Bukan salah Raisa jika ia cantik dan seksi. Tapi sungguh terlalu jika mata itu tetap memandanginya tanpa kesopanan, memandanginya dari puncak kepala hingga ujung kaki.
Lelaki inikah yang menurut adiknya, adalah pimpinan tempatnya bekerja. Seingat Raisa, Darren tidak pernah menyebut bola mata biru, dan muka mirip bule, meskipun tidak seratus persen sebagai salah satu ciri khas orang yang menjadi mandornya.
Raisa buru-buru memalingkan muka ketika menyadari pandangan mata pria itu terus tertuju padanya.
Raisa tidak ingin merasa tersanjung karena dipandangi sedemikian penuh minat atau apa itu disebut kagum?
"Ck... ". Raisa mengeluh dalam hati. Sudah sering dirinya dipuji cantik, sejak masih hidup dalam kemewahan, dalam gelimang harta.
Sejak SMA, ke salon kecantikan dan perawatan bukan hal yang jauh darinya. Semua itu sudah dilakoninya. Kulitnya terawat, wajahnya putih mulus, apalagi Raisa memang dianugrahi wajah yang cantik rupawan dari mamanya yang kelahiran Amerika latin, alhasil Raisa memiliki wajah latin dengan tubuh mirip gitar spanyol begitu pendapat orang. Untuk seusianya ketika itu.
Raisa termasuk memiliki tubuh jauh lebih menarik baik di mata teman laki-laki maupun perempuan. Meskipun Raisa lebih senang kalau teman-temannya mengakui kepintaran nya dibanding tubuh moleknya.
Dan sekarang, meskipun tidak lagi melakukan perawatan tubuh dan pada wajahnya dengan rutin ke salon, Raisa tetap gadis cantik sejak lahirnya.
Pun kondisi tubuh dan wajahnya tidak banyak berubah, karena sebagai gadis yang cerdas dan pintar dalam banyak hal, tentu urusan merawat diri bukan hal yang sulit untuknya.
Baginya, keterbatasan ekonomi tidak mesti menjadikan seorang wanita tidak memiliki daya untuk merawat diri nya. Segala potensi sumber daya alam dapat dimanfaatkan dan itu salah satu kelebihan Raisa.
Mungkin itu pula yang membuat nya tidak putus asa ketika tiba-tiba dihadapkan pada kenyataan harus hidup pas-pasan. Lagipula dia tidak benar-benar kehilangan seluruh harapan nya, buktinya Raisa memiliki simpanan dan sepetak tanah.
Segera saja otak cerdasnya bekerja. Sayangnya laki-laki memang selalu kelihatan bodoh bila bertemu pemandangan begini.
Dan karena Raisa datang akibat rasa prihatin pada adiknya. Raisa sedikitpun tidak mengindahkan tatapan memuja untuknya.
Darren baru saja bekerja dan tiba-tiba saja seorang mandor tempatnya bekerja, hendak memecat adiknya karena satu kesalahan yang menurut Raisa bisa dimaafkan. Raisa sudah siap dengan pembelaannya pada Darren.
Seseorang yang ditemuinya bukanlah seorang mandor, melainkan seorang pria tampan yang duduk dengan arogan.
Yang menatapnya penuh minat dengan mata birunya yang sangat menggoda dan memancarkan gairah yang nyata. Sesungguhnya Raisa sedikit bergidik ngeri ditatap demikian, namun Raisa tidak akan mudah goyah.
" Anda akan terus memandang dengan tatapan aneh begitu atau mempersilahkan saya duduk, tuan.... ". Raisa berucap tanpa menyembunyikan suasana hatinya. Orang didepannya tampak semaunya, jadi untuk apa dia memasang sikap sopan.
" Mario... " Seolah tahu maksud kalimat menggantung itu. Pria itu menjawab rasa ingin tahu Raisa.
"Baik, tuan Mario, mohon maaf sebelumnya tuan, saya tidak yakin apakah anda, mandor yang dimaksud oleh Darren, adik saya, tapi seseorang diluar menunjukkan saya ruangan ini". Raisa tidak ingin merasa bersalah karena menemui orang yang berbeda.
" Lalu apa maksud anda kemari, nona". Mario melakukan hal serupa.
" Raisa... ".
" Nona Raisa.... Ada apa dengan adik anda,... Darren? ". Mario menatap bola mata Raisa.
Raisa mengabaikan sikap dan cara pandang pak Mario kepadanya. Ia sedikit tahu tipe pria seperti ini. Merasa bisa menaklukkan hati wanita dengan ketampanan dan kekuasaan yang ada padanya.
Di masa jaya papinya, ia banyak melihat rekan bisnis papinya yang memiliki karakter begini, meski tidak seluruhnya, terdapat juga bos-bos kaya yang tampan dan tetap setia pada wanitanya serta memiliki wibawa, contohnya papinya, yang selalu setia mencintai maminya seorang meskipun dikelilingi banyak wanita-wanita cantik.
" Begini, tuan.... ". Segera Raisa bercerita, termasuk sikap Mandor yang dianggapnya tidak bijaksana. Raisa yakin, pria ini memiliki kuasa disini, hingga Raisa merasa tepat untuk bercerita, agar pria ini tahu kondisi dibawahnya.
Mario masih memandang Raisa dengan takjub, pada kemampuan gadis ini mengeluarkan keluh kesahnya tanpa rasa sungkan sama sekali.
Akhirnya....
" Begini.... Nona Raisa, karena saya bukan Mandor yang anda cari dan saya cukup prihatin dengan masalah adik anda, namun terus terang, ini bukan hak saya untuk memutuskan, tapi karena saya sudah mendengar nya, dan Mandor yang Anda maksud adalah teman baik saya,
Ah... pria ini, coba menutupi status dirinya. Tidak masalah. Bathin Raisa.
Pak Dimas sekarang sedang tidak di tempat dan saya pun sekarang hendak pergi tapi saya bersedia menyampaikan keluhan anda ini. Saran saya, nona Raisa, silahkan datang besok untuk bertemu langsung pak Dimas, mandor yang nona Raisa cari". Mario memberi jalan keluar.
Mario melihat kegigihan wanita ini membela adiknya. Namun perlu untuk mendengar alasan dari pak Dimas, selaku mandor.
Pak Mario adalah atasan yang baru datang meninjau proyek ini. Ia tidak boleh serta merta ikut campur. Dimas merupakan penduduk asli disini. Ia tahu betul potensi-potensi yang dimiliki para buruh disini.
Justru yang dilihatnya di depan matanya sekarang, wanita cantik ini, tidak seperti penduduk asli, wanita ini lebih mirip wanita-wanita di majalah asing dari bentuk wajahnya,
Kemungkinan adiknya pun memiliki wajah yang sama. Ia justru berfikir, bagaimana seseorang seperti mereka mau bekerja kasar? dan kenapa mereka ada di tempat ini, menjadi penduduk disini. Apa mereka pendatang? Mario menjadi tertarik untuk mengetahui kisah wanita ini dan juga adiknya.
Raisa yang melihat pandangan yang menatapnya, seolah sedang menyelidik, memilih segera menyudahi pertemuan ini dan ia memilih mengikuti saran pria tersebut, karena yakin pria yang dicarinya memang bukan pria dihadapan nya saat ini.
Segera, setelah mencoba membantu Darren keluar dari keresahan nya. Raisa memilih segera menuju lokasi kantor cabang, dimana developer yang hendak menganggu area sekolah nya, berkantor.
Itu adalah prioritas utamanya saat ini. Ia harus mempertahankan sesuatu yang sudah dibangunnya dengan susah payah. Tidak akan dibiarkannya orang lain dengan seenaknya merusak semua upayanya sekalipun harus melawan kekuatan besar Raisa tidak takut.
Raisa memiliki semua dokumen kelengkapan sebagai bukti kepemilikan yang sah atas tanah dimana Sekolahnya saat ini beroperasi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments