Hari Minggu dirumah Dara.
Jam sudah menunjukkan pukul sembilan pagi, terlihat persiapan acara lamaran sudah selesai, hanya tinggal menunggu orang yang melamar datang.
Diatas meja ruang tamu sudah banyak makanan yang tertata rapi, ada pastel, lemper, kue bolu, sponscake, onde-onde yang masing masing di tata diatas piring kecil.
Bu Selfi juga membuatkan jus jambu merah yang sudah dia taruh didalam teko bening dengan gelas yang tengkurap rapi diatas nampan, sedangkan diatas meja makan sudah ada ayam goreng, lele goreng, mujair goreng beserta sambal dan lalapannya.
Dara pun sudah siap dengan penampilan yang membuatnya sungguh terlihat sangat cantik.
Mengenakan dress lengan panjang selutut warna pink muda dengan potongan yang sangat pas di tubuh langsingnya sungguh membuatnya terlihat sempurna.
Rambut hitam yang panjangnya sepinggang dibiarkan terurai dengan pita kecil model bunga mawar bewarna pink tua senada dengan baju yang dia kenakan, dia pakai diatas telinga kanan.
Sedangkan untuk make up Dara hanya memakai lipstick warna bibir, alis diperjelas sedikit karena memang alisnya sudah tebal. Dara juga memoleskan eye shadow pink dikelopak matanya dan eye liner hitam untuk mempertajam mata indahnya.
Dara duduk lesu di tepi ranjang, menatap kosong kedepan dengan air mata yang sudah tidak bisa lagi keluar karena sudah menangis sepanjang hari sejak percakapan dengan ayahnya.
Drrrt drrrt getar ponsel Dara diatas meja rias memecahkan lamunannya, membuatnya menoleh ke arah sumber suara,
"Dewa," ucap Dara lirih saat melihat nama Dewa yang ada di layar ponselnya, membuat air matanya mengalir mengingat kembali pengkhianatan yang dilakukannya sekarang.
“Halo,“ jawab Dara dengan suara seraknya berusaha menghapus air matanya yang mengalir.
“Kamu kenapa sayang? Kamu nangis?“ tanya Dewa dari dalam ponselnya, membuat air mata Dara Semakin berjatuhan membasahi pipi putihnya yang sudah dia rias.
“Nggak papa Wa..aku hanya kangen sama kamu,“ jawab Dara berbohon dengan suaranya yang semakin parau.
Terdengar tawa Dewa saat mendengar kalimat pacarnya, "Kamu ini lucu, masak kangen aja sampai nangis begitu, sudah ya cup cup cup, aku juga kangen sama kamu, maaf aku belum bisa ketemu sama kamu karena ada banyak pekerjaan diluar kota,“ kata Dewa.
“He’em,“ jawab Dara menganggukkan kepalanya pelan meskipun nggak akan bisa dilihat sama kekasihnya.
“Minggu depan aku pulang, nanti aku langsung kerumah kamu ya?"
“Jangan kerumah Wa, kita bertemu dikafe langganan kita aja," jawab Dara cepat.
Dara nggak ingin timbul masalah dengan kedua orang tuanya karena Dewa main kerumah, karena yang ayah ibunya tahu dia harus putus sama Dewa setelah lamaran ini berlangsung.
“Oke, permintaanmu aku terima,“ kata Dewa tertawa dengan penuh penekan.
“Ya sudah aku tutup dulu ya, masih banyak pekerjaan, kamu jangan telat makan, kalau mau kemana-mana harus hati-hati dan yang paling penting jangan lupa untuk terus mencintai aku,“ lanjutnya.
“Iya... kamu juga ya Wa.“
“Iya, I love you Sayang,” jawab Dewa sebelum memutuskan panggilannya.
Tangisan Dara semakin tergugu, dengan kepala yang menunduk Dara menggenggam erat ponselnya dan mendekapnya ke dalam dadanya yang terasa sesak.
"I love you too Wa, aku juga sangat dan sangat mencintai kamu, maafkan aku Wa maafkan aku," gumam Dara pelan di dalam tangisnya.
Di luar rumah Dara tepat pukul sepuluh pagi, terlihat mobil Erfan memasuki pagar rumah Pak Herman, mobil Pajero hitam itu diparkir di teras sebelah kolam ikan yang dihiasi tanaman bunga mawar yang terlihat sangat indah dan rapi.
Bunga mawar bunga favorit Dara, dari mawar putih, merah, pink, kuning semua ada di pekarangan rumahnya.
Erfan dan Pak Subrata turun dari mobil sebelum berjalan masuk mendekati ayah dan ibu Dara yang sudah menyambut mereka di depan teras rumah
Pak Subrata berpelukan dengan Pak Herman, kemudian bersalaman dengan Bu Selfi, ibu Dara. Erfan pun mencium tangan calon mertuanya sebagai bentuk tanda hormat.
Erfan datang dengan menggunakan kemeja navy lengan pendek dan celana hitam, dipadukan dengan sepatu pantofel hitam mengkilat, dengan tatanan rambut yang sangat rapi hingga menambah aura ketampanannya.
“Ayo silahkan masuk,“ ucap Bu Selfi dengan seulas senyumnya mempersilahkan calon besan dan calon menantunya masuk kedalam rumah.
Pak Subrata dan Erfan segera melangkahkan kaki mereka masuk kedalam rumah, mengikuti langkah Pak Herman yang sudah berjalan didepannya, dan diikuti Bu Selfi yang berjalan dibelakang mereka.
Erfan duduk di sofa panjang sebelah Pak Subrata, sedangkan Pak Herman duduk disofa pendek yang berhadapan dengan Pak Subrata.
“Sebentar ya saya panggilkan Dara dulu,“ pamit Bu Selfi masih berdiri dan segera melangkahkan kakinya menuju kamar Dara.
Dikamar, Dara masih duduk di tepi ranjang, menundukkan kepalanya hingga membuat rambutnya menjuntai ke bawah menutupi bagian samping wajahnya, masih sedikit tergugu dalam tangisannya.
Tok tok tok suara ketukan pintu berhasil mengangkat kepala Dara untuk melihat ke arah suara.
Setelah pintu terbuka, terlihat Bu Selfi dari balik pintu dengan raut wajah yang terkejut saat melihat penampilan anak sulungnya.
Bu Selfi segera melangkahkan kakinya untuk menghampiri Dara, mengambil nafas panjang dan memhembuskannya pelan sebelum mengambil sisir yang ada di meja rias kamar anaknya.
“Ibu sama Ayah minta maaf karena sudah membuat kamu menderita Nak,“ ucap Bu Selfi dengan suara bergetar menahan tangisnya, berusaha membantu Dara merapikan rambut dengan sisir yang dipegangnya.
"Calon suami kamu sudah datang." ucapnya lagi tetap menyisir rambut anaknya.
Dara hanya diam, lidahnya terasa kelu hingga membuat dirinya tak mampu untuk bersuara.
Setelah merapikan rambut Dara dan memasang kembali pita mawar dirambut anaknya, Bu Selfi membelai lembut pipi Dara sebelum mencakup kedua pipi anak sulungnya yang sedang tersakiti perasannya .“Kita bisa membatalkannya sekarang, Ibu akan bicara sama Ayah. Untuk urusan dengan Om Subrata biar nanti Ibu sama Ayah yang menanggungnya.” Lanjut Bu Selfi dengan seulas senyum dibibirnya.
"Jangan Bu," ucap Dara lirih menahan tangan Bu Selfi yang hendak melangkah keluar kamar.
Dara segera berdiri menghadap ibunya, menggelengkan kepalanya pelan menatap wanita yang selalu mengerti perasaannya, “Jangan Bu, aku nggak mau membuat Ayah sama Ibu malu.“
“Lebih baik Ayah sama Ibu malu Nak daripada melihat kamu menderita seperti ini,” jawab lembut Bu Selfi mengusap sisa air mata dipipi anaknya.
“Aku lebih baik menderita Bu, daripada harus membuat Ibu sama Ayah malu,“ ucap Dara parau, air matanya kembali menetes. Dipeluknya Bu Selfi erat-erat berusaha menguraikan perasaan sesak yang ada dihatinya, untuk melegakan hatinya yang terasa berat.
"Terimakasih Nak, kamu anak baik, maafkan keegoisan Ayah sama Ibu." ucap Bu Selfi membalas pelukan Dara.
“Ibu tunggu sebentar ya, aku mau merapikan riasan dulu,“ ucap Dara setelah melepaskan pelukannya
Bu Selfi mengangguk kan kepalanya pelan, tersenyum tipis melihat anak yang sangat dicintainya itu sedang merapikan riasan.
"Maafkan Ibu Ra," ucap Bu Selfi dalam hati membuat hatinya terasa sesak.
“Ayo Bu kita keluar,“ ucap Dara setelah merapikan riasan diwajahnya.
_____________________________
Hai readers jangan lupa LIKE, VOTE, KOMEN dan FAVORIT ya, biar authornya lebih semangat Up.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Aufa Lan
Aq baca 2x heee
2021-07-21
1
Krisna New
jodoh di tangan author...suka2 author dong 🤣🤣
2021-02-08
0
Daffodil Koltim
😢😢😢,sma2 punya org yg dcintai,,,,
2021-01-14
0