Biru dan keluarganya baru saja sampai di kediaman rumah barunya. Berjam-jam mereka duduk selama perjalanan. Semarang-Bandung, sangat jauh bukan? Lelah? Sangat.
Biru membulatkan matanya terkejut. "Buset dah, ini rumah atau istana? Gede dan luas," gumam Biru takjub kala melihat rumah barunya.
"Ayah. Ini rumah barunya?" tanya Biru pada Restu.
"Iya, sayang."
"Tapi, Yah. Yang jadi pertanyaannya itu, ini rumah atau istana? Kok gede banget, mana luas juga lagi, Kita 'kan tinggal cuman ber-empat, Yah."
Restu tersenyum simpul. "Sebenernya, sudah lama Ayah dan Bundamu ingin memiliki rumah dengan style Classik Tropis, tapi yang agak modern gitu, dan alhamdulillah Ayah bisa membangun rumah impian Ayah dan Bundamu. Dan kalau setiap hari libur, keluarga kita akan berkumpul di sini. Dan Ayah juga sudah menyiapkan 10 ART, 5 satpam, 1 babysitter, dan yang lainnya."
Biru membulatkan matanya mendengar jawaban yang Ayahnya ucapkan tadi. Apa Ayahnya itu tidak akan bangkrut atau rugi jika menyewa pegawai sebanyak itu?
"Ayah boros ih."
Restu tersenyum. "Ayah tidak boros, sayang. Ayah melakukan ini, demi kebahagiaan keluarga kita."
"Kebahagiaan tidak diukir dengan banyaknya harta, Ayah. Gimana sih, 'kan Ayah sendiri yang ngajarin aku supaya hidup sederhana dan tidak boros."
"Ayah tahu, sayang. Tapi kamu seneng 'kan?"
"Banget!" pekik Biru.
"Ya sudah, ayo kita masuk!"
Restu, Belinda, dan Biru pun berjalan memasuki rumah barunya.
Rumah dengan desain modern, yang mendominasikan warna putih. Sudah di pastikan banyak ruangan-ruangan di dalamnya.
"Ini akan menjadi rumah kita untuk kedepannya, semoga kalian betah ya," tutur Restu.
"Pasti dong, Yah," pekik Biru.
"Ya udah sekarang kamu istirahat. Kamar kamu ada di atas yang ada nama kamu di pintunya," ujar Restu.
"Oke Yah. Kalo gitu Bun aku ke kamar dulu ya," pamit Biru yang diangguki mereka.
Biru melangkahkan kakinya dan berjalan ke atas untuk menuju kamar barunya.
Sesampainya di depan pintu kamar yang bertuliskan 'Room Biru' ia langsung masuk ke dalam kamarnya.
Biru membuka mulutnya terkejut kala melihat kamarnya. Kamar yang begitu mewah dengan mendominasikan warna kesukaannya, yaitu warna biru dan putih seperti namanya bukan? Biru.
Di dalam kamarnya sudah terdapat kamar mandi dengan batroom-nya, meja belajar dan lain-lain, seperti hiasan-hiasan dinding.
"Kalo gini mah sih gue bakal betah banget berhari-hari di kamar," gumamnya sambil terkekeh.
...****************...
Malam pun tiba. Seperti biasanya, keluarga Biru selalu melaksanakan makan malam.
Makan malam berlangsung. Tidak ada percakapan di antara mereka. Memang sang ayah menganjurkan jika sedang makan, tidak boleh ada yang berbicara. Itu akan mengganggu konsentrasi makan mereka.
Setelah mereka melaksanakan makan malam, mereka memutuskan untuk menonton televisi.
Saat mereka tengah fokus menonton acara televisi, tiba-tiba terdengar suara deringan ponsel milik Biru membuat mereka mengalihkan pandangannya terhadap Biru.
Biru mengernyitkan keningnya kala melihat tidak ada namanya di layar ponselnya, hanya ada nomornya saja yang terlihat.
"Siapa, Nak?" tanya sang bunda kala melihat anaknya tengah bingung.
"Gak tau, Bun, gak ada namanya."
"Ya sudah angkat saja," sahut sang ayah.
Biru menganggukkan kepalanya, lalu menekan tombol berwarna hijau.
"Hallo."
"Iya hallo, ini siapa ya?"
"Apa benar ini atas nama Biru bumi lestari?"
"Iya, saya sendiri. Ada apa ya, kalo boleh tahu?"
"Sebelumnya perkenalkan nama saya Rita sekretaris bu Cantika. Beliau mengajak anda untuk ikut menjadi model di brand ambassador Cantika Skincare. Apa anda besok bisa ke sini untuk menemui bu Cantika?"
"Model brand ambassador Cantika Skincare? Hm, kebetulan sudah lama ini saya sedang hiatus di dunia permodelan. Mungkin boleh saya pikir-pikir lagi ya."
"Ah? Begitu? Sayang sekali. Ya sudah tidak papa. Jika mbak ingin kembali ke dunia permodelan, boleh hubungi nomor ini kembali ya."
"Iya mbak. Maaf ya, terima kasih."
"Baik, terima kasih kembali."
Sambungan panggilan terputus.
"Kenapa, sayang?" tanya Belinda.
"Yah, Bun. Bu Cantika ngajak aku jadi model di brand ambassador Cantika Skincare," ujarnya.
"Seriously?"
"Iya Bun, Yah. Tapi masih aku pikir-pikir lagi. Soalnya aku gak mau nanti jadwalku jadi padat antara kerja dan sekolah."
"Kalo mau Bunda bisa jadi asisten kamu, Biru. Bunda yang bakal atur waktu kamu."
"Enggak, Bun. Nanti biar Biru cari sendiri aja asisten buat aku. Toh, aku juga gak buru-buru, masih aku pikir-pikir 'kan."
"Ya sudah, terserah kamu saja, Biru. Yang pasti, Ayah sama Bjnda tetap dukung apapun semua keputusan kamu. Toh, 'kan yang menjalani kamu. Selagi apa yang kamu lakukan positif, no problem."
"Nah, Bunda juga setuju sama Ayah. Apapun keputusan kamu, kami akan selalu mendukungnya."
"Hmm ... tapi, Yah, aku mulai sekolah kapan dan di mana tempat sekolahku?" tanya Biru.
"Lusa di SMA Taruna Bakti," jawab Restu.
"Serius? SMA Taruna Bakti? Itukan sekolah yang elit Yah, pasti mahal banget 'kan ya?"
"No! Kebetulan yang punya sekolah itu teman Ayah."
"Oh ya?"
"Iya, sayang. Masalah soal mahal atau enggaknya, itu gak penting, sayang. Kamu cukup belajar dengan sungguh-sungguh dan raih cita-citamu."
Biru tersenyum senang. "Pasti Yah," tekadnya Biru.
"Makasih Ayah, makasih Bunda," ujar Biru lalu memeluk Belinda dan Restu dengan penuh kasih.
"Sama-sama, sayang." Balas Restu dan Belinda kompak.
"Ya sudah, sekarang kamu tidur gih, istirahat," suruh Belinda.
Biru mengganggukkan kepalanya. "Iya. Ya udah, Bun, Yah, aku ke kamar ya."
"Buenas noches. Padre, Madre!" sapa sambil mencium pipi Belinda dan Restu.
"Buenas noches de nuevo."
Lalu cewek itu beranjak dari duduknya, berjalan ke atas ke kamarnya untuk mengistirahatkan tubuhnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments