Bab 2 Awal Cinta Terlarang

Mereka bertiga keluar dari dalam lift sementara orang itu terus naik kelantai berikutnya.

Setelah sampai di lantai empat dia langsung menuju ke lobi berdiri di salah satu sudutnya dan mulai menelpon.

📱"Halo bos, tadi saya satu lift dengan den bagus!"

📱"Lalu kabar apa yang kamu dapatkan?"

📱"Mereka menyebut sebuah nama tapi saya belum tau yang mana orangnya, ini saya akan mengadakan penyelidikan lagi!"

📱"Oke lanjutkan tugasmu!"

Tuuut....

*********

"Ada anak baru lho mbak Saras, orangnya agak culun pakai kaca mata badannya tinggi jangkung!" Kata Novi pada Saras.

"Terus gunanya kamu melapor padaku untuk apa, Nov?" Tanya Saraswati.

"Kan dia di lantai satu dulu sama mbak Saras, baru setelah bisa nanti dinaikan kelantai tiga!" Jawab Novi.

"Ngajari orang baru lagi!" Ucap Saras mendengus.

"Nggak apa-apa mbak, kalau dia nggak nurut cabut aja kacamatanya!" Jawab Novi sambil tertawa.

"Nah itu orangnya!" Tunjuk Novi dengan mulutnya.

Mata Saras dan si orang baru itu saling berpandangan lama sekali.

Deg...deg

Jantung Saras tiba-tiba berdegup kencang saat mata mereka saling menatap.

"Ala mak perasaan apa ini? Di mana letak bagusnya nih bocah? Ganteng juga nggak, badan kayak tiang listrik!" Batin Saras.

"Ini namanya mbak Saras yang akan mengajarimu di lantai satu ini!" Ucap mas Handoko supervisor mereka.

"Ehm...nama saya Dodi!" Katanya mengulurkan tangan.

"Saraswati!" Jawab Saras singkat.

"Manisnya, dia keibuan banget! Masa iya aku jatuh hati pada pandangan pertama pada mbak ini?" Batin Dodi masih menatap Saras lekat.

"Ya sudah kamu ikut mbak ya Dodi, nanti mbak kasih pengarahan tentang apa saja yang harus kamu kerjakan!" Ajak Saras berusaha seramah mungkin walaupun dia agak dongkol karena sejak tadi si mata empat ini terus mencuri pandang padanya.

Saras mulai memperkenalkan ruangan demi ruangan dan alat-alat yang akan digunakan. Dodi tampak menyimak dengan seksama setiap arahan dari Saras tanpa Saras menyadari mata itu selalu menatap dalam padanya.

"Kamu sudah mengertikan Dodi?" Tanya Saras.

"Iya mbak, sudah mengerti kok!" Jawab Dodi.

"Ya sudah, kita mulai aja ya...kalau kamu capek nanti istirahat saja, sebab kulihat kamu belum pernah kerja begini ya!" Kata Saras seraya menoleh pada Dodi.

Sesaat mereka saling menatap. Saras yang lebih dulu memalingkan wajahnya dengan jengah karena dia kalah bertatap mata dengan pemuda tanggung itu.

Dodi hanya tersenyum melihat wajah Saras yang memerah saat berpaling tadi.

"Aku suka sama kamu mbak, walaupun aku belum tau rasa sukaku padamu sebatas apa!" Batin Dodi.

Seharian itu Dodi memang selalu menempel pada Saras hingga Saras tau di usia semuda itu Dodi harus bekerja memenuhi kebutuhan hidupnya karena dia orang perantauan, keluarganya semua ada di Yogyakarta.

"Kamu sekarang ngekost di mana Dod?" Tanya Saras disela istirahat makan siang mereka.

"Nggak jauh dari sini kok mbak, kenapa? Mbak Saras mau main ke kostanku?" Tanyanya bercanda.

"Nggak ah, nanti ketauan berduaan kita nanti malah dinikahkan oleh pak RT!" Jawab Saras.

"Ya bagus dong mbak, jadi aku nggak usah pacaran lagi langsung nikah aja!" Jawab Dodi enteng.

"Gundulmu itu Dod...kalo bicara enak benet!" Jawab Saras tak terasa tangannya mengacak rambut ikal Dodi.

"Aku nggak gundul lho mbak, aku atas bawah gondrong sampai di tempat yang tersembunyi, mbak Saras mau lihat?" Seloroh Dodi menggoda Saras.

Awal perkenalan yang singkat namun penuh kesan bagi keduanya. Entah siapa yang memulai tetapi benih cinta mulai tumbuh di antara keduanya.

**********

"Motor mbak Saras mana?" Tanya Dodi saat sore itu dia melihat sang pujaan hati pulang berjalan kaki menelusuri jalan raya mencari angkutan umum yang lewat.

Walaupun keduanya kini sangat dekat tetapi Saras dan Dodi tetap menjaga jarak agar hubungan mereka tidak diketahui oleh siapapun.

Saras menoleh pada Dodi yang menyapanya dan mensejajarkan vespanya di samping Saras.

"Motorku masuk bengkel!" Jawab Saras.

"Kenapa nggak bilang tadi, tau gitu kujemput dan kuantar!" Jawab Dodi.

"Jangan Dod, nggak enak sama omongan anak-anak di sini!" Tolak Saras.

"Tapi aku nggak rela melihat bebebku pulang jalan kaki!" Jawab Dodi terlihat kesal.

"Nggak peduli, ayo cepat naik...lihat hari mulai mendung jangan sampai mbak Saras kehujanan dijalanan." Jawab Dodi.

Terpaksa Saras mengikuti kemauan Dodi, tetapi sayang belum sempat sampai kerumah Saras, hujan turun sangat deras.

Mau tak mau keduanya mampir dulu ditempat Dodi mengekost sementara menunggu hujan sedikit reda.

"Masuk dulu mbak, aku mau ganti baju dulu! Kalau mbak Saras lapar, di lemari aku menstok mie sama telur, maklum anak perantauan!" Sahut Dodi.

Sementara Dodi berganti baju, Saras memasak mie dan membuatkan teh untuk mereka berdua.

"Kalau begini, aku jadi ingat sewaktu mas Rinto masih hidup!" Lirih Saras yang teringat pada mendiang suaminya.

"Siapa Rinto?" Tanya Dodi yang tiba-tiba sudah ada dibelakang Saras yang rupanya tadi mendengar gumaman Saras.

"Siapa Rinto?" Tekan Dodi tampak raut kecemburuan di wajahnya.

"Mendiang suamiku!" Jawab Saras singkat seraya menunduk lalu membawa dan memindahkan mie rebus kedalam mangkuk lalu membawanya keruang tamu.

"Kamu makanlah, udara di luar dingin sekali! Aku akan mengambilkan teh hangat untukmu!" Jawab Saras lalu kembali kedapur.

"Maaf...kupikir kamu menduakanku!" Jawab Dodi penuh rasa bersalah.

Mereka berdua makan dalam diam sementara hujan di luar turun semakin deras.

Saras membawa sisa piring dan gelas kotor kebelakang lalu mencucinya.

Saat dia kembali keluar dia melihat Dodi tampak memijit pelipisnya.

"Kamu sakit?" Tanya Saras khawatir.

"Aku punya asam lambung, aku sering terlambat makan, setelah berasa benar-benar lapar baru kadang aku ingat bahwa aku belum makan!" Jawab Dodi.

Saras tau bagaimana keadaan anak rantau seperti Dodi, persis sama seperti saat dia dan mendiang Rinto dulu saat merantau ke Kalimantan tanpa sanak saudara dan hanya tinggal di rumah kontrakan kecil serta harus serba berhemat.

"Maaf mbak, bisakah aku minta tolong kerokan belakangku?" Pinta Dodi tiba-tiba mengagetkan Saras.

"Hah? Ta...tapi?" Kata Saras sedikit ragu.

"Tenang mbak, aku nggak akan berbuat macam-macam kok!" Sahut Dodi yang memang masih tampak mengerenyit kesakitan membuat Saras tidak tega untuk menolaknya.

"Ya sudah kamu baring tengkurap di kasur lantai itu biar aku bisa mengerok punggungmu lebih leluasa!" Jawab Saras.

Dodi tak lagi banyak bertanya langsung mengikuti permintaan Saras menengkurapkan dirinya kelantai di atas kasur busa tipis miliknya.

Saras mengambil minyak angin lalu mulai mengerok punggung Dodi walaupun hatinya sedikit berdebar.

*

*

***Bersambung....

Apa yang akan terjadi selanjutnya dengan mereka?

Ikuti terus kisah selanjutnya ya!

Terpopuler

Comments

Anita Jenius

Anita Jenius

mantap

2024-04-05

0

💞Amie🍂🍃

💞Amie🍂🍃

Hanya author yang tau🤗

2024-01-05

0

💞Amie🍂🍃

💞Amie🍂🍃

Ngakak bgt Weh🤣🤣🤣

2024-01-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!