Seorang cewek berambut coklat tengah meregangkan otot-ototnya di atas kasur ketika suara alarm lagu How You Like That-Blackpink terdengar.
Masih dengan mata yang terpejam, tangannya sambil meraba-raba kasur untuk mencari ponsel dan mematikan alarm-Nya.
Memang sehabis solat subuh gadis itu sempat tidur lagi, karena dirinya tidak masuk sekolah dan memang hari ini sekeluarga akan pindah kota.
Saat sedang membuka kelopak matanya, tiba-tiba terdengar ketukan pintu serta teriakan sang Bunda untuk segera bangun.
"Biru bangun Nak, udah si-"
Cklek.
"Eh udah bangun toh."
"Kenapa, Bun?"
"Udah solat subuh belum kamu? Kalo belum, solat subuh dulu sana, nanti keburu abis waktunya."
"Udah, tapi sempet tidur lagi."
"Oh, ya udah, sana kamu mandi, abis itu turun ke bawah sarapan. Oh iya, udah kamu masuk-masukin 'kan semua bajunya ke koper?"
"Udah Bunda kuuu cantik," ujar Biru gemas.
"Abis sarapan kita langsung berangkat, sana kamu mandi."
"Ay ay kapten." Melihat Bundanya turun ke bawah, ia pun kembali ke dalam kamar dan berjalan ke arah kamar mandi, yang Memang di kamarnya sudah tersedia kamar mandi.
Tidak membutuhkan waktu lama. Hanya 20 menit saja ia sudah siap dengan pakaian rapihnya, lalu ia pun turun ke bawah untuk menemui adik serta kedua orangtuanya dan juga untuk sarapan tentunya.
"Pagi Bunda, pagi Ayah!" sapa Biru sambil mencium kedua pipi sang Bunda dan Ayahnya.
"Pagi sayang!" balasnya.
"Pagi cantik!" sapanya sambil mencium kedua pipi adiknya lalu mencubit kedua pipinya dengan gemas.
"Sudah ayo kita sarapan. Sesudah sarapan kita siap-siap untuk segera berangkat," tutur Restu mengingatkan.
Mereka pun sarapan dengan khidmat tanpa ada yang berbicara.
Setelah selesai sarapan mereka pun bersiap siap untuk segera berangkat ke Bandung dan menetap disana.
"Udah semua 'kan? Tidak ada yang ketinggalan, atau barang yang belum kamu masuk 'kan?" tanya Restu sambil memasukkan koper-kopernya yang dibantu supir taksi.
"Udah semua kok, Yah."
"Ya sudah ayo, kita berangkat." ujarnya lalu masuk ke dalam mobil di ikuti Biru yang masuk mobil pintu bagian belakang.
...🌟🌟🌟...
Seorang cowok tanpa pakaian atasnya ia tengah bergelut dengan mimpinya seketika terbangun karena mendengar suara bising dari luar.
Tidak salah lagi, pasti para sahabatnya yang datang di pagi hari begini. Jika tidak menumpang makan ya ikut tumpangan. Teman macam apa tu? Ck ck tak tau diri kau nak.
Langit tidak tinggal di rumah, melainkan tinggal di apartement mewah pemberian kakeknya dulu. Ketika Langit ber-ulang tahun yang ke lima tahun, kakeknya sempat memberikan hadiah sebuah apartement kepada Langit, sebelum beliau meninggal. Tentunya para sahabatnya selalu datang tanpa permisi, karena mereka memang sudah tahu pin password apartement-Nya.
Langit mendengus kesal mendengar suara bising dari sahabatnya. Ia pun bangkit dari tidurnya dan langsung keluar dari kamar untuk melihat sahabatnya.
"Ngapain?"
"Anjir, itu perut atau roti sobek," celetuk Fajar saat melihat Langit yang tanpa pakaian atasnya.
"Duh mata suci gue ternodaiiii mamihhhh," ujar Sigit lebay sambil menutupi mata dengan kedua telapak tangannya.
Tuk!
"Lebay!" Bangkit menjitak kepala Sigit membuat sang empu meringis.
"Kirain masih tidur lo, Lang," sambung Adnan.
"Biasalah, Bang." ujar Gading santai membuat Langit berdecak kesal, selalu saja.
Jelas Langit sudah tau arti kata 'biasa' apa lagi jika bukan menumpang makan. Tapi walau mereka menumpang makan, mereka sendiri yang membuat makanannya.
Mereka memang siswa yang nakal, berandal namun jangan salah, walau begitu, mereka masih bisa memasak, ya walau pun makanannya tidak seenak masakan chef, setidaknya mereka membuktikan bahwa anak berandal pun bisa memasak.
"Lha, bahan masakkan abis, Lang?" tanya Ginanjar saat melihat isi lemari pendingin sudah tidak ada lagi bahan-bahan untuk memasak.
Langit hanya mengedikkan bahu tak acuh. Lalu berjalan kembali ke atas untuk membersihkan badannya.
Dilihatnya sudah rapih dan siap dengan seragam sekolahnya yang berlogo tulisan 'SMA Taruna Bakti' di bagian tangan sebelah kanan.
Baju seragam sekolah yang sengaja ia keluar 'kan, serta rambut yang basah dengan sengaja ia acak-acak, membuat dirinya terkesan lebih cool dan tampan, walau penampilannya yang terlihat berandal.
Langit pun keluar dari kamarnya dan turun ke bawah menemui sahabatnya dan juga untuk sarapan.
"LANG CEPET TU-eh udah nongol aje orangnya," teriakkan Pandu terhenti seraya melihat Langit yang turun dari tangga.
"Cobain deh Lang masakan gue, pasti lo bakal ketagihan sama masakan gue. Secarakan gue itu belajar khusus sama chef Juna yang super duper galaknya naujubillah," ujar Pandu bangga.
"Ngakak sih gue kalo lo belajar masak sama chef galak itu, pasti belom apa-apa lo udah kena maki-maki dia, karna lo 'kan gak bisa bedain garam sama micin," ledek Bangkit.
"Enak aja, gue udah bisa ya bedain garam sama micin."
"Bisa bedain gimana, tadi aja lo nanya-nanya ke gue mana garam mana micin," celetuk Gading.
"Itu 'kan tadi, sekarang gue udah bisa bedain mana garam mana micin."
"Lo pada mau terus-terusan debatin garam sama micin? Kapan makannya kalo gitu? Gak laper?" tanya Adnan yang sedang mengambil nasi untuk dirinya sendiri sedangkan Langit, ia tengah melahap makanan masakan sahabatnya itu.
"Anjir, lo berdua ninggalin gue makan," ujar Pandu, buru-buru ia mengambil nasi serta lauk pauknya. Diikuti juga dengan sahabatnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments