganti bajumu dulu. Masih pakai piyama aja” sahut Kian sambil menggerakkan tangan dengan gaya mengusir. Jemima hanya terkekeh saja. Dia pun ikut mengusir Kian.
“Sana-sana” usirnya bercanda.
Mereka pun tertawa bersama.
“Ya sudah, sampai jumpa ya. Aku tunggu 10 menit, jangan lama-lama” ucap Kian berpamitan.
“Siap tuan” Jemima memberi hormat. Setelah bayangan Kian menghilang, Jemima pun masuk ke dalam rumahnya. Dia mandi dan berganti pakaian agar terlihat rapi saja. Tidak lupa dia menghubungi Agam. Dia tetap harus meminta ijin pada Agam untuk bertemu dengan Kian walau dia dan Kian sudah berteman lama. Bahkan jauh sebelum dirinya mengenal Agam.
Tiga kali Jemima menghubungi Agam tapi belum ada jawaban. Sepertinya Agam masih di jalan. Jemima kembali menunggu karena tidak ingin Agam salah paham.
“Memangnya dia bisa cemburu?”. Jemima baru teringat kalau suaminya itu tidak pernah cemburu.
“Lagi-lagi salah satu ciri suami yang tidak mencintai istrinya” gumam Jemima.
Tapi walau begitu Jemima tetap menunggu sampai Agam bisa dihubungi. Wajib hukumnya dia meminta izin Agam sebelum pergi kemanapun.
Tak butuh waktu lama, Agam pun menghubunginya balik.
“Kenapa ma?” Agam tahu kalau Jemima tidak mungkin menghubunginya sampai berkali-kali kalau tidak ada hal yang penting.
“Aku mau bertemu Kian ya pa? Papa ingat kan sama Kian?” jawab Jemima.
“Dimana?” Agam tidak langsung mengiyakan.
“Di cafe depan” jawab Jemima sejujurnya.
“Iya” Agam akhirnya memberi izin.
“Terima kasih pa, I Love You” balas Jemima.
“Hemm…” Agam hanya membalas dengan deheman kemudian menutup panggilannya.
“Mana mungkin dia menjawab kata cintaku” gumam Jemima. Dia pun bergegas menuju cafe di depan rumahnya karena tidak ingin Kian menunggu terlalu lama.
…
Saat sampai di cafe, Kian sudah memesankan minuman kesukaan Jemima. Pria tampan itu memang selalu mengingat apapun yang menjadi favorit sahabat baiknya itu.
“Wah…kamu ingat minuman favoritku?” ucap Jemima saat meletakkan bokongnya di kursi.
Kian tersenyum lebar.
“Tentu saja, kita sudah berteman dari orok” jawab Kian dengan kekehan.
“Kalau sudah berteman selama itu kenapa tidak datang ke pernikahanku? Kemana aja kamu selama ini?” omel Jemima.
Kian hanya tersenyum tipis.
“Ada masalah keluarga yang belum bisa aku ceritakan. Walau tidak datang tapi kan aku sudah mengirimkan hadiah pernikahan”.
Jemima pun mengangguk paham. Dia cukup tahu bagaimana keadaan keluarga Kian yang broken home dan papanya menikah lagi.
“Kamu kerja dimana?” tanya Jemima. Dia paham kalau Kian merasa berat untuk menceritakan masalah keluarga hingga dia mengalihkan pembicaraan.
“Aku mempunyai PH (Production house)” jawab Kian membanggakan dirinya.
“Wow hebat banget, jadi selama ini kamu menghilang karena merintis usaha?” puji Jemima.
Kian pun menganggukkan kepalanya.
“Iya, sebenarnya kedatanganku kesini juga ingin mengajakmu bekerja sama. Aku memerlukan artis untuk membintangi acara masak-memasak. Aku lihat pengikutmu di sosial media cukup banyak, jadi aku pikir kamu pasti sangat cocok menjadi talent acara tersebut” ucap Kian panjang lebar.
Jemima terlihat antusias. Kapan lagi kesempatan besar ini datang padanya.
“Acaranya juga seminggu sekali. Kegiatan menjadi Ibu dan istri yang baik mu tidak akan terganggu” ledek Kian pula.
Jemima tertawa mendengar itu. Sebenarnya bisa saja dia menyetujuinya saat itu juga tapi dia tetap harus meminta izin pada suaminya.
“Ini kartu namaku, PH ku sudah lumayan terkenal. Kamu tahu Nico kan? Dia artis papan atas yang menjadi asuhanku” ucap Kian lagi-lagi membanggakan dirinya sendiri.
Kian memang selalu percaya diri seperti ini sejak dulu, tapi dia bukanlah orang yang sombong.
“Aku sih senang banget kamu nawarin aku kerjaan ini. Tapi sebagai istri yang baik, Aku tetap harus minta izin sama suami aku”.
Kian mencebikkan bibirnya.
“Kalau sampai si Ogam itu tidak mengizinkanmu biar aku yang bicara padanya”.
“Namanya Agam bukan Ogam” ralat Jemima.
Kian hanya tertawa saja. Menurutnya nama Agam kebagusan untuk suami Jemima.
“Dia itu kaku dan tidak bisa bercanda. Orangnya pasti tidak se asik dan sepengertian aku. masih saja kamu hormat sama dia”.
“Tapi dia setia” protes Jemima.
Lagi-lagi Kian tertawa.
“Iya, semoga dia memang setia seperti yang kamu katakan”.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
ria
kian memendam rasa sama kamu jemima.
2023-09-27
1
Suyadi Yadi
pasti kian punya punya rasa sama jimema dan tahu gimana sikap Agam,
2023-09-22
2