Benih Sang Paranormal

Benih Sang Paranormal

Bab 1

 “Hai. Intan," sapa Satria yang baru saja tiba. 

"Ada apa kamu mengajakku bertemu disini?" tanya Satria yang sudah duduk di hadapan Intan. 

Intan tidak menjawab pertanyaan yang diberikan Satria, dia justru meletakkan sebuah benda pipih yang memperlihatkan dua garis. Satria yang melihat hasil testpack yang diberikan Intan terlihat terkejut. Ada rasa marah, dan takut dalam benaknya. Namun, sebisa mungkin dia berusaha untuk tetap tenang. 

“Apa ini?” tanya Satria sambil terus melihat ke arah testpack yang ada di atas meja. 

"Aku hamil, aku harap kamu mau bertanggung jawab atas anak ini, " jawab Intan sambil menatap satria dengan tajam. 

“Gawat! Kehamilan perempuan tua ini akan menjadi beban dan penghalang buat kemajuan perusahaan dan komunitasku," batin Satria sambil menatap wajah Intan. 

"Tidak. Aku yakin anak ini bukanlah anakku, jadi jangan harap aku akan bertanggung jawab atas anak yang ada dalam kandunganmu," ucap Satria sambil mendekat ke arah Intan. 

"Apa maksudmu, apa kamu lupa jika kita sudah melakukan apa yang tidak seharusnya kita lakukan? Dan sekarang dengan mudahnya kamu bilang ini bukan anakmu!" bentak Intan dengan tatapan tajam. 

"Bisa saja kamu berhubungan dengan orang lain sebelum berhubungan denganku. Lagi pula kita sama-sama tahu jika kamu wanita berusia 30 tahun yang haus akan belaian laki-laki 'kan," ucap Satria sambil tersenyum sinis. 

"Kamu pikir aku perempuan murahan! Aku tahu jika aku adalah seorang perawan tua yang belum mendapatkan pendamping hidup, tapi itu bukan alasan untukku menyerahkan kesucianku kepada laki-laki," bentak Intan yang mulai hilang kesabaran. 

"Bisa saja 'kan, namanya juga wanita yang tidak pernah dijamah laki-laki. Tapi yang pasti sampai kapan pun aku tidak akan pernah mau tanggung jawab atas anak yang ada di dalam kandunganmu." Satria menjawab sambil berdiri dari tempat duduknya dan pergi meninggalkan Intan.  

“Satria! Kamu tidak bisa meninggalkanku seperti ini,” teriak Intan sambil berlari mengejar Satria. 

Teriakan Intan yang tiba-tiba membuat orang yang ada di restoran itu terkejut, hingga beberapa pasang mata mulai menoleh ke arah Intan. Teriakan Intan yang cukup keras tidak membuat Satria berhenti dan menghampiri Intan. Satria yang sudah berada di dalam mobil langsung mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi, hingga tanpa sadar dia telah membuat Intan yang berusaha membuka pintu mobilnya terjatuh. 

"Satria! Kamu tidak bisa lepas dari tanggung jawabmu," teriak Intan sambil menangis. 

Beberapa orang yang ada di tempat itu langsung membantu Intan yang masih terduduk di tanah sambil menangis. Perlahan Intan mulai berjalan ke arah mobilnya yang terparkir tidak jauh dari tempat itu sambil dibantu oleh beberapa orang. Hanya penyesalan yang ada di hati Intan, sesaat Intan mulai teringat akan rayuan Satria malam itu. 

“Apa benar kamu ingin melepaskan ilmu hitam yang ada di tubuhmu?” tanya Satria saat mereka sudah masuk ke dalam kamar hotel. 

“Iya, aku ingin seperti perempuan lain yang bisa memiliki seorang suami,” jawab Intan yang sudah duduk di sebuah kursi. 

“Kalau begitu, malam ini kamu harus mau melakukan hubungan suami istri dengank,.” perintah Satria sambil mulai memegang tangan Intan. 

“ Tidak, aku tidak mau berhubungan badan dengan laki-laki. Aku hanya ingin kau menyembuhkan aku dari pengaruh ilmu hitam,” jawab Intan sambil berdiri dan berjalan menjauhi Satria. 

“Aku tahu, dan salah satu syarat melepaskanmu dari pengaruh ilmu hitam adalah dengan berhubungan intim. Karena dengan begitu semua makhluk gaib yang sudah bersarang di tubuhmu akan langsung pergi dan kembali kepada tuannya.” Satria menjelaskan syarat untuk melepaskan lmu hitam dari dari dalam tubuh sambil berjalan mendekati Intan yang terlihat ketakutan. 

"Apa tidak ada cara lain selain dengan berhubungan intim?" tanya Intan yang terlihat semakin gugup. 

"Tidak ada, semalam aku sudah melakukan semedi untukmu. Dan menurut makhluk yang ada di dalam tubuhmu hanya ini jalan satu-satunya membuat mereka keluar dari tubuhmu," jawab Satria sambil memegang tangan Intan. 

Intan yang memang ingin sembuh dari penyakitnya, dan pengaruh ilmu hitam yang selama ini ada di dalam tubuhnya mulai menerima keinginan Satria. Perlahan Satria mulai mencumbu leher Intan dengan lembut, hingga membuat Intan menutup kedua matanya. ******* kenikmatan dari bibir Intan terdengar jelas di telinga satria. 

Perlakuan lembut Satria kepada tubuh Intan ternyata mampu membuat wanita berusia 30 tahun itu seakan terhipnotis. Hingga sampai di suatu puncaknya Intan menjerit kesakitan, sebuah darah segar pun keluar dari **** ************* sebagai tanda robeknya kesucian yang sudah di jaganya selama ini. Intan yang saat itu sedang mengingat kejadian malam panasnya dengan Satria tiba-tiba dikejutkan dengan sebuah ketukan di kaca jendela mobilnya. 

"Apa Mbak baik-baik saja? Ini diminum dulu Mbak," tanya seorang tukang parkir yang membantu Intan masuk ke dalam mobil sambil menyerahkan sebuah botol air mineral. 

 

"Saya baik-baik saja, Mas. Terima kasih … oh, ya. Ini uang parkirnya," jawab Intan sambil menerima air mineral dan memberikan selembar uang seratus ribuan kepada tukang parkir tersebut. 

"Maaf tidak ada kembaliannya, Mbak."

"Tidak apa-apa, buat Mas saja," jawab Intan yang lalu menutup jendela mobilnya dan mulai mengemudikan mobilnya. 

*** 

Sejak kejadian itu Satria tidak pernah menghubungi Intan, bahkan saat pertemuan anggota Mata Batin Spiritual pun Satria juga tidak pernah hadir. Nomor ponsel yang digunakannya selama ini pun sudah hampir 6 bulan tidak dapat dihubungi.  Intan yang saat itu takut jika kehamilannya diketahui orang tua dan lingkungannya berusaha menutupi kehamilannya dengan menggunakan pakaian yang cukup longgar untuk tubuhnya. 

“Intan! duduk dulu sebentar, ada yang ingin Mama tanyakan kepadamu,” perintah Sukma kepada Intan yang baru saja memasuki rumah. 

“Ada apa, Ma?” tanya Intan sambil duduk di sebuah sofa. 

“Testpack siapa ini? hari ini Mama membersihkan kamarmu dan tanpa sengaja menemukan ini di bawah tempat tidurmu. sepertinya test ini sudah lama ada di bawah tempat tidurmu,” tanya Sukma sambil meletakkan sebuah testpack dengan hasil positif di atas meja.

“Ya Allah, bagaimana bisa testpack itu ada di tangan Mama. Perasaan aku sudah membuangnya dari dalam kamar," batin Intan yang mulai terlihat gugup. 

“Itu ... Aku tidak tahu, Ma,” jawab Intan dengan gugup.

“Tidak tahu, mana mungkin kamu tidak tahu. Sedangkan benda ini jelas-jelas ada di bawah tempat tidurmu.”

Hampir 10 menit Intan diam dan hanya menunduk tanpa berani menatap sang ibu. Jangankan untuk jujur membuka mulutnya saja Intan tidak sanggup, yang ada dalam benaknya saat ini hanya takut. Sukma yang sudah kesal dengan sikap sang putri langsung membentak Intan. 

“Intan! jawab dengan jujur, siapa pemilik testpack ini,” bentak Sukma hingga membuat Intan terkejut.  

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!