Muara Cinta Kita
"Apa maksud kamu Dodi? Kamu sadar, Saras itu lebih pantas menjadi ibumu, ketimbang kekasihmu? Kamu mau membunuh ibumu ini secara perlahan-lahan karena malu?" Seorang wanita paruh baya berteriak pada putra bungsunya itu dengan wajah penuh emosi.
"Bu, tapi Dodi mencintai mbak Saras...Dodi tau usia kami terpaut sangat jauh, tapi cinta tidak memandang itu semua bu!" Ucap seorang pemuda berusia sekitar dua puluhan tahun sambil bersimpuh di kaki ibunya.
"Oke, jika kamu tetap bersikeras ingin bersamanya lanjutkan saja ibu tak akan melarang, tetapi..." Wanita berparas ayu itu menggantungkan ucapanya.
"Tetapi apa bu?" Tanya Dodi.
"Kamu bersiaplah untuk angkat kaki dari rumah ini dan bersiaplah untuk dihapus dari kartu keluarga dan terbuang dari keluarga besar kita!" Wanita itu tersenyum sinis menatap putra bungsunya dan kemudian meninggalkan Dodi yang terduduk lemas di lantai keramik itu.
"Suruh orang untuk menyelidiki siapa wanita tua tak tau malu yang telah berani mencintai adikmu, Diah!" Setelah berucap demikian pada Diah putri sulungnya, Dia masuk keruangan kerjanya.
Ayu Kinasih, seorang wanita pengusaha yang sukses dalam bisnisnya. Wanita Jawa yang masih memegang teguh semua prinsip keluarganya. Putri sulungnya Diah Rara Ayu, si tengah bernama Denok Kedasih dan putra bungsunya Dodi Kusumadiningrat.
Ayu Kinasih memeluk sebuah bingkai foto seraya meneteskan air matanya.
"Aku tak mau nasib percintaan kita terulang pada putra bungsu kita, mas Arya!" Isaknya.
"Keluarga besarku masih memegang prinsip bibit bebet dan bobot dalam mencari menantu, dan wanita pilihan Dodi sama sekali tak masuk dalam kriteria keluarga ini! Jangan sampai nasib rumah tangga kita yang terhalang oleh restu keluarga akan dialami pula oleh Dodiku!" Isaknya lagi.
"Aku bahkan tak pernah tau lagi apakah mas Arya masih hidup atau sudah meninggal sekarang ini!" Lirih Ayu.
Sementara itu...
"Ya Allah? Aku memang sudah menduga ibu akan menentang keras hubunganku dengan mbak Saras, apa yang harus aku lakukan? Jika aku jujur mengatakan bahwa mbak Saras sudah mengandung anak ku, aku takut akan terjadi sesuatu yang lebih buruk pada mbak Saras, aku bukan hanya harus memperhatikan mbak Saras dan calon bayiku, tetapi aku juga harus memperhatikan Abim dan Anis kedua anak mbak Saras, aku tidak mau terjadi sesuatu pada mereka bertiga!" Ucap Dodi lirih.
"Salahkah jika aku mencintai wanita yang usianya jauh lebih tua dariku? Seandainya saja aku bukan terlahir dari keluarga ningrat seperti ini, seandainya aku terlahir dari keluarga biasa saja tentu tak akan jadi seperti ini nasib percintaanku!" Keluh Dodi seraya berdiri dengan kedua lututnya yang terasa lemas.
"Pak Parjo, selidiki siapa saja wanita yang dekat dengan adik ku karena salah satu dari mereka adalah pacar Dodi!" Perintah Diah Rara Ayu pada orang kepercayaannya itu.
"Ndoro putri punya foto wanita itukah?" Tanya pak Parjo.
"Nggak ada pak, kalau ada sudah aku sendiri yang turun tangan melabrak wanita itu, selama ini Dodi sudah diijinkan oleh ibu walau dengan terpaksa untuk mencari pengalaman hidup di luar sana, bahkan ibu sangat menentang Dodi yang ingin bekerja sebagai cleaning service waktu itu, tetapi Dodi menangis memohon-mohon pada ibu bahwa dia bekerja hanya sekedar mencari pengalaman saja untuk merasakan kerasnya hidup di luar sana, tapi sekarang kok malah menjalin hubungan dengan wanita yang seyogyanya pantas menjadi ibunya!" Geram Diah.
Pak Parjo hanya diam. Dia tau majikannya yang satu ini sangat keras dan tegas sama seperti tuan Kusumadiningrat majikannya dulu, ayah dari Ayu Kinasih.
Pelayan tua itu dulu bekerja pada Kusumadiningrat, lalu beliau meminta pak Parjo untuk ikut dengan putri kesayangannya dan menjaga Ayu hingga sekarang.
"Baik Ndoro putri, secepatnya akan saya kasih kabar pada Ndoro Diah!" Jawab pak Parjo lalu pamit undur diri.
**********
"Kamu lama sekali datangnya, aku bawa nasi goreng lebih, sekotak kubawakan untukmu!" Ucap wanita yang barusan menyapa.
Dia adalah Saraswati. Wanita yang dicintai oleh Dodi dan telah mengajarkannya bagaimana menjadi seorang lelaki sehingga hubungan mereka kini masuk terlalu jauh.
"Aku sudah makan, kamu bawa saja kembali untuk makan siangmu!" Ucap Dodi dingin seraya berlalu meninggalkan Saras.
Saraswati termenung menatap punggung kekar lelaki muda yang mampu meruntuhkan benteng pertahanannya yang kini berjalan semakin jauh meninggalkannya.
"Dodi? Apa aku ada salah padamu? Mengapa kini kamu berubah? Apa karena kamu tau aku sekarang tengah mengandung anakmu?" Lirih Saras.
Saras memasukan kembali kotak bekal kedalam tasnya. Padahal tadi pagi Abim dan Anis masih minta tambah saat sarapan waktu akan pergi ke sekolah, tetapi karena dia ingat Dodi yang dia tau jarang sarapan pagi, maka jatah nasi goreng itu dia bagi empat bahkan dia sendiri tidak sarapan di rumah.
Sampai detik ini Saras sama sekali tidak tau siapa Dodi sebenarnya, dia hanya tau pemuda jangkung yang selalu mengendarai vespa saat pergi bekerja itu tinggal di kos-an sempit tempat mereka sering memadu kasih.
"Maafkan aku mbak Saras, bukan aku ingin menyakiti perasaanmu dan bayi kita, aku hanya ingin melindungi kalian dari amukan keluargaku karena aku tau pasti mbakyu Diah nggak akan tinggal diam, dia pasti turut menyelidiki atas perintah ibu!" Gumam Dodi.
Dodi merasakan sesuatu yang mengiris perih di dalam hatinya, dia tau perasaan wanitanya terluka, dia tau pasti Saras sangat sedih karena perlakuannya tadi.
Mereka berdua memang bekerja di gedung yang sana hanya berbeda lantai. Dodi ada di lantai tiga sementara Saras di lantai satu.
Dengan cepat Dodi masuk kedalam lift menuju lantai atas bersama dengan kawan-kawannya yang lain diiringi tatapan sedih Saraswati.
"Hei Dod, mbak Saras dari tadi aku perhatikan memandangmu terus, jangan-jangan dia suka sama kamu ya! Suit...suit...Dodi ditaksir tante...tante!" Goda Dimas dan Koko temannya yang bekerja satu lantai dengannya.
"Hush, ngawur aja kalo bicara!" Ucap Dodi seraya mendorong pundak Dimas.
"Nggak apa-apa juga sih, mbak Saras itu masih cantik dan seksi kok walaupun dia seorang janda anak dua!" Goda Koko menimpali.
"Nggak usah bicara yang aneh-aneh!" Ucap Dodi karena dia takut pembicaraan mereka ada yang mendengar, dia takut terjadi sesuatu pada wanitanya itu.
Dugaan Dodi tidak salah karena ada seseorang yang sejak tadi ada bersama mereka bahkan ikut masuk kedalam lift bersama mereka.
Mereka bertiga keluar dari dalam lift sementara orang itu terus naik kelantai berikutnya.
Setelah sampai di lantai empat dia langsung menuju ke lobi berdiri di salah satu sudutnya dan mulai menelpon.
*
*
***Bersambung...
Maaf ya reader, author tidak bisa melanjutkan cerita novel yang terdahulu, karena ponselnya hilang dan othor juga lupa sandinya jadi tidak bisa masuk kembali keakun yang dulu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Anita Jenius
Pernah ngerasain deh yg kayak gini.
2024-04-05
0
Syhr Syhr
Kisah cinta terlarang orang tua yg agak berat ini. Kereeenn
2024-01-27
0
Putra Al - Bantani
ah, itukan anak laki2, emang knpa kalau dia mau nikah ama yg lbh tua? apa itu aib?
2023-10-29
0