Putri Kecil Tuan Mario
Raisa tidak dapat merelakan ketika sebuah keputusan hendak mengambil alih tanah dan gedung yang kini ditempatinya untuk mendidik anak-anak PAUD, hendak diambil alih oleh sebuah perusahaan developer.
Setelah semua aset ayahnya disita karena hutang dan dinyatakan pailit dan terlibat kasus penggelapan uang perusahaan, yang membawa ayahnya ikut terjerat dan mendekam di balik jeruji besi, sehingga ia terpaksa tinggal di kota terpencil ini.
"Aku akan menghadapi mereka". Tegas suara Raisa setelah membaca surat pengambil alihan tanah oleh Developer, pemenang proyek pembuatan wahana olahraga air, Arung Jeram di sungai yang terletak di belakang Sekolah Alam yang dibangun Raisa dengan tetesan keringatnya sendiri.
"Mbak Raisa tidak takut? Cecar Sinta kuatir. Sinta gadis yang 3 tahun lebih muda dari Raisa, dia lulus SMA 2 tahun lalu. Saat pertama bertemu dengan Raisa. Gadis itu bekerja dari rumah ke rumah mengambil laundry. Raisa lalu mengajaknya bergabung di PAUD Rintisan nya.
Raisa saat ini sementara mengambil kuliah online semester 8, karena kesibukannya itu Raisa membutuhkan orang untuk menjadi asistennya. Karena tahu keinginan Sinta yang besar untuk kuliah itulah, Raisa mengajak Sinta membantunya di PAUD dan Raisa berjanji akan turut membantu biaya kuliah Sinta nanti.
Sinta menjadi guru termuda di PAUD milik Raisa, dibanding bu guru Mia di kelompok A dan bu Sasya yang memegang kelompok B, dilanjut dengan penitipan anak hingga sore oleh mereka berempat secara bergilir. Raisa sendiri yang menjabat Kepala Sekolah dengan dibantu Sinta.
Meski sebagai Kepala Sekolah, di jam belajar anak, Raisa maupun Sinta akan ikut masuk di kelas sebagai pembawa materi belajar. Hanya di saat penting, yang berhubungan dengan administrasi sekolah Raisa dan Sinta akan disibukkan di kantor.
Seperti hari ini, Raisa dan Sinta sedang di kantor untuk urusan administrasi kelas untuk keperluan supervisi ketika seorang petugas dari kantor Developer tiba dan menyampaikan surat tersebut.
"Aku tidak takut,... Kita punya surat-surat ijin pendirian Sekolah Alam ini disini. Selain itu, Sertifikat tanah ini jelas atas nama papa, yang sudah diwariskan kepadaku, Sertifikat nya sudah atas namaku dan berkas-berkas keperluan pendirian PAUD semuanya sudah disahkan pihak terkait, mereka tidak bisa seenaknya". Raisa geram
"Aku akan menentang mereka". Tekad Raisa bulat.
" Sin... Kurasa kita perlu mengadakan rapat dengan orang tua murid, tolong kamu persiapkan undangannya, coba cek jadwal kita pekan depan. Pertemuan ini darurat. Kita harus mencari dukungan dari orang tua". Raisa memutuskan.
"Baik Mbak..." Jawab Sinta segera ia mengambil agendanya.
"Kita bisa rapat, pekan ini. Mbak Raisa tidak ada kegiatan penting pekan ini, supervisi masih 2 minggu lagi, sementara persiapan kita sudah lebih dari 50 %, begitu juga kegiatan anak-anak, tidak akan terganggu, jika besok kita share dan bagikan undangan rapat, lusa sudah bisa rapat, orang tua juga tidak ada acara penting menurut ku, mengingat ibu-ibu yang suka posting kegiatan mereka di grup ortu atau posting status, nampaknya pekan ini semua dalam kondisi santai. Kita bisa manfaatkan momen ini". Sinta memberi saran yang langsung disetujui Raisa.
"Good job, Sin, kamu emang gercep segera melihat peluang". Puji Raisa.
" Kan Mbak Raisa, yang menyusun jadwal ini, saya hanya mencocokkan dengan situasi orang tua saat ini". Sinta tersenyum
"Oke kalau begitu, Sin. Segera bagikan, kita harus cepat bergerak sebelum pihak Developer mendatangkan mobil besar, buldoser untuk meratakan wilayah ini, banyak yang harus kita selamat kan". Raisa tiba-tiba tercenung menatap keluar jendela.
Dipandanginya bagian belakang Sekolah dari balik jendela besar ruangannya. Dari sini bisa terlihat rimbunnya pohon-pohon besar serta jalanan menurun yang cukup landai ke bawah.
Di bawah sana mengalir deras sungai dengan kondisi batu-batu besarnya yang menurut para ahlinya sangat cocok dijadikan arena Arung Jeram.
Raisa juga melihat potensi alam ini. Raisa, sebenarnya tidak keberatan dengan proyek tersebut, bahkan akan turut mendukung, mengingat itu bisa menjadi sumber pariwisata daerah, karena daerah ini kaya dengan destinasi alam yang menjanjikan dan masih perlu dikelola.
Lebih jauh kesana kearah hilir terdapat air terjun yang luar biasa indahnya, hingga Raisa pun kadang berfikir, kondisinya mirip dengan air terjun yang sering dilihatnya di youtube.
Untuk mencapai destinasi alam ini, saat ini jalan terdekat adalah di samping sekolah miliknya. Raisa sudah dapat mencerna ini, Wahana Arung Jeram ini butuh tempat untuk nantinya orang-orang yang datang, bisa meletakkan perlengkapan mereka, untuk tempat istirahat juga tempat kendaraan di parkir.
Rencana itu tentu perlu lahan yang cukup luas. Tanah miliknya ini termasuk lahan yang paling cocok untuk memenuhi sarana tersebut selain tanah-tanah lain disekitar area penurunan.
Namun Raisa cukup punya alasan untuk keberatan, pasalnya, para orang tua yang pergi bertani dan berkebun di pagi hari, di sawah mereka di seberang sungai yang menyeberangi jembatan gantung.
Awalnya mereka selalu mengajak anak-anaknya yang masih bocah di pagi-pagi buta ikut ke sawah karena tidak ada yang menjaga di rumah.
Kehadiran PAUD yang berbentuk sekolah alam tersebut langsung jadi satu solusi menarik bagi mereka. Karena mereka bisa menitipkan putra putri mereka sambil bersekolah dan sepulang bertani dan berkebun sudah bisa mereka jemput pada sore hari di jam 04.00 atau jam 05.00.
Raisa sendiri tinggal di samping sekolah, dibangunan yang terpisah. Sebuah bangunan kecil, cukup untuk Raisa berdua dengan Darren, adiknya.
Pertama kali tiba disini. Fikirannya nelangsa dan sedikit kacau. Tiba-tiba harus tinggal di tempat terpencil memang cukup mengerikan. Namun ia maupun Darren, adik laki-laki nya, tidak punya pilihan lain. Hanya tanah di kota kecil ini yang tersisa.
Dengan modal uang 100 juta yang masih tersisa di Rekening nya, yang pernah diberikan papanya sebagai jajan namun rajin ditabungnya, termasuk uang bulanan dari mama dulu.
Raisa takut simpanan itu habis begitu saja jika mereka mengontrak di kota. Tiba-tiba terlintas untuk tinggal disini. Disini sangat subur. Mereka bisa menanam sayuran yang bisa dipanen cepat untuk keperluan makan sehari- hari.
Raisa segera membangun rumah sederhana dengan mempekerjakan tukang yang cukup murah. Bangunan sederhana sekali, separuh tembok, separuh dinding triplek, namun tidak pengap dan panas karena jendelanya yang dibuat lebar-lebar berdinding kawat besi.
Idenya membuat PAUD muncul mengingat kuliahnya di jurusan kependidikan. Selain itu Raisa banyak tahu potensi sekolah PAUD ini lewat pelatihan yang pernah diikuti sebelumnya.
Dengan mengantongi sertifikat pelatihan dan keberaniannya mengambil resiko ditambah sedikit modal untuk membeli bahan keperluan sekolah PAUD yang sederhana, jadilah PAUD tersebut didirikannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
sakura
...
2023-10-19
0
Alfan
hadir kakak untuk memberikan semangat, aku bantu like dan subscribe ya kak
2023-10-07
0
𝐈𝐬𝐭𝐲
mampir thor kayaknya seru nih...
2023-10-06
0