Bab 4 Hamil

"Sebentar ya!" Kata Dodi lagi lalu bangkit dari pembaringan menuju kelemari kecil tempat dia menyusun pakaiannya.

Dia mengambil sebuah kotak kecil lalu membawanya kehadapan Saras.

Dodi membuka isinya yang ternyata ada dua pasang cincin kawin dengan motif yang sama dengan mengukir nama Saras dan Dodi di bagian dalam cincin tersebut.

"Di kamar kostanku ini aku resmi melamarmu, maukah kamu menikahiku Saraswati?" Tanya Dodi penuh harap.

Mata Saras berkaca-kaca seraya dia menganggukan kepalanya.

Dodi meraih jemari Saras dan menyematkan cincin bulat itu ke jari manis kekasihnya. Dan menyerahkan cincin pasangannya agar Saras bisa menyematkan di jari manisnya juga.

"Harganya memang tidak semahal milik mereka di sana mbak, karena aku harus bekerja keras mengumpulkan uang untuk membeli cincin ini juga untuk melamarmu!" Jawab Dodi.

"Aku tidak peduli, Dod...intinya aku sangat mencintaimu!" Bisik Saras membuat Dodi juga berlinangan air mata.

"Gadis-gadis di luar sana menyukaiku hanya karena harta orang tuaku, wajahku yang pas-pasan ini hanya mereka manfaatkan untuk kepentingan mereka, tapi tidak denganmu mbak! Kamu belum kenal siapa aku tapi cintamu sudah tulus untukku!" Batin Dodi terharu.

"Berjanjilah kita akan bersama hingga maut memisahkan!" Bisik Dodi.

***********

Huek...huek

"Kak Anis....bangun kak! Sepertinya ibu sedang sakit sejak tadi Abim dengar ibu muntah terus!" Seru Abim mengguncang pelan bahu kakaknya.

Bergegas kedua bocah itu bangun dan berlari kebelakang. Mereka melihat ibu mereka sedang terduduk lemas bersandar pada dinding dapur.

"Ibu...ibu sakit apa?" Tanya Anis cemas melihat keadaan ibunya.

:Bu, Abim teleponkan ayah supaya kemari ya?" Kata Abim

"Nggak usah Bim, ayah lembur semalam pulang jam 12 malam, kasihan pagi-pagi buta gini kalau dibangunkan!" Ucap Saras.

"Ibu hanya masuk angin kok, nanti istirahat sebentar juga sembuh! Ibu tiduran dulu ya mumpung ibu libur, sarapan pagi sudah ibu siapkan kalian berdua berbagilah nanti dengan ayah ya!" Pesan Saras sebelum beranjak masuk kedalam kamar.

Kedua bocah itu hanya mengangguk saja.

"Ada apa ibu pagi-pagi kemari?" Tanya Dodi menyambut ibunya dengan matanya masih setengah terpejam.

Semalam dia lembur menggantikan Saras karena kekasihnya itu kurang enak badan.

"Ibu datang kemari mau memastikan karena menurut kabar yang beredar kamu suka membawa perempuan ke tempat kostan kamu ini ya!" Skak ibu Ayu.

Ibu Ayu masuk tanpa pernisi kedalam hingga menggeledah sampai kedapur.

"Apa sih maksud ibu?" Tanya Dodi sedikit berdebar.

"Di mana kamu sembunyikan wanita itu?" Tanya ibu Ayu.

"Wanita yang mana?" Tanya Dodi berusaha untuk tetap tenang.

"Ibu kostmu yang melaporkan pada ibu!" Kata ibu Ayu.

"Mungkin ibu kost Dodi salah lihat kali, buktinya nggak ada siapa-siapakan?" Kata Dodi.

"Baik, sementara ini ibu percaya tapi lihat saja jika sampai ketauan oleh ibu kamu membawa perempuan, mentang-mentang tinggal jauh dari ibu dan para mbakyu kamu mau seenaknya saja kamu berulah!" Ucap bu Ayu lagi.

"Itu ibu bawakan stok makanan untukmu selama sebulan jadi kamu nggak perlu makan mie telor terus sampai badan kamu kurus begini!" Lanjut bu Ayu.

Dodi hanya diam. Tetapi dia bersyukur Saras tak ada di tempat kostnya seperti biasa.

Tiba-tiba Dodi merasa ponsel di kantong celananya bergetar tapi dia takut untuk melihat dan mengangkatnya takut ibunya nanti curiga padanya.

"Ya sudah ibu sama pak Parjo pulang dulu, pulanglah jika kamu sudah nggak betah dengan petualanganmu ini!" Kata bu Ayu.

Setelah mengantar ibunya dan mencium tangan bu Ayu, setelah mobil ibunya tak lagi terlihat maka Dodi bergegas masuk untuk mengangkat ponselnya.

"Mbak Saras menelpon, ada apa ya?" Pikir Dodi.

📱"Assalamualaikum, yah...ini Anis! Ibu muntah terus sejak pagi tadi!"

📱"Ibumu sakit apa?"

Dodi berubah jadi cemas mendengar penjelasan Anis.

📱"Ya sudah ayah nanti kesana sekalian bawa ibu kalian kedokter."

Lalu percakapan mereka terputus.

"Sakit apa ya mbak Saras?" Kata Dodi lalu bergegas mandi untuk menjenguk Saras.

"Kamu sakit apa beb?" Bisik Dodi di samping Saras yang tengah terbaring.

Wajah pucatnya masih tak mampu menyembunyikam wajah ayu wanita itu membuat Dodi semakin gemas melihatnya.

"Perutku sakit Dod, rasanya mual sekali sejak bangun tadi subuh!" Ucap Saras berusaha duduk.

"Kita kedokter aja ya?" Ajak Dodi.

"Nggak usah Dod, paling juga masuk angin biasa!" Tolak Saras.

"Ck...kebiasaan! Nggak boleh menolak perintah suami!" Ucap Dodi yang membuat Saras akhirnya diam tak berkutik.

"Anak-anak, ayah bawa ibu dulu berobat! Kalian di rumah jangan nakal ya!" Kata Dodi sebelum berangkat.

"Baik yah!" Jawab Anis dan Abim bersamaan.

***********

"Selamat ya pak, istrinya tengah hamil 3 minggu, jadi hindari dulu pekerjaan yang berat, makan makanan yang bergizi juga harus istirahat yang cukup! Untuk sementara bapaknya puasa dulu untuk tidak menggempur istrinya ya!" Kata sang dokter.

Saras terhenyak di kursi sementara Dodi juga terdiam mendengar perkataan dokter itu.

"Hamil? Aku hamil?" Desis Saras lemas.

Sepulangnya dari sana Dodi membawa Sarah untuk mampir ke apotik karena harus ada obat yang harus mereka beli.

"Lho, itukan Saraswati dan Dodi? Ngapain mereka di sini? Mencurigakan!" Kata Anggi dan Bella teman satu kerjaan mereka.

"Lho, jadi mereka berdua itu ada hubungan toh? Ish...dasar tante tak tau malu, masak pacaran sama berondong!" Oceh mereka berdua.

"Mbak Saras kok bisa kesini diantar sama Dodi sih?" Tanya Anggi datang menghampiri mereka.

Anggi diam-diam sejak Dodi masuk sudah menaruh hati pada pemuda itu tapi Dodi lebih banyak menempel pada Saras yang membuat Anggi merasa kesal karena cemburu.

"Memang salah kalau aku menemani mbak Saras keapotik? Tempat tinggal kami kan berdekatan? Lagi pula dia partner kerjaku di kerjaan!" Tangkis Dodi.

"Yah, asal jangan partner di ranjang juga ya!" Sindir Bella.

"Lha terus kalian kesini juga mau apa? Mau beli alat kontrasepsi atau pil KB? Tapi setahu aku kalian belum menikah lho?" Balas Dodi yang membuat keduanya jadi meradang.

"Bukan urusanmu!" Jawab Anggi.

"Ya berarti juga bukan urusan kalian dong kami ada di sini? Kok kalian berdua jadi kepo banget!" Kata Dodi pedas.

"Ayo mbak!" Ajak Dodi berlalu meninggalkan mereka berdua.

"Dod, sepertinya Anggi itu ada hati sama kamu deh, sepertinya dia cemburu pada kedekatan kita!" Kata Saras pelan.

"Bodo amat, mau ada hati kek atau ada jantung kek, cintaku hanya untuk mbak Saras! Apalagi di dalam perutmu kini ada benihku!" Sahut Dodi.

Saras begitu terharu mendengar perkataan Dodi.

"Semoga hubungan kita bisa direstui oleh keluargamu ya Dod?" Kata Saras.

"Amiin!" Jawab Dodi mengaminkan.

*

*

***Bersambung....

Reader, mohon dukungannya selalu ya agar author tetap semangat menulisnya😁😁

Terpopuler

Comments

Putra Al - Bantani

Putra Al - Bantani

semoga lancar sampai ke anak cucu

2023-11-03

0

Ray

Ray

baru nyantai2 langsung otw baca lagiii, kirimin mawar buat kak Saras 🌹🫣

2023-10-29

0

ZasNov

ZasNov

Wah kalau Ibunya Dodi tau kalau orangnya itu Saras, kayaknya bakalan makin murka..

2023-10-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!