Seorang gadis yang tengah tertidur pulas terbangun karena mendengar suara adzan berkumandang.
Cewek itu membuka matanya sambil terduduk bersandar pada kepala kasur, berdiam sejenak untuk mengumpulkan kesadarannya. Dirasa sudah cukup, ia bangkit dari kasur berjalan menuju kamar mandi untuk mengambil wudhu lalu melaksanakan sholat subuh.
Ia mengambil sejadah dan mukenanya di lemari, kemudian mulai melaksanakan sholat.
Tak butuh waktu lama untuk menyelesaikan sholat subuh, karena hanya 2 rakaat saja. Ia meletakkan mukena dan sejadahnya di tempat tidur.
Karena hari ini adalah hari minggu, seperti biasanya, ia akan ber-jogging untuk menyehatkan tubuhnya.
Ia memakai celana legging hitam di padukan dengan sweater berwarna sage. Dirasa sudah selesai. Biru mengambil ponsel dan aerphon di nakas lalu memutar musik untuk ia dengarkan sambil ber-jogging.
Cukup lama ia memutari komplek perumahannya. Keringat mulai bercucuran di pelipis dan juga keningnya. Matahari pun sudah mulai menampakkan wujudnya.
Biru melihat jika di hadapannya itu ada sebuah taman, karena sudah kelelahan, cewek itu pun berjalan menuju taman dan duduk di kursi taman yang memang sudah di sediakan disana.
"Bang, air mineralnya satu," ujar Biru pada penjual minuman yang memang setiap hari berkeliling taman untuk berdagang.
Penjual minuman itu memberikan minum pada Biru yang diterima oleh Biru.
"Berapa, Bang?"
"5 ribu, Neng," ujar penjual itu.
"Lha? Mahal amat, Bang?"
"Ya, elah, Neng, namanya juga kota. Semuanya serba mahal, Neng. BBM naik terus tiap tahunnya. Inflasi sekarang tuh, Neng."
"Lha, malah curhat si Abangnya. Udahlah, nih." Biru memberikan uangnya pada penjual itu.
"Makasih, Neng."
"Sama-sama, Bang." Penjual minuman itupun pergi meninggalkan Biru untuk melanjutkan dagangnya.
Biru meminum minuman yang ia beli tadi sampai habis tak tersisa.
Ia mengibas-ngibaskan tangannya seperti ia jadikan kipas, karena gerah.
"Boleh aku duduk di sini, Kak." Izin anak perempuan itu.
Biru mendongak. "Iya silahkan, duduk aja."
"Kakak pasti lagi jogging ya?" tebak anak itu.
"Iya. Kamu sendiri ngapain di sini?"
"Aku memang setiap hari minggu suka ke sini, Kak. Sambil nunggu penjual es krim."
"Sendirian? Gak ada yang nemenin kamu gitu?"
"Gak ada. Kalo setiap aku ajak kakak aku, dia suka gak mau. Ya udah aku sendiri aja ke sini."
"Lho? Nanti kalo kamu kenapa-napa gimana? Bahaya lho kalo anak kecil keluar sendirian."
"Tenang lee tenang. Rumahku deket kok dari taman ini."
"Jeilah, gaul amat, Dek. Oh, iya, nama kamu siapa?"
"Namaku Senja. Kakak sendiri siapa namanya?"
"Nama Kakak, Biru."
"Oh, Kak Biru. Salam kenal ya, Kak."
"Salam kenal juga. Oh iya, katanya kamu ke sini mau beli es krim? Itu di depan ada penjual es krim, kita ke sana yuk?"
"Wah, ayo Kak!" sahut anak perempuan itu antusias.
Mereka berdua pun menghampiri penjual es krim dan membelinya.
"Ngomong-ngomong rumah Kakak di mana?"
"Ya, ada di rumah, gak Kakak bawa, berat."
"Jeh, lawak nih, Kakak. Maksud aku, rumah Kakak tuh di mana alamatnya?"
"Haha, bercyanda sayangg. Rumah Kakak gak jauh kok dari sini. Kamu mau ke rumah Kakak gak? Kakak juga punya adik perempuan lho."
"Oh, ya?"
"Iya, tapi adik Kakak masih kecil, masih batita."
"Batita?" Senja mengernyit.
"Iya. Batita itu, bawah tiga tahun, kalo balita, bawah lima tahun," jelas Biru.
"Yahh, gak bisa main lari-larian dong sama aku."
Biru terkekeh. "Gak boleh lari-larian, nanti jatuh, terus nanti sakit."
"Tapi aku suka lari-larian sama teman aku."
Saat blok menuju rumahnya, ia melirik Senja. "Hmm Senja. Kita beda blok. Kamu bener berani pulang sendiri? Apa mau Kakak anterin sampai rumah?"
"Oh, ternyata rumah Kakak di sini juga, cuman beda blok? Hmm Gak usah Kak. Aku 'kan udah sering jalan sendiri."
"Tapi-"
"Gak papa Kak. Ini juga gak jauh kok dari rumah aku, paling tinggal beberapa langkah lagi."
"Ya udah deh kalo gitu. Kakak duluan ya Senja,"
"Dadah Kak Biru. Semoga kita bisa bertemu lagi ya," harap Senja, ia melambaikan tangannya pada Biru.
"Dadah Senja!" Biru pun membalas lambaian tangannya, lalu mulai menjauh dari Senja.
"Pokoknya aku harus cerita sama kakak jelek!" ujar Senja antusias. Ia pun berlarian untuk bisa segera sampai di rumah.
"KAK FAJAR!!!" teriak Senja.
"Gak usah teriak elah, gue kagak budeg woy!"
"Eheh, ya maap Kak. Kakak, Kakak tau gak?"
"Gak!" jawab Fajar cepat.
"Ihh aku 'kan belum beres ngomongnya."
"Bodo amat!"
"Kakak galak, aku bilangin ah sama mamah."
"Aduan lo!"
"Bodo amat!"
"Oh iya. Tadi pas aku ke taman, aku ketemu sama kakak cantik lho, Kak," lanjutnya bercerita.
"Masa?"
"Ih suka gak percayaan. Nama kakak cantik itu namanya Biru, terus kak Biru juga satu perumahan sama kita, bedanya, rumah kak Biru blok D."
"Biru? Gak sekalian aja warna pelangi," celetuk Fajar.
"Heh! Nama Biru bagus tau. Aku juga tau ciri-cirinya kak Biru."
"Lo tau ciri-cirinya?" tanya Fajar memastikan, Senja mengangguk antusias.
"Edan adek gue teliti amat, ampe segitunya," gumam Fajar.
"Iya dong, Senja gitu," ujarnya dengan bangga.
"Gimana ciri-cirinya?" Fajar pun akhirnya menanyakannya.
"Ciri-cirinya itu Cantik, putih, tinggi tapi gak terlalu tinggi juga sih, rambutnya panjang-"
"Yang lo liat itu si Biru atau setan? Horor banget ciri-cirinya." Fajar mencela ucapan Senja.
"Ih, Kakak, nyela mulu deh. Rambutnya panjang warna coklat maksud aku tuh."
"Oh, gue kira lo sebutin ciri-ciri kunti. Terus? Apa lagi?"
"Yang aku suka itu matanya. Matanya warna abu-abu Kak. Kayaknya dia blasteran deh."
"Ini lo gak hoax 'kan?"
"Ya enggaklah. Aku tuh cerita sesuai fak.ta," ujar Senja menekankan kalimat terakhirnya.
"FAJARRR!!!"
"Buset dah, gak adek, gak emak, sama-sama hobinya teriak, anjer!"
"Ngapa dah, Mah teriak-teriak? Di kira ini hutan apa?"
Mamah Fajar memberikan sesuatu pada Fajar. "Nih. Kasih ke temen Mamah, dia baru aja pindah dari Semarang kemarin."
"Lha, aku mana tau alamat rumahnya."
"Oh, iya, ya. Rumahnya masih di perumahan ini, tapi blok D no 17. Diingat baik-baik!"
"Iye-iye."
"Aku ikut ya, Kak!" ujar Senja antusias.
"Gak! Lo ikut yang ada gue di repotin."
"Kak Fajar mah," ujar Senja cemberut.
"Senja kamu di sini aja ya. Temenin Mamah nanem bunga."
"Hm."
"Ya udah Mah, aku pamit. Asalamualaikum," pamit Fajar sambil menyalimi punggung tangan Mamahnya.
"Waalaikumsalam. AWAS LO KALO SAMPE NTUH KUE ELU YANG MAKAN!"
"Iye-iye, elah. Kalo bukan emak gue, udah gue buang ke rawa-rawa kali ya!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Sopian 78
ngomong ya betawi amat dah
2023-11-07
0
Sokkheng 168898
Cerita yang bikin baper, deh!
2023-09-25
1