Ingin Dengar

Entah Agam menyadari kesalahannya atau tidak, yang jelas dia hanya diam saja dan tidak lagi menceramahi apalagi membandingkan Jemima dengan Inez seperti yang tadi dia lakukan. Agam kembali melanjutkan makannya sedangkan Jemima sibuk dengan urusannya di dapur.

Selesai makan, Agam pun ke dapur dan membantu istrinya mencuci piring.

“Ma…”panggil Agam pelan. Dia sadar betul kalau istrinya saat ini sedang tidak baik-baik saja.

“Iya” sahut Jemima tanpa melihat ke arah Agam. Dia masih menyibukkan diri merapikan peralatan memasak yang biasanya dia gunakan untuk membuat konten. Dia takut akan menangis bila melihat ke arah Agam.

“Kamu kenapa?” Agam mengulang pertanyaan nya yang tadi walau Jemima sudah menjawab dia baik-baik saja.

“Tidak apa-apa , Pa” jawab Jemima tersenyum tipis. Senyum yang Agam tahu kalau itu dipaksakan.

Agam pun tidak memperpanjang lagi. Dia lebih baik menunggu Jemima siap menceritakannya daripada memaksa seperti ini.

“Aku ke kamar dulu kalau begitu” ucap Agam saat dia sudah selesai mencuci piringnya. Jemima hanya mengangguk tanpa menjawab apapun lagi.

….

Agam sudah terbuai ke alam mimpi saat Jemima masuk ke kamar mereka. Tak heran bila Agam begitu cepatnya tidur mengingat bagaimana lelahnya pekerjaannya seharian ini.

Jemima ikut masuk ke dalam selimut. Dia pandangi wajah Agam yang terlihat damai itu. Tanpa sadar air matanya berjatuhan. Sekarang saat Agam sudah tertidur seperti ini dia baru berani menangis. Jemima tidak ingin terlihat cengeng di depan suaminya. Agam tidak menyukai wanita manja dan cengeng. Dia mencintai wanita yang mandiri dan juga tegas. Persis seperti sifat Inez.

“Aku ingin sekali mendengar kamu mengatakan mencintaiku” gumam Jemima dalam hati. Dia hapus air matanya dan masuk ke dalam pelukan Agam. Sudah menjadi kebiasaan kalau dia harus tidur sambil memeluk suaminya. Karena bila menunggu Agam yang memeluk terlebih dahulu rasanya seperti menunggu hujan salju di gurun sahara. Tak menunggu lama Jemima pun ikut masuk ke alam mimpi menyusul suaminya.

Entah di menit keberapa, Agam pun membalas pelukan istrinya. Sadar tidak sadar sebenarnya Agam pun sudah begitu terbiasa dengan istrinya walau orang-orang tahunya kalau dulu Agam tidak mencintai istrinya.

Pagi menyapa, seperti biasa Jemima bangun lebih awal walau tidurnya selalu paling belakang. Dia langsung ke dapur menanak nasi kemudian melanjutkan membuat menu sarapan lainnya. Biasanya untuk membersihkan rumah akan dia lakukan saat anak dan suaminya sudah pergi bekerja dan sekolah. Hari ini mood Jemima kurang baik, dia masih mengingat bagaimana Agam membandingkan dirinya dengan Inez padahal itu hal yang biasa saja tapi terasa begitu menyesakkan karena Jemima tahu kalau Agam pernah menyukai Inez sebelumnya.

Apalagi kata-kata Yura saat pertemuan mereka kemarin masih berlarian di kepala Jemima.

“Apa benar Agam masih menyukai Inez?” Jemima bergumam dalam hati tapi dengan cepat dia menggelengkan kepalanya.

“Kalau Agam memang mencintainya tidak mungkin dia mau menikah denganku” Jemima berusaha menguatkan hatinya dan percaya kalau Agam memang mencintainya.

“Aku ingin dengar, ingin mendengar kalau dia mencintaiku”.

Jemima menghela nafas berat. Rasanya mustahil kalau Agam mau mengungkapkan perasaannya seperti itu.

Lagi-lagi Jemima menghela nafas dan memilih melanjutkan memasak sarapannya. Dia harus segera membangunkan duo tampannya agar tidak terlambat. Selesai membuat sarapan, Jemima lebih dulu membangunkan Carel yang masih bergelut dengan selimutnya.

“Sayang, Ayo bangun…nanti terlambat” Jemima membangunkan Carel dengan lembut. Tak butuh waktu lama Carel pun terbangun sambil menggeliatkan tubuhnya.

“Sudah pagi Mama?” tanya Carel dengan imutnya.

“Sudah sayang, Ayo bangun” jawab Jemima dengan tersenyum.

Carel memeluk Ibunya yang cantik itu dan mengucapkan selamat pagi. Tak apa Agam tidak romantis padanya, sekarang sudah ada Carel yang memperlakukannya bagai ratu dan begitu mencintainya.

Setelah memastikan Carel bersiap untuk sekolah, Jemima pun hendak membangunkan Agam. Tapi rupanya setelah sampai di kamar suami tampannya itu sudah terbangun. Terdengar gemericik air dari dalam kamar mandi yang artinya Agam sedang mandi disana.

Jemima lalu kembali ke dapur untuk menghidangkan sarapannya. Terpaksa nanti siang dia harus membuat ide konten baru mengingat tadi dia sangat tidak memiliki mood untuk itu. Padahal dia sudah ada kerjasama dengan salah satu alat masak set yang jadwal postingnya malam ini. Benar-benar sistem kebut yang harus Jemima gunakan. Untung saja idenya sudah ada tinggal eksekusinya saja.

“Pagi pa” Jemima menyambut ramah kedatangan suaminya ke meja makan.

Agam hanya menganggukkan kepala merespon sapaan istrinya. Agam memang sekaku itu. Mungkin hanya Jemima yang paling tahan menghadapi sifat kakunya itu.

“Mama…” dengan riang Carel menghampiri ke meja makan. Dia bahkan memeluk Ibunya, padahal tadi pagi dia sudah memeluk Ibunya. Sedangkan pada Agam dia hanya menyapa sewajarnya.

“Pagi papa” sapa Carel dan duduk di sebelah Papanya.

“Pagi, sudah siapkan semuanya?” pertanyaan yang hampir setiap hari Agam ajukan.

“Sudah pa” jawab Carel cepat.

Mereka sekeluarga pun sarapan seperti biasa. Jemima bisa mengubur sejenak perasaan sedihnya, karena dia tidak ingin Carel ikut sedih melihat dirinya yang ternyata tidak baik-baik saja. Jemima tidak mengerti kenapa dia malah begitu sensitif padahal biasanya dia tidak seperti ini.

Andai Agam mau mengatakan sekali saja kalau dia mencintai Jemima, mungkin dia tidak akan sesedih ini. Tapi bagaimana Agam bisa tahu kalau Jemima sendiri lebih memilih memendamnya? Agam bukanlah cenayang yang bisa membaca apa yang Jemima pikirkan.

….

“Ma, aku pulang malam hari ini. Galih ada makan malam dengan rekan bisnis dan aku harus menemaninya” jelas Agam saat istrinya mengantar sampai di depan mobil.

“Iya pa” balas Jemima dengan tersenyum. Dia pun mencium punggung tangan suaminya.

“Papa, kenapa tidak cium mama? Daddynya Malik selalu mencium Mommy nya” tanya Carel menceritakan tentang orang tua temannya.

Agam tersenyum kecil kemudian menuruti keinginan putranya. Dia kemudian mencium kening Jemima sebelum masuk ke dalam mobilnya. Suatu hal yang sangat-sangat jarang dan bisa dihitung jari. Tapi bukan berarti kalau di atas ranjang Agam juga seperti itu, kalau mereka sedang bercinta dia tidak seperti Agam yang biasanya. Dia layaknya suami yang mencintai istrinya walau tidak seperti pria yang lain yang pasti akan mengatakan I Love You setelah sesi percintaan mereka berakhir. Agam hanya akan memeluk istrinya dengan mesra tanpa mengucapkan kata cinta yang selalu Jemima tunggu-tunggu. Ya mau bagaimana lagi Agam memang sekaku itu. Entah dia malu atau memang tidak mau mengatakannya. Yang jelas sampai detik ini Jemima belum pernah mendengar kalau Agam mencintainya.

Tak heran Jemima selalu bertanya-tanya apakah Agam memang benar mencintainya atau hanya sebatas tanggung jawab karena mereka sudah terlanjur menikah.

Bersambung....

Terpopuler

Comments

Kustri

Kustri

klu g cinta np mau nikah ama jemima sih Gam, dan org" koq tau km g mencintai jemima gmn sih, pengen tak👊

2023-11-13

1

ria

ria

kayakx cuman rasa tanggung jawab krn sdh menikah dg mu jemima

2023-09-27

1

Suyadi Yadi

Suyadi Yadi

Agam harus di kasih pelajaran, mending pergi dari rumah bawah anakmu biar tahu rasa itu agam

2023-09-21

1

lihat semua
Episodes
1 Izin
2 Reuni
3 Ingin Dengar
4 Alasan
5 Tawaran
6 Kurang?
7 Bekerja
8 Mulai Khawatir
9 Kencan
10 Musibah
11 Ragu
12 Curiga
13 Tak Ingin Tersulut Emosi
14 Bertemu Inez
15 Kecewa
16 Kejutan
17 Cinta Pertama Agam
18 Pertama
19 Konser
20 Berbicara
21 Perhatian
22 Salting
23 Melawan Gengsi
24 Kencan?
25 Usaha
26 Perkenalan
27 Rendah diri
28 Nikah Yuk?
29 Enggak Pacaran Tapi Nikah?
30 Manis Pernikahan
31 Kenyamanan
32 Tawaran
33 Jengkel
34 Ide Galih
35 Anak Siapa?
36 Bukan Agam
37 Kamu Dimana?
38 Aku Pergi
39 Terus Mencarimu
40 Pingsan
41 Menjelaskan
42 Bodoh
43 Salah Orang
44 Macam Orang Bodoh
45 Justice For Inez
46 Menunggu Itikad Baik
47 Ayo Pulang
48 Jangan Pergi
49 Makan Malam Hangat
50 Permohonan Maaf
51 Tak Segampang Itu
52 Manusia Biasa
53 Jessica?
54 Sama-Sama Dewasa
55 Sadarlah
56 Jangan Sampai
57 Maaf
58 Tak Tertandingi
59 Penyesalan Inez
60 Melupakan
61 Apa Kamu Marah?
62 Orang Baik
63 Masalah Baru
64 Memang Iya?
65 Undangan
66 Bertemu Ibu
67 Pesta Ulang Tahun
68 Pulang
69 Malu
70 Tidak Tahu Malu
71 Waktu Cepat Berlalu
72 Pesta Pernikahan
73 Salah Paham
74 Masa Lalu
75 Kecewa
76 Pendonor
77 Kesepian
78 Bertemu Yura
79 Maaf
80 Putri Kian
81 End Of Story
Episodes

Updated 81 Episodes

1
Izin
2
Reuni
3
Ingin Dengar
4
Alasan
5
Tawaran
6
Kurang?
7
Bekerja
8
Mulai Khawatir
9
Kencan
10
Musibah
11
Ragu
12
Curiga
13
Tak Ingin Tersulut Emosi
14
Bertemu Inez
15
Kecewa
16
Kejutan
17
Cinta Pertama Agam
18
Pertama
19
Konser
20
Berbicara
21
Perhatian
22
Salting
23
Melawan Gengsi
24
Kencan?
25
Usaha
26
Perkenalan
27
Rendah diri
28
Nikah Yuk?
29
Enggak Pacaran Tapi Nikah?
30
Manis Pernikahan
31
Kenyamanan
32
Tawaran
33
Jengkel
34
Ide Galih
35
Anak Siapa?
36
Bukan Agam
37
Kamu Dimana?
38
Aku Pergi
39
Terus Mencarimu
40
Pingsan
41
Menjelaskan
42
Bodoh
43
Salah Orang
44
Macam Orang Bodoh
45
Justice For Inez
46
Menunggu Itikad Baik
47
Ayo Pulang
48
Jangan Pergi
49
Makan Malam Hangat
50
Permohonan Maaf
51
Tak Segampang Itu
52
Manusia Biasa
53
Jessica?
54
Sama-Sama Dewasa
55
Sadarlah
56
Jangan Sampai
57
Maaf
58
Tak Tertandingi
59
Penyesalan Inez
60
Melupakan
61
Apa Kamu Marah?
62
Orang Baik
63
Masalah Baru
64
Memang Iya?
65
Undangan
66
Bertemu Ibu
67
Pesta Ulang Tahun
68
Pulang
69
Malu
70
Tidak Tahu Malu
71
Waktu Cepat Berlalu
72
Pesta Pernikahan
73
Salah Paham
74
Masa Lalu
75
Kecewa
76
Pendonor
77
Kesepian
78
Bertemu Yura
79
Maaf
80
Putri Kian
81
End Of Story

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!