Penerbangan berakhir.
Deon bersama dengan Niel dan dua pengawalnya turun dari pesawat menuju ke tempat pengambilan koper. Ketika berjalan melewati koridor di bandara, Niel dan Deon berpapasan dengan wanita yang tadi bertukar tempat duduk dengan Deon dan membantu Deon menghalau penggemar fanatiknya.
“Tunggu sebentar, Deon!” bisik Niel.
“Mau apa?” tanya Deon.
“Wanita yang tadi, aku perlu berterima kasih padanya mewakilimu.”
“Oh oke.”
Niel kemudian menjauh dari Deon dan mendekat ke arah wanita yang tadi menolong Deon. Niel menepuk kecil bahu wanita itu. “Mbak!”
“Ya??” wanita itu menolah karena tepukan kecil yang lebih mirip dengan ketukan jari.
“Untuk yang tadi terima kasih. Aku mewakili temanku di sana untuk berterima kasih.” Niel langsung mengutarakan niatnya.
“Ah, sama-sama. Bukan masalah besar.”
Setelah berbincang-bincang sedikit dan memberikan beberapa barang yang harusnya diberikan Deon kepada penggemarnya, Niel kembali pada Deon yang dijaga oleh dua pengawalnya.
“Sudah??” tanya Deon.
“Ya.” Niel menganggukkan kepalanya. “Kebetulan sekali kita bertemu dengan wanita yang bukan penggemarmu, Deon.”
“Dia bukan penggemarku??” Deon sedikit kaget.
“Ehm. Dia bahkan tidak tahu siapa kamu dan namamu sekalipun.”
“Ah … ada juga orang yang tidak tahu aku sama seperti orang dari kampung halamanmu, Niel.” Deon masih sedikit heran. “Apa dia juga tinggal di desa seperti desamu, Niel??”
“Mu-mungkin.” Niel menjawab dengan ragu. “Tapi melihat bagaimana caranya berpakaian, sepertinya bukan orang dari desa. Wanita itu terus mengenakan masker hitam, ditambah semua perangkat elektroniknya adalah perangkat mahal sama seperti milikmu-Grape. Harusnya dia bukan orang dari desa.”
“Benarkah??” Deon masih merasa heran. “Kamu memperhatikannya dengan sangat baik, Niel.”
“Gimana nggak?? Tangannya terus mengetik laptop semenjak penggemar fanatik itu dibereskan dan kedua telinganya terus terhubung dengan earphone, entah memutar lagu atau apa. Kadang-kadang dia juga bicara entah kepada siapa.”
Deon paham maksud dari ucapan Niel. Beruntung, aku terus tidur setelah insiden penggemar fanatik itu tadi. Kalo tidak mungkin, aku akan lebih kesal dari Niel.
“Gimana dengan mobil jemputannya??”
Niel mengambil ponselnya dan memeriksa kru yang bertugas menjemput Deon dan anggotanya. “Sudah datang. Kita hanya perlu mengambil barang dan mengabari mereka untuk langsung menunggu di pintu keluar.”
“Kalo begitu cepat lakukan. Aku masih mengantuk!!”
Deon, Niel dan dua pengawalnya berjalan lebih cepat untuk menemukan koper-koper mereka. Deon bahkan melewati wanita yang tadi bertukar kursi dengannya dan menyadari masker hitam wanita itu yang sejak tadi terpasang kini terbuka sedikit. Dari celah kecil itu, Deon menangkap wajah wanita itu dan sontak merasa mengenalinya.
Dia …
Deon menghentikan langkah kakinya untuk menoleh dan memastikan. Tapi wanita itu justru berdiri menatap dinding kaca yang ada di koridor. Wanita itu tiba-tiba membuka semua maskernya dan memasang earphone miliknya.
“Isaz, kode merah!!”
Samar-samar, Deon mendengar percakapan kecil wanita itu dengan seseorang yang terhubung dengannya.
“Deon??” panggil Niel.
Deon tadinya ingin berjalan menghampiri wanita itu, tapi panggilan Niel berhasil membuat Deon mengurungkan niatnya.
“Ya.”
“Merunduk!!!”
Teriakan kencang dari wanita itu berhasil membuat semua penumpang pesawat yang berjalan di koridor, terkejut dan langsung mengambil posisi merunduk tanpa sadar tak terkecuali Deon bersama dengan Niel. Dua pengawal Deon langsung bergerak ke arah depan Deon dan mengambil posisi melindungi Deon.
“Apa?? Siapa yang berteriak?” tanya Niel panik.
Deon juga sama paniknya dengan Niel. Tapi sekilas Deon melihat teriakan itu berasal dari wanita yang tadi sempat menarik perhatiannya.
Syut.
Wanita yang tadi bertukar tempat duduk dengan Deon, tiba-tiba sudah memegang pistol silver di tangan kanannya dan membuat lubang besar di kaca tanpa membuat kaca itu pecah. Wanita itu melompat keluar dan tiba-tiba melayang di udara seolah dirinya tak terikat dengan gravitasi.
Syut.
Wanita itu menembakkan pistol silvernya lagi dan kali ini membuat lubang di kaca yang tadi dilewatinya tertutup lagi. Deon terus menatap ke arah wanita itu dan tidak lama kemudian, Deon sadar alasan wanita itu berteriak untuk merunduk.
“Apa yang terjadi?” Niel bertanya dalam kepanikannya. “Deon kita harus pergi!!”
Niel menarik Deon untuk segera pergi dari koridor dan berlindung. Tapi kaki Deon tidak bisa bergerak dan mata Deon terus menatap ke arah wanita itu. Srekkkk. Duarrrrr!!!! Dari kaca besar koridor, Deon bersama dengan penumpang lain melihat sebuah pesawat meledak yang kini berjalan menuju ke arah koridor di mana Deon berada.
Wanita itu mengangkat tangannya. Sekilas Deon tak melihat apapun sebagai hasil dari gerakan tangan wanita itu.
“Akhhhh!!! Lari!!!”
Penumpang yang panik langsung berlari menjauh dari koridor karena menyadari jika pesaawat yang terbakar itu terus bergerak ke arah koridor di mana Deon berada.
“Deon!! Ayo lari!!” Niel bersama dengan dua pengawal Deon berusaha menarik Deon untuk ikut berlari. Tapi tubuh Deon tetap tidak bisa bergerak karena matanya terus tertuju pada wanita itu.
Madaharsa! Kamu bukan mimpiku semata!!
Di saat semua orang panik dan berusaha untuk menyelamatkan diri mereka, Deon justru terpaku pada wanita itu karena wajah wanita itu yang mirip dengan wanita dalam mimpinya.
“Deon!!!” Niel berteriak memanggil Deon sembari terus menarik tangan Deon.
Pesawat itu bergerak dan membuat semua orang ketakutan. Niel yang sama takutnya tadinya ingin menyelamatkan dirinya, tapi melihat Deon membeku, Niel tak bisa lari begitu saja. Deon adalah prioritas utama Niel. Jika Deon mati maka Niel pun juga akan mati.
Niel sudah bersiap untuk mati. Tapi ternyata niatnya untuk mati, tidak terjadi karena sesuatu sepertinya menghalangi pesawat yang terbakar itu mendekat ke arah koridor di mana Niel berada bersama Deon.
“Apa itu??” tanya Niel bingung.
Tiba-tiba dari arah belakang Niel dan Deon, muncul seorang pria. Pria itu bergerak ke arah dekat wanita itu dan mengangkat tangannya sama seperti yang dilakukan oleh wanita itu.
“Algiz!!” teriak pria itu.
Tanpa menoleh ke belakang, wanita itu mengangkat tangan kirinya dalam posisi hendak menembak seperti yang dilakukannya sebelum ledakan terjadi. Dalam sekejap, sebuah pistol silver muncul dan syut!!! Lubang yang sama muncul di kaca koridor.
Wushhh!!!
Sebuah asap muncul dari tangan pria itu dan pandangan Deon terhalangi karena asap putih yang dingin itu.
*
Tahun 2050.
Sepuluh tahun yang lalu sebuah kekacauan terjadi. Mungkin itu adalah gambaran dari kiamat yang akan terjadi nantinya. Beberapa gempa terjadi di beberapa titik secara bersamaan, diikuti beberapa gunung api yang meletus dan gelombang tsunami. Tahun itu menjadi tahun paling mengerikan dalam sejarah manusia karena lebih dari separuh jumlah manusia yang ada di bumi tewas dalam bencana. Bumi tempat berpijak manusia, luluh lantak karena bencana yang terjadi di waktu yang bersamaan hampir di seluruh bumi.
Selama dua tahun berikutnya, bumi diliputi oleh kegelapan karena efek dari abu gunung meletus. Manusia yang bertahan hidup mau tidak mau harus bertahan dengan kejamnya bumi yang selama ini selalu mereka eksplorasi tanpa memikirkan efeknya di masa depan. Di antara manusia yang bertahan, ada beberapa manusia yang punya kemampuan khusus entah bagaimana. Manusia-manusia pilihan itu kemudian tergabung dalam pasukan perlindungan bencana internasional. Ada berbagai kelas dalam tingkatannya. Tapi dari semua kelas, ada tujuh orang yang duduk sebagai anggota utama kelas internasional. Tak ada yang tahu siapa mereka, hanya saja mereka menggunakan kode nama menggunakan rune futhark sebagai pengingat bahwa bencana mungkin akan mampu membawa manusia kembali ke jaman purba.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments