Perbincangan terasa begitu asyik oleh kedua wanita yang bertetangga. Topik pembahasan seakan tidak ada habisnya bagi mereka. Nadia bahkan lupa jika ia sedang mengajak anak gadisnya.
Alisia dengan malas tetap duduk di samping mamanya. Ia tidak mungkin merengek agar mamanya mau pulang. Sering kali mamanya mengingatkan agar Alisia tetap bersikap sopan santun.
Mata Alisia tertuju pada anak laki-laki yang baru saja lewat. Meskipun beberapa kali mendapat penolakan darinya. Alisia tidak akan menyerah, ia akan memastikan jika anak laki-laki itu menjadi temannya.
"Tante!" panggil Alisia.
"Iya sayang?" balas Wati dengan ramah.
"Itu anak Tante ya?"
"Iya, bentar Tante panggilkan ya! Baskara! Kesini nak!" pinta Wati pada anak laki-laki semata wayangnya.
Dengan sangat terpaksa Baskara yang hendak menuju kamarnya, ia kembali berbalik karna panggilan mamanya.
"Iya ma" ujar Baskara.
"Mbak, kenalkan ini anak saya namanya Baskara" ujar Wati.
"Ah gantengnya, Saya Nadia mamanya Alisia" balas Nadia merangkul anak gadisnya.
"Baskara, kamu ajak Alisia main ya! kayaknya dia bosan deh dengerin mama sama Tante Nadia ngobrol"
Baskara sedikit melirik pada Alisia, dengan bangganya Alisia tersenyum sumringah. Ia bahkan menampilkan deretan gigi putihnya.
"Iya ma" singkat baskara kemudian pergi.
"Alisia, sana main!" pinta Nadia.
"Iya ma"
***
Banyak permainan berserakan di atas lantai. Tapi Baskara dan Alisia tetap saja tak ada yang bicara. Hingga Alisia yang memang hobi sekali berceloteh sudah tidak tahan lagi. Mulutnya terasa sangat gatal jika terus diam.
"Jadi nama kamu baskara?" tanya Alisia.
"Enaknya aku panggil apa ya? Apa patung pancuran aja!" ledek Alisia sembari memainkan robot-robot milik Baskara.
Mendengar perkataan Alisia, Baskara langsung menatapnya sinis.
"Ya maaf, abisnya kamu diam terus! Kan aku bingung mau ngomong apa?" lanjut Alisia.
"Panggil bas aja!" hanya kalimat itu yang bisa keluar dari mulut Baskara.
"Nah gitu dong, ngomong!"
"Oh ya, aku denger kamu dari Surabaya ya? Kenapa pindah kesini?" tanya Alisia.
"Papa ku di tugaskan kerja di sini"
"Oh jadi kamu ikut papa kamu ya?"
"Iya"
Ternyata Alisia sudah salah duga tentang Baskara. Ia bukannya sombong hanya saja memang sulit untuk bergaul. Alisia tidak mempermasalahkan itu. Karna dirinya juga sama dengan Baskara. Hanya saja Alisia masih bisa ngobrol banyak dengan orang-orang tertentu.
"Bas, aku bosan! Kita main yang lain aja ya" rengek Alisia. Begitulah Alisia jika ia sudah merasa nyaman dengan seseorang. Maka sikap manjanya akan keluar.
"Kamu mau main apa?"
"Petak umpet" balas Alisia.
"Tapi ini udah malam Alis, masa mau main petak umpet?" balas Baskara. Sama halnya dengan Alisia yang memanggilnya bas, baskara juga punya panggilan sendiri untuk Alisia yaitu Alis. Menurut baskara itu terdengar lebih manis.
"Yaudah kalau gak mau!" balas Alisia, mode merajuknya kembali on.
"Astaga, kenapa kamu semanja ini sih?" balas baskara jengah.
Mau tak mau akhirnya baskara menuruti permintaan Alisia. Tapi baskara mengajukan syarat agar permainannya hanya di dalam rumah dan tidak sampai keluar. Dengan cepat Alisia menyetujuinya, menurutnya itu kesepakatan yang bagus.
***
Suara senda gurau yang sangat di kenalinya membuat Alisia terbangun dari tidur lelapnya. Ia segera menyingkap selimutnya dan memastikan suara yang di dengarnya itu.
Matanya langsung berbinar saat ia melihat orang yang sangat di rindukannya.
"Papa" pekik Alisia berlari menghampiri pria yang sedang duduk di ruang tamu dengan secangkir kopi bersama mamanya.
"Alisia, kamu udah bangun sayang" Ia langsung mengangkat Alisia ke udara. Alisia yang sudah terbiasa diperlukan bak tuan putri oleh kedua orang tuanya sangat senang.
"Papa kapan pulang?" tanya Alisia.
"Semalam"
"Kenapa gak bangunin aku?"
"Kan papa gak mau ganggu tidurnya tuan putri cantik papa ini" balasnya mencubit hidung Alisia gemas.
"Oh ya, papa bawa hadiah loh buat kamu" serunya.
"Mana pa?"
"Papa taroh di kamar kamu, coba kamu lihat!"
Alisia kembali berlari menuju kamarnya. Ia sangat penasaran dengan hadiah apa yang di belikan papanya.
Mata Alisia kembali berbinar saat tau jika hadiah dari papanya adalah sebuah boneka Barbie yang sangat ia inginkan.
"Makasih papa, Alisia suka" teriaknya dari dalam kamar.
Sementara orang tuanya yang ada di ruang tamu dibuat terkekeh dengan suara melengking putrinya.
"Sama-sama sayang" sahut Andra.
Sudah seminggu Andra meninggalkan rumah untuk urusan pekerjaan di luar kota. Jauh dari rumah membuatnya sangat merindukan istri dan anaknya. Jatah libur 3 hari dari perusahaan akan ia gunakan untuk menghabiskan waktu bersama keluarganya.
Bagi Andra keluarga adalah hal utama untuknya. Tidak ada yang lebih penting baginya dari pada kebahagian istri dan anak satu-satunya itu.
***
Siang ini mall begitu padat akan pengunjung. Alisia memegang erat kedua tangan orang tuanya. Hari ini mereka akan menghabiskan waktu bersama. Andra sudah memberi tahu jika hari ini mereka bebas berbelanja, makan, dan bermain sepuasnya.
Pertama kali yang menjadi fokus Alisia adalah bermain. Sebelumnya Andra pergi untuk mengisi saldo kartunya dulu sebelum mereka bermain.
Alisia begitu bahagia saat orang tuanya selalu punya waktu untuknya. Ia bahkan tidak butuh apa pun lagi selain orang tuanya.
Puas bermain mereka mengunjungi sebuah toko pakaian. Disini Nadia begitu bersemangat memilihkan pakaian untuk anak dan suaminya hingga ia lupa memilih untuk dirinya sendiri.
Lelah dengan aktivitas di mall seharian. Mereka mengunjungi sebuah kafe untuk makan siang. Setelah memesan menu makanan mereka langsung melahapnya tak lama setelah makanan itu datang.
"Alisia, mau apa lagi?" tanya Andra, karna ia masih punya jatah libur satu hari lagi.
"Hm Alisia mau piknik di danau" balasnya.
"Sesuai permintaan tuan putri" kekeh Andra.
Keharmonisan keluarganya membuat Nadia sangat bahagia. Baginya tak ada yang lebih membahagiakan dari kekompakan keluarganya. Ia harap keharmonisan ini akan tetap terjaga selamanya.
Usai dari kafe Andra dan Nadia memutuskan untuk pulang ke rumah. Apalagi saat melihat anak gadisnya tertidur di dalam mobil. Mungkin Alisia sudah kelelahan karena seharian ini.
Andra menggendong Alisia memasuki rumah. Ia menidurkannya di tempat tidur. Wajah damai putrinya dapat ia lihat dengan jelas.
"Papa harap kamu akan selalu bahagia" lirihnya kemudian mencium kening putrinya.
Nadia menyentuh bahu suaminya pelan.
"Papa mau kopi?" tanya Nadia.
"Hm boleh deh ma"
Sore hari menjelang malam di habiskan sepasang suami istri itu di balkon kamar mereka. Secangkir kopi dan teh tak lupa biskuit sebagai pelengkapnya menemani mereka menunggu malam.
"Apa rencana papa buat piknik yang di minta Alisia?" tanya Nadia.
"Mama tenang aja, semuanya udah papa atur" balasnya.
"Setelah piknik itu apa? Papa keluar kota lagi?"
Pertanyaan istrinya itu membuat Andra terdiam. Kontrak kerjanya membuat Andra memang tak bisa terus menetap di rumah. Tapi ia selalu mengusahakan yang terbaik untuk keluarga kecilnya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments