Motor Bapak hilang

Entah kenapa hari ini rasanya sangat malas ngapa-ngapain mengerjakan pekerjaan rumahpun sedikit di paksakan, begitu juga dengan Mamah

tak seperti biasanya kita merasa malas seperti sekarang.

"Mah, aku males banget hari ini gak tau kenapa?" kata ku, yang sambil duduk menghitung wajit ketan, karna kami sekeluarga besar mengolah makanan dari ketan. Kami membuat produksi opak, wajit dan rengginang.

"Sama Mamah juga males. Kok bisa barengan ya,"

"Gak tau la Mah," sahut ku.

Tengah hari tiba menjelang duhur henpon ku berdering.

Dreeet dreettt...triring ririring

Dengan nada suara yang kencang. Karna sengaja aku memasang volume tinggi supaya saat henpon tidak di pegang bisa terdengar jelas, dari kejauhan.

Lalu aku mengambilnya, ternyata Bapak yang menelpon.

"Hallow, assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam" jawab Bapak.

"Ada apa Pak? enggak Bapak mau bicara sama mamah,"

"Ooh iya Pak,"aku pun langsung beranjak pergi dari rumah ke rumah nenek. Karna mamah sedang di rumah nenek, kami selalu berkumpul setiap hari di rumah nenek.

"Mah....Mah! ini Bapak mau bicara," lalu memberikan henpon itu ke Mamah.

"Halo Pak, ada apa ?"

Bapak pun tidak langsung menjawab, karna entah kenapa dan ada apa, tak seperti biasanya seperti itu.

"Pak_ pak, ada apa?" mamah kembali menegurnya.

"I_ini Mah," kata Bapak dengan suara terbata-bata.

"Bpak tadi pinjamin motor sama tetangga," kata bapak di sebrang sana.

"Iya_terus kenapa Pak?" dengan suara telpon yang di lodspiker.

"Iya jadi gini Mah ceritanya, tadi pagi tetangga yang biasa kesini yang suka pinjem motor bapak datang lagi, pinjem motor lagi,"

Sebut saja namanya Kardun, karna aku lupa siapa namanya.

"Katanya mau anter istrinya kerumah sakit, tapi belum pulang-pulang, masa udah 4 jam gak balik-balik," kata bapak.

Dengan perasaan heran dan tak karuan. Karna tidak seperti biasanya Kardun seperti ini.

"Terus bapak udah telpon orang nya, apa bapak udah cek ke kontrakannya juga," tanya Mamah.

Kami sekeluarga hanya mendengar tanpa memperhatikan dengan seksama atau menimpali, karna kami sedang membicarakan hal lain, keluarga besar ku ada Bibi, Uwa istri Uwa juga anak-anaknya termasuk nenek.

"Udah di telpon tapi gak di angkat-angkat kadang sibuk, kadang gak aktif juga, udah di cari ke kontrakannya juga gak ada," kata bapak khawatir

"Astagfirulloh pak. Bapak kok bisa seceroboh itu sih pak," kata mamah, dengan nada tinggi syok dan terkejut, entah apa yang mamah pikirkan dan mamah rasakan.

"Pirasat mamah gak enak pak, pantesan mamah hari ini persaan males banget mau ngapa-ngpain," jelas mamah.

Semua heboh saling bertanya tanpa jeda dan saling menimpali bahkan saling berebut suara, saat mendengar Mamah terlihat kaget dengan nada suara yang tersentak. Aku juga bingung harus bagai mana menceritakan perkataan satu persatu dari 4 orang tua dan 2 orang anak itu, heemh, karana keluarag ku yang memang banyak.

Aku hanya bisa menghembuskan nafas kasar dan pemikiran yang tak karuan dan tak bisa di ungkapkan, meski kesal aku tak mengungkapkan kekesalan ku. Karna takut salah dan menjadi fitnah.

Lalu bapak menutup telpon, berniat ingin mencari info lebih lanjut tentang si Kardun.

"Ya sudah Mah! bapak tutup dulu telponnya, nanti bapak kasih kabar lagi,"

"Iya Pak, semoga baik-baik sajah," Panggilan pun terputus.

"Dasar bodoh, gak peka dan so baik, terlalu baik," umpat Mamah menggerutui.

Karna kesal, esmosi eh emosi maksudnya, gak tenang semua campur aduk menjadi satu.

"Sabar Mah"! kata ku dan Bilal

"Iya mungkin si Kardun memang lagi sibuk ngurusin istrinya yang sakit, mungkin masih di rumah sakit," kata nenek yang mencoba menenangkan.

"Halah masa iya ke rumah sakit kok lama banget, biasanya juga paling 1 jam. Kalo antri gak lama-lama banget," jawab mamah dengan ketus.

Sedangkan bapak di sana sibuk mencari keberadaan si Kardun. Bapak pergi ke rumah sakit terdekat di sana dengan teman tetangganya di sana, tak butuh waktu lama bapak dan temannya sampai di rumah sakit. Karna jaraknya memang dekat hanya butuh waktu 15 menit, bapak segera masuk ke rumah sakit. Menanyakan keberadaan si Kardun pada Suster yang berjaga di bagian pendaftaran.

"Maaf Sus, mau tanya! apa ada pasyen yang bernama Mariah dan suaminya Kardun?" tanya bapa ke suster itu.

"Maaf Pak tidak ada," jawab Suster.

"Bapak siapa?" tanya Suster berbalik nanya.

"Saya teman dari Pak Kardun, katanya Bu Mariah istrinya sakit, saya pikir dia membawanya kesini,"

"Ooh_mohon maaf pak di sini tidak ada pasyen yang bernama Mariah," jawab Suster.

"Oh! kalo begitu terimakasih Sus," bapak pun berlalu meninggalkan rumahsakit.

Persaan bapak mulai berkecamuk dalam dada dan terhuyung lemas di depan gerbang rumah sakit. Masya Alloh, Ya Alloh semoga aku cepat menemukan Kardun. Gerutu bapak pelan, dengan di iringi langkah yang gontay menuju parkiran dimana teman bapak yang tadi mengantar masih di sanah sambil memain kan henponnya

"Giman ketemu gak?" tanya teman bapak

Bapak menggelangkan kepala. Dia gak ada di sini. kata bapak. Aku gak tau, antara hawatir dan rasa takut menyelimuti. Aku hawatir kalo terjadi apa-apa dengan Kardun dan istrinya, tapi aku juga takut kalou-kalou dia ternyata kabur.

"Ah entah lah aku juga tidak tau." Sambil menatap gusar dan menghembuskan nafas kasar, karna menahan amarah.

"Ya sudah kita pulang sajah dulu siapa tau si Kardun mungkin sudah ada di kontrakan," ucap Bapak

Berharap semoga apa yang bapak duga tidak benar, kalo Kardun kabur.

"Ya sudah ayo kita sekarang pulang ke kontrakan," ajak teman bapak

Tiba di kontrakan ternyata si Kardun tidak ada, berkali kali bapak telpon saat di jalan juga henponnya tidak aktif

"Ya Alloh Duuuun Duun. Kamu di mana dan kemana," rutuk bapak kesal

Tak berhenti di situ. Bapak pun menanyakan ke setiap tetangga kontrakan yang dekat dengan kontrakan Kardun, tapi tetap sajah hasilnya nihil.

Kemudian bapak pergi berjalan kaki sambil bertanya ke setiap orang di sana siapa tau ada yang melihatnya dan tau kemana arahnya.

Beberapa meter berjalan bapak bertanya pada laki-laki yang sama seumuran bapak di sebrang jalan dekat kontrakan si Kardun.

"Maaf Pak mau tanya?" kata bapak

"Iya boleh" jawab si laki-laki itu

"Apa bapak melihat orang ini?" sambil menunjukan henpon yang terdapat poto si Kardun. Beruntung bapa waktu itu pernah memfotonya saat mereka ngopi bersama.

"Ooo__itu dia tadi pergi bawa barang banyak sama cewe, tapi gak tau kemana, saya hanya liat sekilas," jawab laki-laki itu.

Saat itu juga hati bapak sangat kecewa, teramat sangat-sangat dan tak bisa mengatakan apa-apa dengan hati yang gemuruh penuh amarah.

"Terimaksih pak infonya, sangat membantu," jawab bapak dengan lesu.

Dari sana tak ada lagi yang di harapkan, meski memang bisa mengadu ke polisi, namun itu bukan hal yang mudah dan geratis. Pasti butuh biyaya banyak. Bapa tak menyangka jika selama ini Kardun telah menipunya.

Dia mendekati aku selama ini hanya herpura-pura, sudah lama aku mengenalnya. Dia tidak pernah melakukan hal yang aneh-aneh dan aaargh....sialan, kenapa Kardun kenapa?

Aku yang bodoh,aku yang begitu sajah mudah percaya dengan orang lain, dasar payah. "Bapak merutuki dan memaki-maki dirinya sendiri," frustasi, dasar bangsat, anj**g kamu Kardun

1 hari berlalu, bapak belum berani mengatakannya pada mamah. Karna bapak tau bagai mana sifat dan sikap mamah jika sedang marah. Tak ada yang berani melawannya.

Ke esokan harinya, bapak menelpon dan mengatakan yang sebenarnya terjadi.

Benar sajah, dugaan mamah ternyat gak salah, karna firasat istri tidak pernah salah.

Dreet...dreeet

Kali ini mamah yang langsung menjawab

"Halo pak gimana? Ketemu motornya."

Tanpa basa basi mamah langsung menanyakan hal itu.

Bapa menghirup nafas panjang dan membuangnya dengan kasar. Sebelum menjawab mamah. "Untuk menguatkan mental."

"I_i_ya Mah!" jawab Bapak dengan suara tercekat dan terbata

"Sial Mah! gak ketemu, jangankan motornya, orangnya sajah sudah tidak ada," ungkap bapak

"Aaapa?"_ dengan suara keras dan nada yang tinggi sambil melotot dan syok, lalu makian demi makian pun keluar dari mulut Mamah.

Aku dan adik-adik ku yang mendengar sontak terkejut dengan pembicaraan mamah. Lalu kami pun langsung nimrung mengikuti pembicaraan Bapak dan Mamah.

Dan benar sajah apa yang di takuti bapak terjadi juga, huuaaaaahhh aku yang baru satu kata sajah mamah sudah memelototi aku. Aku pun terdiam tak ikut campur, begitu pula dengan adik ku.

Hemmmhhh, berhari-hari bahkan sampai berminggu minggu. Ahirnya kita mengikhlaskannya, bukan ikhlas sih tapi menerima takdir dan kenyataan.

Karna tidak ada lagi harapan apapun, motor sudah di bawa kabur, harapan hancur lebur, biarlah semua terkubur

Karna nasi sudah menjadi bubur.

Mau di apakan lagi jika sudah seperti itu.

Terpopuler

Comments

վմղíα | HV💕

վմղíα | HV💕

sabar semoga dapat rejeki mendadak dapat motor lagi

2023-12-19

0

Belinda Dayes

Belinda Dayes

Ceritanya memukau, jangan berhenti menulis ya author!

2023-09-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!