Pagi-pagi, sperti biasa aku dan Bilal bersiap untuk berangkat sekolah.
"Mah_Mamaaah__Mamah liat buku aku gak yang keamrin di simpen di meja?" tanya Bilal.
Yang sembari mengobrak ngabrik isi laci, lemari, tivi dan sesekali berjalan mondar mandir dari ruang tengah ke kamar, membuat kekacauan. Yaaah setiap pagi selaluu sajah ada derama, yang mungkin sulit untuk di hindari.
"Buku! buku apa emnagnya?" tanya Mamah dari dapur.
"Itu lo Mah! buku yang dari sekolah yang warna hijou, buat nanti peraktek, ah Mamah ni, masa gak liat, mana sekarang mau di pake lagi buat persentasi," umpat Bilal kesal.
Aku pun yang sedari tadi hanya menyimak ikut angkat bicara.
"Ya_ kamu yang make kamu yang nyimpen masa lupa!, makannya kalo udah gak di pake lagi beresin langsung ke tempatnya simpen, orang lain kan mana tau kalo itu buat ke sekolah," ucap ku ketus.
"Diem napa berisik! bukannya bantu nyari malah ngejek, sambil ngomel," jawab Bilal kesal.
"Hahaha... emang enak wlee, aku segera berlari keluar memakai sepatu, karna memang sudah mau berangkat takut kesiangan.
Jam 6 lebih 18 menit, bilal masih mencari bukunya dan ketemu di kolong ranjang tempat tidur, ternyata Kahfi yang mengambilnya di pakai mainan semalam. Mungkin! sebelum dia tidur.
"Heeuh, dasar kamu Kahfi, bikin orang keder ajah," kata Bilal dan Mamah langsung menimpali.
"Lah! kok kamu malah nyalahin adek kamu. Kamu yang salah, nyimpennya sembarangan, udah tau ada anak kecil yang gak ngerti dan suka ngambil benda asing menurutnya," mamah mengingatkan.
Bilal hanya terdiam dan langsung memsukan buku itu ke dalam tas tanpa menjawab ucapan mamah, lalu kita berdua berpamitan.
Lain halnya denga adik ku yang cewe. Dia pernah sekolah di sekolah ABK tapi tidak di lanjutkan lagi, yaa karna sekolah juga percumah saja kata mamah. Gak ada perubahannya sama sekali katanya! ya maklum lah namanya juga sekolah geratis, kalo anak ABK pengen seperti anak normal ya sekolahnya juga mungkin harus yang elit, supaya mendapat pengajaran yang sangat baik. Namun apa mau di kata, ekonomi kelurga juga hanya cukup untuk sehari-hari, karna kami memang bukan dari keluarga bergelimang harta, jika di ukur mungkin masuk ke golongan menengah ke bawah.
*
*
Di sekolah ku !
Jam 10 tiba waktu istirahat. Aku tak ikut dengan teman-teman untuk jajan, aku penasaran dengan nomor tak di kenal itu, yang selalu mengganggu setiap waktu. Aku pun memutuskan untuk mengecek henpon ku, merogoh saku rok ku dan melihatnya.
Tapi tak ada pesan masuk atau panggilan dari siapa pun, hanya notif-notif dari layanan seluler.
Waktu istirahat pun habis, murid-murid pun masuk kekelas masing-masing. Kami belajar hingga pelajran selesai dan waktu duhur pun tiba, kami biasanya istirahat kembali sambil melaksanakan solat sampai jam 1 tiba.
Seusai berjamaah. Aku memutuskan untuk ke perpustakaan mencari buku cerita yang aku suka dengan di temani beberapa teman.
Belum juga masuk ke perpeustakaan, henpon ku bergetar. Jika di sekolah aku hanya menggetarkan henponku supaya tidak mengaggu dan terdengar jika ada panggilan yang tiba-tiba masuk ataupun pesan.
Ternyata nomor itu lagi, haaaahh, aku menarik nafas panjang dan membuangnya kasar, "heeuuh. ni orang bener bener ya, gangguin banget," rutuk ku dalam hati.
"Tia...ayo masuk, katanya mau pinjem buku buat di bawa ke rumah," Tegur teman ku
"Eem, eh iya, sebentar aku mau ke belakang dulu, kamu duluan aja nanti aku nyusul," jawab ku.
Aku berlari ke belakang sekolah. Untuk menjawab telpon itu yang sedari tadi tak mau berhenti bergetar, tanpa ba bi bu. Aku langsung menjawabnya.
"Iya halo aku lagi di sekolah di kelas, nanti ajah nelponnya takut ketauan guru," jawab ku tergesah.
"Oh iya maaf kalo sudah ganggu," jawabnya dari sebrang sana.
Tut tuut tut telpon pun terputus.
Karna aku sudah jengah dengan orang itu yang entah siapa namanya, karna setiap kali menelpon aku tak menjawabnya, merasa tidak penting juga.
*
*
Hari minggu yang di nanti-nanti, karna hari minggu bersejarah untuk ku, aku bisa santuy dan sesantuy santuynya hehe...he.
Tapi tak lupa dengan pekerjaan rumah, bantu Mamah beres-beres sedikit di rumah dan mengasuh si Kahfi juga, yang lagi unyu unyu n Kahfi balita yang menggemaskan dan cukup pintar, karna di usianya yang belum genap 2 tahun dia sudah paham dengan yang di katakan orang, dia selalau menjadi bahan tawaan dan tanggapan karna tingkahnya yang lucu.
Hari mulai siang dan mataharipun mulai semakin menunjukan dirinya dengan cuaca panas yang trik membuat ku selalu haus, kemudian aku beranjak pergi dari kumpulan keluarga, untuk mengambil air es dari kulkas. Baru saja mau menenggak air dari botol, henpon berbunyi.
Dreet dreet...trililing...nomor tak dikenal
Kali ini aku menjawabnya dengan sopan, berbeda saat pertama kali waktu dia menelpon.
"Halo...ini Tia?" tanyanya dari sebrang sana.
"Iya aku sendiri, kenapa?" tanpa jeda aku langsung menanyakan siapa namanya dan dari siapa dia dapat nomor henponku.
"Oh iya nama kamu siapa? Dari siapa kamu tau nomor ku?"
"Aku Heri! nomor kamu. Aku di kasih dari teman mu, namanya kalo gak salah Padli, aku baru ingat sekarang maaf ya," jelasnya
"Haaah....apa?" dengan mata melotot dan rasa tak percaya, kamu orang mana?" tanya ku lagi
"Aku orang Ci Saga tapi kerja di jakarta, aku kerja jadi arsitek," jelasnya panjang lebar dan mengenalkan diri dengan begitu percaya diri.
Aku tidak langsung percaya begitu sajah dengan pengakuannya.
"Bodo amat lah mau dia siapa kek, kerja apa, kek, orang mana kek, gak penting ini," Gumam ku dalam hati.
Aku langsung mengumpat dalam hati, "awwas kamu Padli. Kamu sudah sembarangan ngasih nomor telpon ku sama orang asing," umpat ku kesal dan jengkel.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments