Bab 2

flashback 10 tahun yang lalu

"Ayah ini sarapannya" Garina menyodorkan sepiring nasi goreng dengan telur mata sapi setengah matang dihadapan ayahnya.

gadis yang hari ini berusia 17 tahun itu sudah berkutat di dapur demi menyiapkan sarapan bagi ayahnya yang selalu nampak tak acuh kepadanya.

inilah alasan mengapa gadis yang kini duduk dibangku kelas 12 Sma disalah satu sekolah Negeri itu tak pernah menyukai hari lahirnya karena baginya, hari itu adalah hari dimana sang ibu menukar nyawanya demi kehidupannya.

"Ayah, Garina pergi dulu ya." gadis dengan tas punggung dan seragam abu abu putih itu pamit.

"Hemm" hanya itu yang keluar dari bibir pria dengan seragam serba hitam itu.

3 tahun yang lalu Ayah Garina diterima bekerja sebagai supir pribadi salah satu pengusaha terkenal diJakarta, ia dan Garina diijinkan tinggal di paviliun belakang, yang memang dikhususkan untuk para pekerja Mansion Ganendra grup. Jarak paviliun dan mansion cukup jauh sekitar 500 meter kebelakang. Paviliun itu juga memiliki jalur keluar masuk sendiri sehingga Yang tidak berkepentingan seperti Garina tak pernah sama sekali menginjakkan kaki dibangunan mewah didepan sana kecuali sang ayah.

Ahmad memandang punggung putrinya, ia sangat ingin mengucap selamat ulang tahun pada gadis cantik itu namun bibirnya seakan kelu untuk berucap bayangan bagaimana sang belahan jiwa meregang nyawa setelah menitipkan buah hati mereka terus menghantuinya

...***...

Garina mendecakkan lidah saat menemukan pemuda itu sudah menunggunya didepan gerbang.

Gerbang itu merupakan bagian paling belakang Mansion.

"Hei bocah !" Teriak Garina, ia bersungut sungut mendekati pemuda yang ia anggap masih bocah namun tingkahnya sudah melebihi orang dewasa.

Asap mengepul disekitar wajah pria yang mengenakan seragam sekolah menengah atas yang sangat berbeda dari milik Garina.

Setahun yang lalu mereka tidak sengaja bertemu dibawah halte bis saat sang ibu kota diguyur hujan deras.

"Kau mau hujan hujanan?" tanya Garina, sifat ceria gadis itu membuatnya tidak canggung berbicara dengan orang asing, apalagi pemuda disebelahnya mengenakan seragam SMP yang Garina tahu sebagai seragam salah satu sekolah Internasional termahal dan terbaik diJakarta. Sedangkan dirinya seorang siswa SMA negeri.

Belum sempat pria itu menjawab Garina sudah menarik tangannya. Gadis itu tersenyum dengan semua air hujan yang membasahi wajahnya.

Byantara Ganendra, pria SMP yang baru pertama kali melihat manusia yang terlihat begitu tulus kepadanya tanpa mengetahui latar belakangnya.

*

Plak!!

Garina menampar belakang kepala pemuda yang sudah menunggunya didepan gerbang.

"Kau merokok lagi?" Garina mengambil dengan paksa rokok yang tersisa dan melumatnya dengan tumit sepatu.

"Kau terlihat seperti nenek nenek kalau sedang marah." Byan sudah melupakan rokoknya, ia juga tak dendam karena harus ditampar oleh Garina.

Byan Sengaja merokok setiap berada didekat Garina karena ia menyukai bagaimana gadis itu peduli kepadanya.

Gila?

Yah tapi mungkin seperti itulah cinta monyet. Anak anak memiliki cara tersendiri untuk menarik perhatian.

"Sudah berapa kali kukatakan untuk memanggilku kakak hah!" Garina meninju pelan bahu Byan yang berjalan disisinya, "Aku lebih tua dua tahun , kau kelas 10 sedangkan aku kelas 12 meski beda sekolah aku ini tetap kakak kelasmu." gerutu Garina namun Byan menaggapinya dengan memakai topi Hoddie nya serta memasang headphone dikedua telinganya yang sejak tadi melingkar dilehernya.

Byan tak menyetel musik apapun ia hanya merasa lebih cool jika berjalan dengan penampilan seperti itu. apalagi dengan Garina yang terus mengoceh disampingnya. Sesekali Byan mencuri pandang melihat mata indah garina yang membentuk bulan sabit ketika tersenyum. Deretan gigi putih nan rapi dan hidung mancung yang kecil menambah kesan rupawan yang membuat Byan kadang lupa memalingkan wajahnya.

Selama setahun mereka selalu berjalan bersama seperti ini. Menyusuri jalanan luas yang terlihat sangat sepi hanya sesekali ada mobil mewah yang lalu lalang disana dan beberapa bangunan mewah yang menjulang tinggi dengan jarak cukup jauh satu sama lain.

Itu adalah kawasan dimana mansion orang orang kaya berada, hanya ada sekitar 20 Bangunan mewah disana dan yang paling besar tentunya adalah milik keluarga Ganendra.

Byan tahu Garina adalah anak dari supir pribadi kakaknya, yang sebelumnya menyupiri almarhum ayahnya. Namun tidak dengan Garina, ia mengenal Byan sebagai keponakan yang menumpang hidup disalah satu mansion yang ada disana.

Byan merasa nyaman dengan menyembunyikan identitasnya dihadapan Garina karena sesungguhnya ia lelah diperlakukan spesial, wajah para manusia yang terlihat seperti penjilat disekitarnya membuatnya Muak.

Byan menoleh menatap pagar tembok yang menjulang tinggi, ia bahkan masih bisa melihat pilar tempat tinggalnya dari tempatnya berjalan.

"Baguskan Rumah Bos Ayahku?" Tanya Garina melihat Byan mengamati bangunan mewah yang sama sekali tak pernah dipijakinya itu.

"Bagusan Mansion pamanku." Jawab Byan asal, Garina pernah bertanya dimana letak mansion pamannya namun ia tak mau memberitahukan, hingga Garina tak pernah lagi bertanya.

"Mana ada! Mansion Keluarga Ganendra adalah yang terbaik disini." sungut Garina.

"Kamu tahu apa? Pernah masuk?"

"A_____" Garina lekas mengatupkan rahangnya, "Belum heheh." Gadis itu menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal sambil tersenyum bodoh.

"Semua orang dikeluarga itu sibuk dengan urusannya masing masing, setiap orang memiliki asisten yang mengurusi mereka, semua pelayan tak ada yang berani mengangkat wajahnya, tinggal disana seperti orang bodoh yang tak punya kenalan." Byan teringat ibu dan kakaknya yang sibuk mengurusi bisnis masing masing sementara para pelayan tak ada yang bisa diajak bicara. Bahkan para teman teman sekolahnya pun tak bisa diandalkan setiap kata yang keluar dari mulut mereka hampir semua menyinggung betapa banyaknya kekayaan yang dimiliki keluarganya.

Heh, Byan hanya bisa tertawa miris.

Namun tidak dengan gadis disampingnya, ia bahkan sering membelikan roti isi untuk Byan padahal uang jajan gadis itu tak seberapa. ia berprilaku layaknya teman dan seorang kakak disaat yang bersamaan.

"Sok tahu, keluarga Ganendra penuh dengan kehangatan, semua pelayan betah bekerja disana termasuk ayahku." Bela Garina. Ia bahkan sering mendapat uang jajan lebih karena sang ayah mendapat tip dari atasannya.

Dan Byan kembali tertawa miris.

Kehangatan?

"Eh...eh....tunggu." Garina menarik pergelangan tangan Byan agar menghentikan langkahnya, karena mereka akan segera melewati gerbang utama dan ada mobil yang dikemudikan ayahnya.

Byan pun menurut ia tak ingin kakaknya mendapati dirinya jalan kaki dan malah menyuruh supirnya berangkat duluan berputar putar kota Jakarta tak tentu arah.

"Hampir saja kita mendahului yang mulia." ujar Garina.

"Memangnya kenapa?"

"Yah tidak sopan aja." Garina mengangkat bahu tak acuh. Mereka berjalan setelah memastikan mobil berharga milyaran rupiah itu berlalu.

"Kau menganggap mereka terlalu tinggi Garina Jelita." Byan tersenyum miring menatap mansion mewah tempat tinggalnya.

Terpopuler

Comments

Eti Alifa

Eti Alifa

alhamdulillah nemu novel yg bagus bacanya nyaman banget 🥰

2025-02-27

0

Erni Fitriana

Erni Fitriana

karya yg enak dibaca👍🏾👍🏾👍🏾👍🏾👍🏾

2024-08-20

1

Lia liana

Lia liana

karya yg ke dua yg aku baca, thanks thor buat novelny, the best

2024-08-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!