Suara Erfan
Di ruang tamu rumah calon mertuaku papa berbincang hangat penuh tawa ringan bersama Om Herman, sedangkan aku hanya diam membisu memperhatikan kebahagiaan mereka berdua.
Papa terlihat sangat bahagia sekarang, papa banyak tertawa seperti tak ada beban, karena sekarang beban hidup sudah berpindah ke hati dan fikiranku, dan sesekali aku menjawab pertanyaan Om Herman singkat saat calon mertuaku itu bertanya tentang keadaan dan pekerjaanku.
“Itu dia calon menantuku,“ seru papa berhasil membuatku mengalihkan pandangan ke arah pandangan papa.
Terlihat Tante Selfi keluar dari dalam rumah sambil mengandeng seorang wanita muda, wanita itu mencium tangan papa sebelum duduk di sofa yang berada depanku di ikuti dengan Tante Selfi yang duduk disebelahnya.
“Erfan perkenalkan ini Dara calon istri kamu,“ kata papa dengan seulas senyum yang tersungging dibibirnya.
“Dan Dara ini Erfan anak Om, calon suami kamu,“ lanjut papa memperkenalkan aku kepadanya.
Aku hanya mengangguk memberikan senyuman setipis mungkin hanya untuk menghormati para orang tua, sebenarnya aku juga enggan untuk memberikan senyumku, tapi apalah dayaku sekarang.
Dia ternyata calon istri yang dijodohkan sama papa, cantik, muda tapi sayang hatiku bukan untuknya. Dia hanya menunduk dan beberapa kali memberikan senyum tipis yang dipaksakan, mungkin perasaannya sekarang sama dengan perasaanku, terpaksa dan penuh beban.
Suara Dara
Si muka datar sekarang tepat berada di depanku, dia terlihat sangat tampan, mungkin lebih tampan dia dari Dewa. Tapi sayang muka datar dan tampang es nya itu menutupi aura ketampannnya, yang ada hanya aura suram yang aku rasakan sekarang. Ditambah pikiran kalau dia adalah calon suamiku, tambah suram dan semakin suram.
Aku hanya menunduk untuk mengalihkan pikiran suramku, kulihat kebahagiaan ayah sekarang, senyuman selalu tersungging di bibirnya, mungkin ayah bahagia karena sudah bisa membayar hutang budinya, atau mungkin ayah bahagia karena bisa berbesan dengan kawan baiknya.
“Bagaimana kalau kita melaksanakan akadnya Bulan depan?“ ucap
Om Subrata ringan tapi mampu membuat jantungku hampir berhenti, aku segera menoleh ke arah ayah dan ibuku berharap banyak kepada mereka supaya tidak menyetujuinya.
“Terserah kamu saja Mas, aku sama Ibunya Dara ngikut saja,“ jawab ayah dengan seulas senyumnya, membuat badanku terasa lemas menahan perasaan yang semakin hancur berkeping keping hingga aku sendiri tak mampu untuk menatanya kembali.
"Gila ini benar benar gila ada apa dengan para orang tua ini, yang mau menikah ini aku bukan kalian, apa aku sudah hamil jadi harus buru buru dinikahkan seperti ini?" gerutuku dalam hati berusaha menguatkan hati.
Terlihat Laki-laki bermuka datar itu juga membelalakkan matanya karena kaget. “Masak Bulan depan Pa?" protes dia menatap papanya.
“Malah Papa inginnya minggu ini Fan. Papa ingin segera punya cucu, kalau sudah siap kenapa harus ditunda lama-lama?" jelas Om Subrata menatap anaknya.
Tubuhku seperti melayang, Ya Allah aku ingin pingsan sekarang, menikah dengan Simuka Datar saja sudah membuat aku suram, ditambah harus punya anak dari dia, dosa besar apa aku dulu hingga karma yang aku dapatkan sekarang begitu pedih.
Aku semakin berusaha untuk menguatkan hati dan fikiranku, mataku terasa semakin panas, ingin sekali menumpahkan air mata yang sudah mengumpul dipelupuk mata, menangis dan berteriak sekuat kuatnya tapi itu tidak mungkin, aku tidak mungkin menangis didepan mereka semua, "Kuat Dara kuat, kamu wanita kuat," hanya itu yang bisa aku ucapkan, itupun hanya dalam hati.
“Gimana Nak kamu setuju?” Tanya ayah membuyarkan lamunanku.
Aku hanya mengangguk pasrah, jangankan untuk menjawab, untuk tersenyum tipis saja aku tidak mampu. Ya Allah kuatkan aku ,aku mohon, doaku dalam hati.
Terlihat Erfan membanting pelan punggungnya ke sandaran sofa, mungkin dia kecewa karena aku tidak ada dipihaknya. Sama, aku juga kecewa karena tidak bisa berbuat apa apa, hanya diam membisu menyaksikan keegoisan para orang tua dalam kehidupan anaknya.
“Alhamdulillah,“ ucap Om Subrata dengan senyum yang bahagianya.
“Ayo kita makan dulu,“ ajak ibu mempersilahkan kami untuk makan, kami semua makan bersama di meja makan ditemani dengan gurauan bahagia dari Om Subrata dan ayah.
_____________________________
Hai readers jangan lupa LIKE, VOTE, KOMEN dan FAVORIT ya, biar authornya lebih semangat Up.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Afnina Helmi
rasa ny campur aduk berada diposisi dara
2021-02-18
1
pinnacullata pinna
aku mampir dan memberikan like dukung juga novelku cinta adalah sebuah perjalanan yang indah 🙏☺️
2021-01-13
0
Kim Sumi Ryn
Campur aduk tuh perasaan. Tapi, mungkin ada hikmah. 😁😁
2020-08-20
2