Satria yang merasa tidak terima dengan penolakan Intan langsung melajukan mobilnya ke arah butik Intan. Intan yang saat itu sedang melayani customer langsung terkejut saat tangan Satria menariknya dengan paksa. Rasa marah dan kesal terlihat jelas di wajah Satria saat memperlakukan Intan dengan kasar.
“Cepat masuk ke dalam mobil,” perintah Satria sambil membuka pintu mobil.
“Tidak, sampai kapanpun aku tidak akan masuk ke dalam mobilmu. Sebenarnya apa lagi yang kamu inginkan dariku? Bukankah kamu sudah memutuskan untuk menolak kehadiranku dan anak ini,” ucap Intan sambil menatap Satria dengan rasa kesal.
“Ada yang ingin aku bicarakan kepadamu, jadi cepat masuk ke dalam mobil sekarang!” bentak Satria hingga membuat Intan terkejut.
“Aku tidak punya banyak waktu untuk meladeni laki-laki pengejut sepertimu, jadi maaf aku permisi.” Intan mulai melangkahkan kakinya meninggalkan Satria.
“Apa maksudmu menyebarkan video cctv di hotel malam itu, dan apa maksudmu mengatakan ke semua orang jika aku adalah Ayah dari anak yang ada dalam kandunganmu!” teriak Satria hingga membuat Intan menghentikan langkahnya.
Intan pun langsung menoleh ke arah Satria sambil tersenyum, “ memangnya kenapa? Apa ada yang salah dengan apa yang aku lakukan, bukannya anak ini memang anakmu.”
“Jangan pernah bermimpi aku akan bertanggung jawab atas anak ini, apapun yang kamu lakukan tidak akan membuatku berubah pikiran walaupun sebentar.” Satria mendekati Intan yang berdiri tidak jauh darinya.
“Satria Dewantara, laki-laki tampan seorang ketua komunitas Mata Batin yang sangat terkenal kesaktiannya, serta seorang pemimpin perusahaan terbesar di Jakarta. Asal anda tahu dulu saya memang meminta anda untuk bertanggung jawab atas anak ini, tapi setelah anda dan keluarga besar anda menolak kehadiran kami, saya sudah tidak pernah berharap tanggung jawab dari anda," jelas Intan sambil tersenyum dan berjalan meninggalkan Satria.
Intan yang selama ini menghabiskan waktunya dalam keterpurukan, kini terlihat lebih tegar. Bahkan pikiran dan hatinya yang selalu menganggap kehamilannya sebagai aib kini justru terlihat sangat menyayangi anak yang ada di dalam kandungannya. Intan kini juga tidak pernah menggunakan pakaian yang besar untuk menutupi kehamilannya yang sudah berusia 8 bulan tersebut.
“Mbak Intan tidak apa-apa?” tanya Nabila yang merupakan salah satu karyawan di butik Intan.
“Tidak, tolong kamu selesaikan semua pekerjaan ku hari ini, karena aku akan keluar sebentar.” Nabila terus berjalan meninggalkan Nabila.
Intan yang sejak tadi menahan air matanya langsung menangis sesenggukan saat sudah berada di ruangannya. Sekuat-kuatnya seorang wanita di hadapan orang lain, pasti masih ada rasa rapuh yang tersembunyi di dalam hatinya. Begitu juga dengan Intan yang kini harus menanggung kesalahan yang dia lakukan bersama Satria.
“Maafkan Ibu, Nak. Ibu sudah gagal menahan air mata ini, Ibu janji akan selalu menjaga dan merawatmu dengan baik,” ucap Intan sambil mengusap perutnya dengan perlahan.
Setelah puas menangis dan meluapkan kesedihannya, Intan pun langsung mengambil ponselnya yang diletakkan diatas meja. Intan yang saat itu dalam keadaan frustasi langsung menghubungi Luna dan memintanya untuk bertemu di sebuah cafe. Tidak berapa lama Luna dan Intan pun akhirnya bertemu, Luna yang memang lama tidak bertemu dengan sang sahabat terkejut saat melihat kondisi Intan.
“Kamu sudah menikah?” tanya Luna yang duduk di hadapan Intan.
“Belum … .”
“Lalu, bagaimana mungkin kamu bisa hamil jika kamu belum menikah?” tanya Luna yang mulai penasaran dengan keadaan Intan.
Intan pun akhirnya menceritakan kejadian yang menimpanya, kebodohan serta nafsu untuk mendapatkan seorang suami dan lepas dari ilmu hitam membuatnya percaya pada mulut manis Satria. Luna yang merasa bersalah karena telah memberikan saran yang salah kepada Intan langsung berdiri dan duduk di samping Intan. Pelukan hangat dan perhatian diberikan Luna kepada sang sahabat dengan deraian air mata.
“Maafkan aku, Intan. Aku tidak menyangka jika saran yang aku berikan justru membuat hidupmu berantakan.” Luna menangis di pelukan Intan.
“Ini bukan kesalahanmu, Luna. Ini semua kesalahanku, aku yang bodoh, kenapa aku tidak menolak ajakannya malam itu,” jawab Intan.
"Lalu bagaimana sekarang, apa laki-laki itu mau bertanggung jawab?” tanya Luna yang dijawab gelengan kepala oleh Intan.
“Dasar Laki-laki Bajingan … sekarang kamu antar aku bertemu dengannya, aku akan membantumu agar dia mau bertanggung jawab." Luna berdiri dari tempat duduknya dan langsung menarik tangan Intan.
"Percuma, dia tidak akan pernah bertanggung jawab. Apapun yang aku lakukan tidak akan membuatnya bertanggung jawab," jawab Intan sambil menunduk.
"Tapi kita 'kan belum mencobanya, siapa tahu kali ini dia bersedia untuk bertanggung jawab," ucap Luna sambil kembali duduk di kursinya.
"Tidak, Luna. Semua usaha sudah aku lakukan, sekarang aku hanya bisa ikhlas dengan apa yang terjadi kepadaku saat ini. "
"Lalu, apa yang bisa aku lakukan untuk membantumu saat ini?" tanya Luna sambil mengusap air mata Intan.
Intan pun menjelaskan keinginannya untuk menjual butiknya, semua itu dia lakukan untuk melanjutkan hidupnya di kota lain. Intan juga meminta Luna untuk mencari pembeli untuk butiknya. Luna yang mendengar keputusan Intan terlihat terkejut, sebab Luna sangat mengenal Intan sejak lama dan butik itu adalah cita-citanya sejak kecil.
"Apa tidak ada jalan keluar lain selain menjual butik itu? Karena selama ini menjadi Desainer dan memiliki butik adalah cita-cita terbesarmu, " ucap Luna.
Sambil menghela nafas panjang, "Aku tahu, tapi aku tidak boleh egois orang tuaku rela menjual semua asetnya untuk mengajakku pindah ke kota lain, jadi mau tidak mau aku harus rela melepaskan butik itu untuk membantu ekonomi keluargaku."
***
Waktu berlalu dengan cepat, semua aset yang dimiliki Adipati dan Intan sudah laku terjual. Malam itu keluarga Adipati terlihat sibuk mengemasi barang-barang yang akan mereka bawa esok. Sukma yang tidak bisa menerima keputusan sang suami terlihat menyimpan kebencian kepada sang putri.
“CCTV ini … .”
Luna terkejut saat melihat beberapa video yang ada di ponselnya, ternyata rekaman CCTV di butiknya juga tersimpan di ponselnya. Terlihat adegan saat Satria menarik tangannya dengan paksa hingga membuatnya hampir terjatuh. Intan yang masih menyimpan kebencian dan dendam kepada Satria langsung meletakkan video itu pada postingan Instagramnya.
"Maafkan aku Satria. Aku tidak bermaksud menghancurkanmu, tapi sakit hati yang kau berikan membuatku melakukan hal ini," ucap Intan sambil menatap layar laptopnya.
Video kekerasan yang dilakukan Satria langsung menyebar dengan cepat, tidak hanya anggota komunitas Mata Batin yang dibuat geram oleh tingkah Satria. Namun, beberapa relasi bisnisnya juga banyak yang membatalkan kontrak kerja setelah melihat video tersebut. Rudi yang mengetahui berita tersebut langsung meminta Satria memberikan penjelasan kepada para klien mereka pada meeting yang akan diadakan.
"Itu tidak seperti yang kalian lihat, saya bisa menjelaskannya kepada kalian semua," ucap Satria saat berdiri di hadapan para klien.
"Baik, kalau begitu cepat jelaskan siapa wanita yang bernama Intan itu, dan apa benar anda telah menghamilinya?" tanya salah satu Klien hingga membuat Satria terdiam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments