Sementara itu.
Desas desus suara sumbang mulai memenuhi gendang telinga Kalin.
Ya wanita yang tadi datang dan langsung melakukan penyerangan pada Shireen tak lain adalah Kalina Zahra, seorang wanita yang merasa sang suami sudah mengkhianatinya dengan Shireen.
Entahlah, Kalin pun merasa tidak percaya pada awalnya. Sebab saat dia menyelidiki perselingkuhan suaminya yang sudah hampir tiga tahun sangat jarang pulang dia pun sempat terkejut saat tahu wanita yang menjadi selingkuhan sang suami ternyata adalah seorang wanita kaya yang nama keluarganya saja sangat terkenal bahkan di seluruh jagad bisnis Indonesia.
Menarik diri dari keramaian, Kalin memilih singgah sebentar di sebuah taman yang berada tak jauh dari kafe tempat sebelumnya dia menemui wanita yang di cap nya pelakor itu, ya apalagi namanya sebutan bagi seorang wanita yang merebut suami orang?.
Cukup lama Kalin duduk di taman tersebut, angin sepoi-sepoi yang mengelus pipi mulus nya mampu mengeringkan jejak air mata yang sebelumnya membentuk dia aliran di sana.
"Tega kamu, mas." Kalian kembali tergugu.
Di rogohnya ponsel dari dalam tas tangan yang dia gunakan, di bukanya layar ponsel tersebut. Tampak wallpaper berupa foto dirinya dan sang suami terpampang di sana.
"Tiga tahun aku setia menunggu kamu, dan ini balasan kamu, Mas?" isak Kalin sembari menatap foto tersebut.
Hatinya sakit, hancur luluh sampai rasanya tak berbentuk lagi. Ya, walau Shireen tak mengakui jika suaminya adalah suami dari Kalin, tapi kalin yakin sangat yakin malah jika suami mereka adalah satu orang yang sama.
Puas menangis, Kalin menghapus air matanya dengan kasar. Raut wajahnya berubah kencang.
"Tunggulah pembalasan ku, Mas. Akan ku buat kamu dan selingkuhan mu itu mati kutu."
Setelah berjanji demikian, Kalin bangkit berjalan menuju sebuah mobil yang sudah menunggunya di sisi luar taman.
"Kita ke rumah Dady, Pak," titah Kalin pada seorang pria berumur yang duduk di balik kemudi.
"Siap, Nyonya."
Dan mobil hitam tersebut pun melaju dengan kecepatan tinggi menuju sebuah tempat yang selama hampir tiga tahun terakhir tak pernah lagi di injak Kalin.
Kalin menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan.
"Kalin pulang, Dady."
****
"Apa perlu saya temani, Nyonya?"
Pak Bas, supir pribadi Kalin bertanya sembari membukakan pintu mobil untuknya.
Kalin mengulas senyum tipis pada supir pribadi sekaligus orang kepercayaan sang Dady yang selama tiga tahun terakhir selalu berada di dekatnya untuk memastikan dia dalam keadaan baik-baik saja.
"Nggak usah, Pak Bas. Bapak istirahat saja, Kalin bisa sendiri kok."
Pak Bas pun mengangguk dan tak lagi memaksa, hanya menatap nanar kepergian sang majikan yang sudah di anggapnya anak sendiri itu. Ya, karna Pak Bas sudah bekerja pada keluarga Handjojo sejak Kalin masih kecil, lima tahun jika Pak Bas tak salah ingat, seumuran dengan putranya yang kini juga bekerja di keluarga tersebut tapi sebagai satpam di kantornya.
****
"Dad, Im home."
Suara Kalin terdengar serak, kala dia melangkah masuk ke rumah yang sejak kecil dia tempati. Pernikahannya dengan sang suami, Malik lah yang membuatnya memilih keluar dari rumah tersebut dan segala kemewahannya karna sang Dady tak menyukai suaminya.
Dady Kalin, Tuan besar Adam Handjojo menoleh. Mata tuanya yang memakai kacamata mengembun melihat sosok yang kini berdiri di ambang pintu rumahnya.
"Tahu pulang juga kamu, anak nakal?" geramnya dengan suara serak pula, Tuan Adam berdiri merentangkan tangan ke depan dan langsung di Songsong Kalin dengan pelukan hangat yang selama tiga tahun ini begitu dia rindukan.
"Im home, dad. Im sorry, Im so sorry." Kalin terisak di dada dadynya.
Tuan Adam tak bicara, hanya isakan pelan yang terdengar dari bibirnya menandakan jika beliau pun punya perasaan yang sama dengan putrinya yang begitu di cintanya itu.
"Kenapa kau baru pulang hah? Apa kau sudah lelah hidup di luar sana dalam kekurangan? Ayolah, Nak berhenti keras kepala dan kembali lah pada Dady dan momy." Suara serak Tuan Adam kembali terdengar, kali ini dia melepas pelukannya dan meletakkan ke dua tangan besarnya di pundak Kalin.
Kalin tergugu, di tatapnya netra tua yang memancarkan kasih sayang dan cinta yang begitu dalam untuknya itu. Sorot itu masih sama, tak ada yang berubah bahkan setelah Kalin secara terang-terangan lebih memilih meninggalkan ayahnya demi sang suami yang kini mendua itu. Sungguh, inilah penyesalan paling besar dalam hidup Kalin.
"Maafkan Kalin, dad. Maafkan anak nakal mu ini, sekarang bahkan anak nakal ini kembali untuk meminta bantuan. Maaf, jika Kalin begitu tidak tahu malu. Setelah menyakiti Daddy sekarang justru pulang meminta bantuan," Isak Kalin menghiba.
Tuan Adam menggeleng cepat, di rangkulnya pundak sang anak dan di bawanya ke dalam dekapannya. Mereka duduk bersisian di sofa empuk dimana tadi Tuan Adam tengah membaca koran.
"Tidak apa, Nak. Dady sudah maafkan kamu, sekarang kamu pulang saja dady sudah sangat bahagia sekali. Itu artinya kamu lebih memilih Dady, sekarang katakan bantuan apa yang bisa Dady berikan, nak?" Tuan Adam bertanya dengan lembut sekali, membuat rasa bersalah di dada Kalin semakin membuncah.
Kalin merebahkan kepalanya ke dada sang ayah, merasai lagi setiap kehangatan yang sampai rela di tukarnya dengan kesengsaraan selama hidup dengan suaminya selama ini. Baru Kalin sadari, betapa bodohnya dia selama ini. Dan Kalin, tak akan membiarkan dalang dari semua ini tetap hidup tenang setelah apa yang dia lakukan.
"Dad," panggil Kalin agak ragu, sebenarnya dia malu untuk mengutarakan hal tersebut pada sang ayah. Namun dendam yang berkobar di dalam hatinya perlu di tuntaskan sampai akar agar dia puas.
"Hm? Katakan, sayang apa yang bisa Dady lakukan untukmu?" tanya Tuan Adam lagi, mengelus kepala Kalin lembut dan penuh kasih sayang.
"Mas Malik ...."
"Apa yang di lakukan laki-laki tak tahu malu itu?" sela Tuan Adam cepat, kilat amarah sudah tampak terpantik dari sorot matanya .
Kalin meneguk ludah, sudah terlanjur basah seperti ini tak mungkin jika dia ingin mundur lagi. Tidak, kali ini Kalin bertekad untuk tidak melindungi suaminya lagi, Malik sudah keterlaluan.
"Mas Malik ... dia ... sudah menikah lagi, Dad."
"Apa?" seru Tuan Adam berang, bahkan saking kagetnya Kalin sampai terjengit dari pelukannya dan sedikit beringsut menjauh.
Tuan Adam memutar tubuhnya ke hadapan Kalin, sampai tampak jelas rona kemarahan di wajahnya yang tegas.
"Katakan sejak kapan be de bah itu berani bermain api di belakang kamu?" tanyanya lagi, amarahnya sudah benar-benar terpancing sekarang. Dan Kalin tahu setelah ini walau ke lubang kerak neraka sekalipun Malik bersembunyi Tuan Adam tak akan melepaskannya.
Kalin menunduk, memainkan jarinya dan menjawab lirih.
"Entahlah, Dad. Kalin ... baru mengetahuinya belakangan ini saja, setelah Pak Bas membawakan bukti saat Mas Malik tengah pergi berduaan dengan wanita lain."
Brakkkk
Tuan Adam menggebrak meja, wajahnya yang putih bersih tampak memerah karna marah.
"Kurang ajar, setelah ini biar Dady yang akan urus dia dan membuat dia berlutut di bawah kaki kamu."
"Tunggu, dad." Kalin menyela dengan wajah cemas.
"Apalagi? Kamu takut?" sindir Tuan Adam yang menyadari betapa bucinnya sang putri terhadap suaminya itu dulu.
Kalin menggeleng cepat. "Bukan itu, Dad. Tapi ... selingkuhan Mas Malik ... itu ... adalah putri dari pesohor dunia bisnis, Tuan Robertson."
"Apa? Robertson?" cicit Tuan Adam gusar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments
$uRa
salam.baca ahh/Casual/
2023-10-22
0