*Flashback.
Namanya Hamdan Al Maliki, seorang pria biasa yang juga berasal dari keluarga sederhana.
Ayahnya sudah lama meninggal, sedangkan ibunya hanya seorang tukang cuci gosok di rumah rumah warga sekitar kontrakan mereka.
Hamdan memiliki seorang adik perempuan yang masih sekolah di sekolah menengah atas, parasnya cantik persis seperti almarhum bapak mereka. Namun sayang, sifatnya yang pemalas membuat adiknya itu sering mendapat masalah di sekolah dan kerap kali tidak naik kelas. Dan kini adalah tahun ke duanya berada di kelas dua belas, penentuan apakah dia akan lulus dengan nilai baik atau malah mengulang kembali di tahun berikutnya.
*
Sejak berhenti sekolah saat masih SMA dulu, Hamdan memutuskan untuk bekerja serabutan, apa saja dia kerjakan asalkan bisa menjadi yang guna memenuhi kebutuhan keluarga.
Sang bapak meninggal dalam kecelakaan tunggal, yang di sebabkan oleh supir yang di duga mengantuk saat menyetir di jalur tol membuat minibus yang di kendarai bapaknya keluar jalur dan berakhir di parit yang cukup dalam di bawah jalan layang tol. Dan kala itu, sang bapak yang menyupir seorang diri di temukan tak bernyawa.
Dan sejak saat itulah keluarga Hamdan mulai mengalami kesulitan, baik dari faktor ekonomi maupun non ekonomi. Kerap berpindah pindah kontrakan karna tak mampu membayar sampai akhirnya Hamdan bisa di terima bekerja menjadi seorang cleaning servis di sebuah mall dengan bantuan seorang temannya yang kasihan melihat kondisi Hamdan dan keluarganya.
****
"Bang, uang SPP ku kapan di bayar? Kata guru kalau nggak di lunasi juga aku nggak bisa ikut ujian, Bang. Abang akan tahu ini tahun terakhir aku di sekolah, kalau nggak ikut ujian lagi aku nggak lulus lagi nanti," keluh sang adik, Rena pagi itu saat Hamdan akan berangkat menuju mall tempat dia bekerja.
Hamdan mengambil nafas besar, setelah memasang sepatunya dengan benar dia menoleh pada sang adik yang bibirnya tampak maju itu.
"Sabar ya, gajian nanti Abang bayar. Makanya kamu juga jangan suka bolos, jangan suka bikin masalah biar tahun ini bisa lulus. Emangnya nggak capek sekolah Mulu? Temennya udah pada kuliah juga, kamu masih aja betah pake seragam abu abu." Hamdan menimpali dengan santai.
Rena semakin manyun, seperti sifatnya yang selalu tak mau di salahkan maka kali ini dia pun tetap akan seperti itu.
"Apa sih malah kemana mana bahasanya, pokoknya Rena nggak mau tahu ya, bang. Uang SPP Rena harus sudah lunas sebelum ujian, Rena malu juga tahu bang nggak lulus lulus." Rena mencebik.
Hamdan tertawa sumbang. "Iya iya, sudah sana berangkat. Abang juga sudah telat ini."
****
(Ndan, jangan lupa uang kontrakan harus di bayar lusa. Kamu ada uangnya kan? Emak capek, ndan kalau harus pindah pindah terus, kalau bisa setelah ini kita jangan pindah pindah lagi. Kamu usahakan ya)
Satu pesan masuk ke ponsel jadul milik Hamdan, siapa lagi juga bukan dari Surti, ibunya yang setiap harinya bekerja menjadi buruh cuci gosok di rumah tetangga, atau jika tidak membantu mengasuh anak anak tetangga yang penting ada bayarannya untuk mereka makan.
Hamdan lagi lagi hanya bisa menarik nafas dalam-dalam, mie instan cup di hadapannya tak lagi memancing selera. Padahal sebelumnya tadi Hamdan merasa sangat lapar sampai tak sabar untuk segera menikmati mie instan tersebut, tapi kini perutnya seolah kenyang dan tak bernafsu lagi memakannya.
"Kenapa jadi begini?" erang Hamdan putus asa.
Shift kerjanya sudah habis ,Hamdan memilih tak langsung pulang. Pikirannya yang kusut membuatnya melangkah menuju ke ruang terbuka di mall tersebut dan duduk di sana, menghabiskan waktu dengan asap rokok dari pengunjung yang juga ada di sana, hanya bedanya Hamdan tidak merokok jangankan untuk merokok untuk makan saja dia harus berhemat agar semua kebutuhan cukup sampai saatnya dia gajian.
Dan saat itulah, tanpa sengaja Hamdan melihat pertengkaran sepasang muda mudi yang usianya sepertinya tak jauh darinya. Semua pasang mata yang ada di sana pun tertuju pada pasangan itu, sepertinya si wanita menangkap basah kekasihnya selingkuh di ruang terbuka itu dan langsung melabraknya di tempat walau dampaknya kini mereka pun menjadi pusat perhatian.
Hamdan tertegun kala wanita yang tampaknya adalah kekasih yang di khianati itu mencakar dan menyiksa selingkuhan dari kekasihnya, namun ternyata si pria malah membela selingkuhannya dan tanpa ragu melayangkan tamparan ke pipi kekasihnya sampai wanita malang itu jatuh ke lantai. Dan setelah itu, semua orang membubarkan diri karna di usir oleh petugas keamanan, hanya tinggal Hamdan dan si wanita malang itu yang tinggal di sana dalam diam.
Cukup lama Hamdan bertahan di sana, suasana sepi membuat Hamdan dapat mendengar Isak tangis dari wanita tersebut. Karna merasa iba, Hamdan memutuskan untuk mendekati dan menghiburnya.
"Padahal bulan depan kami sudah merencanakan pertunangan, tapi dengan mudahnya dia selingkuh dan menampar aku. Sumpah ,aku tidak akan pernah mengampuni pria itu, akan aku buat dia menyesal," adu wanita yang ternyata bernama Shireen itu setelah Hamdan berbasa-basi dengannya sebelumnya.
"Iya, kamu terlalu berharga untuk laki-laki tak tahu diri seperti itu. Seperti katamu tadi, semoga dia mendapat karma yang setimpal dengan perbuatannya terhadap kamu," timpal Hamdan prihatin.
Wanita cantik bernama Shireen itu mengulas senyum, senyum yang begitu manis sampai membuat Hamdan terus terbayang akan dirinya. Dan sejak saat itulah, Hamdan menyadari jika dia telah jatuh cinta untuk pertama kalinya.
****
"Jadi ini rumah kamu?" tanya Shireen sore itu, kala mereka berjanji temu setelah sebelumnya sempat dekat dan sering jalan bersama di mall tempat Hamdan bekerja.
"Iya, rumah kontrakan bukan rumah aku." Hamdan menjawab apa adanya, lalu mempersilahkan Shireen masuk ke dalam.
Walau belum resmi berpacaran, tapi kedekatan yang terjalin selama beberapa bulan terakhir sejak hari naas itu, Shireen menjadi lebih terbuka dan nyaman dengan Hamdan walau dia orang yang sederhana.
"Assalamualaikum," ucap Hamdan begitu pintu terbuka, kebetulan saat itu Bu Surti dan Rena tengah berada di rumah.
"Waalaikumsalam." Mereka menyahut serentak.
"Bu, ada temen Hamdan." Hamdan memberi kode pada Shireen untuk masuk, dan begitu Bu Surti melihatnya beliau langsung menyayanginya seperti anak sendiri.
"Kamu ayu sekali, nduk sering sering lah main ke sini ya kalau lagi senggang. Ibu seneng sekali," tutur Bu Surti sembari mengelus tangan Shireen yang halus.
Shireen mengulum senyum, sejujurnya dia pun merasa sangat nyaman bersama Bu Surti dan Rena yang tampak begitu menghargainya.
"Insyaallah, Bu nanti Shireen bakalan sering sering main ke sini ya," ucap Shireen kala itu.
Dan sejak itulah kedekatan yang semakin intens mulai terjalin antara Shireen dan Hamdan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments