Matahari yang tidak terlalu terik seakan mendukung piknik keluarga kecil ini. Di atas rerumputan hijau sudah tergelar tikar dan berbagai macam camilan, buah dan makanan tertata di atasnya.
Di depan mereka terdapat sebuah danau yang sangat indah. Keluarga kecil itu seakan menikmati momen yang sedang mereka jalani.
"Kita foto dulu yuk!" ujar Nadia, ia mengeluarkan ponselnya. Alisia dan Andra mengangguk mengiyakan.
Berbagai macam pose mereka lakukan untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Mereka tersenyum puas ketika usaha mereka tidak mengecewakan.
"Makasih ya pa, Aku suka sama pikniknya" ujar Alisia, raut wajahnya terlihat berseri-seri. Binar di matanya menjelaskan betapa bahagianya anak itu sekarang.
"Sama-sama sayang" balas Andra mengelus rambut Alisia.
"Aku sayang banget sama papa dan mama" lirihnya.
Penuturan Alisia membuat Andra dan Nadia tersenyum bahagia. Mereka langsung memeluk putrinya itu bersama.
Kehangatan keluarga kecilnya itu yang membuat Alisia merasa kehidupannya sangat sempurna. Di tambah sekarang ia punya teman, yaitu Baskara.
Bagi Alisia itu sudah cukup baginya. Ia tak butuh banyak orang di dalam hidupnya. Cukup mereka yang selalu menyayangi Alisia dengan tulus.
***
Kadang kala kebahagiaan itu tidak selalu datang dari hal yang mewah. Ada kalanya hal sederhana pun bisa menjadi sesuatu yang bermakna jika di berikan dengan tulus.
Seperti saat ini, Alisia dan Baskara pergi keluar rumah dengan menggunakan sepeda. Tanpa sadar mereka ternyata sudah pergi cukup jauh dari rumah.
Bukannya khawatir tersesat, mata gadis dengan kuncir kuda itu malah berbinar melihat apa yang ada di hadapannya.
"Alis, kayaknya kita udah pergi terlalu jauh. Ayo kita pulang!" ajak Baskara.
"Nanti dulu, aku mau kesana bas!"
Mata Baskara terlihat menyipit menatap keramaian yang ada di depannya.
"Kamu mau ke bazar itu?"
"Iya" Alisia menganggukkan kepalanya cepat.
"Hm boleh deh" balas Baskara.
Alisia bersorak girang karna Baskara menyetujuinya. Mereka meninggalkan sepeda di tempat mereka berdiri.
Suasana yang begitu ramai membuat Baskara sedikit tidak nyaman. Beda halnya dengan Alisia yang terlihat santai dan sangat ceria.
"Bas, ada yang jual boneka!"
Alisia berlari menuju kedai boneka itu. Bibirnya melengkung menatap betapa lucunya boneka yang ada di hadapannya.
"Alis, jangan lari-lari!" ujar Baskara, ia cukup kewalahan mengikuti Alisia.
"Maaf bas"
"Alis mau boneka?" tanya Baskara, dengan cepat Alisia menganggukkan kepalanya.
"Tapi aku gak bawa uang" lirihnya.
Baskara merogoh saku celana, sepertinya tadi ia membawa uang jajan. Ia tersenyum ketika uang berwarna merah itu ada di dalam saku celananya.
"Nih ada" ujarnya.
"Wahhh, aku mau boneka panda itu bas!"
"Pak, boneka panda itu berapa?" tanya baskara.
"50 ribu nak"
Boneka panda berukuran tidak terlalu besar itu mampu membuat seorang Alisia tertarik. Senyum di wajahnya tak pernah pudar setelah boneka itu mendarat di pelukannya.
"Aku janji bakal jaga boneka ini selamanya" lirih Alisia.
"Kenapa segitunya?" kekeh Baskara.
"Karna ini hadiah pertama dari bas" kekehnya.
Baskara hanya tersenyum dengan perkataan Alisia.
***
Sebuah keluarga akan terasa lengkap jika semuanya bisa berkumpul bersama-sama. Namun tidak bagi Nadia dan Alisia. Mereka hanya berdua di ruang makan. Andra sudah pergi keluar kota kemarin. Suasana rumah kembali terasa sepi karna tak adanya kepala keluarga itu.
Suara sendok terdengar bertabrakan. Nadia dan Alisia sibuk memakan makanannya sendiri.
"Ma, aku udah selesai. Aku mau ke kamar" ujar Alisia.
"Iya, jangan tidur malam-malam!"
Kaki mungil itu berjalan menuju kamarnya. Sejak papanya tidak ada di rumah. Suasananya terasa sangat berbeda.
Alisia duduk di atas tempat tidurnya. Ia memeluk boneka panda yang kemarin di belikan oleh Baskara.
"Panda, kenapa papa harus kerja jauh dari rumah sih? Kan aku jadi susah ketemu papa" lirihnya berdialog dengan boneka panda di tangannya.
Alisia mengambil posisi untuk tidur. Ia mulai memejamkan matanya.
Disisi lain, Nadia masih setia duduk di meja makan. Tatapannya terlihat kosong, entah apa yang ada di pikirannya. Tak ada yang tau.
"Aku tau kamu kerja jauh dari rumah buat bahagian aku sama Alisia, aku ngerti kok. Tapi kenapa aku ngerasa sedih ya?" lirih Nadia.
***
Hembusan angin begitu kencang hingga mengibarkan rambut Alisia. Baskara yang terus mendorong ayunannya membuat Alisia sangat menikmati wajahnya di terpa oleh angin.
"Bas, lebih kenceng lagi!"
"Nanti kamu jatuh alis!"
Alisia langsung memanyunkan bibirnya saat baskara tak menuruti keinginannya.
"Bas, gak asyik deh!"
Baskara sedikit terkekeh, ia mulai duduk di ayunan sebelahnya.
"Alis, dengerin aku ya! gak selamanya kemauan kamu itu bisa di turuti oleh orang lain. Kadang tanpa kamu sadari kemauan kamu itu justru gak baik buat kamu!"
"Kenapa bas malah omelin aku?" sewot Alis.
"Aku gak omelin alis, tapi alis juga harus bisa ngerti apa alasan orang lain gak mau nurutin kemauan alis. Mungkin mereka cuma ingin menjaga kamu, kayak yang aku lakuin sekarang!"
"Bas ngeselin"
Baskara dibuat geleng-geleng kepala oleh tingkah Alisia. Gadis itu memang keras kepala. Bagaimana pun Baskara menjelaskannya, tetap saja Alisia tak mau mengerti.
"Mau main yang lain?" tanya baskara, melanjutkan perdebatan dengan alisia tidak akan ada habisnya.
"Hm, main kejar-kejaran! Bas kejar Alis!" pintanya.
"Oke"
Permainan kejar-kejaran itu bahkan langsung membuat mood Alisia kembali membaik. Hanya butuh beberapa detik saja Alisia sudah lupa apa yang membuatnya kesal barusan.
Tapi tak masalah setidaknya Alisia tak akan memanyunkan bibirnya sepanjang lima centi karna merajuk pada baskara.
"Awhhh" ringis Alisia, sebuah batu tanpa sengaja menyandung kakinya. Lutut Alisia langsung mendarat di atas tanah berkerikil.
"Alis!" Baskara langsung menghampirinya.
"Lutut kamu memar!" Dengan cepat Baskara langsung memasuki rumahnya.
"Bas mau kemana? lutut ku gimana?" tanya Alisia.
Tak lama baskara kembali menghampiri Alisia dengan kotak P3K di tangannya.
"Aku obatin dulu! Tahan bentar!"
Baskara mengobati luka Alisia dengan hati-hati. Ia bahkan meniupnya sesekali agar tak terlalu perih.
"Makanya hati-hati!" sentak Baskara.
"Ih kan aku cuma lari dari bas! kalau gak lari gak jadi main dong!"
"Iya-iya, bas yang salah!"
"Aku gak bilang bas salah!" sangkalnya.
"Yaudah, kalau gitu salah batunya!"
"Nah iya, salah batunya nih. Ngapain dia di sana kan kita lagi main ya bas?" balas Alisia dengan nada yang menggemaskan.
"Alis-alis, ada-ada aja kamu ini!" kekeh Baskara.
Baskara Kembali menyimpan kota obatnya. Ia kemudian kembali dan menghampiri Alisia.
"Gimana? Sakit?"
"Pake nanya lagi!"
"Makanya gak boleh bandel!"
"Alis gak bandel! kan udah sepakat alis sama bas gak salah. Yang salah itu batunya!" seru Alisia.
"Masa benda mati di salahin" gumam Baskara.
"Bas ngomong apa?" tanya alisia karna ia tak mendengarnya dengan jelas.
"Gak ngomong apa-apa" balas baskara cepat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments