Sudah hampir 7 hari Rubby terbaring di ranjang rumah sakit dalam keadaan koma hal itu mengundang kesedihan mendalam bagi suster Ana dan om Dewa.
Dengan lembut Suster Ana menggenggam jemari Rubby yang masih terpasang jarum infus.
"Sudah 7 hari lebih Rub, apakah kamu tidak haus dan lapar, lihatlah tubuhmu bertambah kurus. Please Rub, suster mohon pada kamu ayo kamu bangun."
Pintu ruangan Rubby terbuka memperlihatkan sosok Andre yang datang dengan aura tajam seperti biasa.
"Belum bangun juga!" Tukasnya.
"Mengapa kamu kemari.Apa kamu belum puas untuk menyakiti Rubby!" Balas suster Ana dengan lirikan ketidak sukanya pada Andre.
"Melihat dari keadaannya sepertinya arwah telah berjauhan dari tubuhnya dan besar kemungkinan ia telah pergi untuk selamanya dari dunia ini!" Ucap Andre di iringi seringainya.
"Cukup Andre! Jika kamu datang hanya untuk ucapan mu yang jahat itu lebih baik kau tak usah datang kemari!" Suster Ana marah. "Lagian apa kamu masih tidak merasa bersalah jika Rubby begini gara-gara kamu juga!"
"Kalau saja anda dan om Dewa memaksa aku untuk menikahi wanita bermata empat itu niscaya aku tak senekat ini! Lagian sebelum menikah saja aku sudah membuatnya terluka" Andre tertawa getir matanya tertunduk kebawah kemudian ia melanjutkan kalimat nya lagi. "Namun jika aku sudah menikah dengannya mungkin lukanya akan lebih semakin parah dari ini jadi pikir kan saja baik-baik apakah aku pantas untuk menikah dengannya!" Andre menyunggingkan senyum jahat dan segera pergi meninggalkan ruangan Rubby.
Suster Ana tertunduk lesu kemudian ia menarik nafasnya lebih dalam. Dan di saat ini juga suaminya Dewa menelpon.
[Bagaimana kalau kita batalkan saja rencana kita, aku semakin tidak rela jika Rubby semakin terluka karena menikah dengan Andre]
[Apa yang terjadi, apa tadi Andre mengancam]
[mungkin ini lebih dari ancaman, aku rasa dia bukan manusia dia iblis yang menyerupai manusia]
[Tunggulah di sana aku akan pulang sebentar lagi oke]
Menikmati musik dengan speaker yang kuat sembari memakai masker wajah adalah suatu kewajiban yang di lakukan Mutia di waktu santai. Mutia berjoget santai sembari memegang gagang sapu sebagai mikrofonnya namun detik ini juga suara musik tiba-tiba terhenti, dengan perasaan kesal ia menoleh ke belakang.
"Aduuh! Siapa sih.... Ooo..tu..tuu..tuaan Andre.." Mutia Gugup berbicara terbata saat mengetahui Andre telah berdiri di belakang nya.
"Di ruang tamu terlihat berdebu seperti belum di sapu dan juga di pel tapi kamu malah bersikap santai sambil menikmati lagu!"
"Maaf tuan, habisnya saya capek sekali saya bekerja sendirian di rumah besar ini karena biasanya kan ada si itu mata empat yang bantuin sebagian pekerjaan rumah"
"Ck.bahkan saya bisa saja memecat kamu dan mencari pelayan lain untuk bekerja di rumah saya!"
"eh tidak tuan. Saya mohon jangan pecat saya,"
"kalau kamu tidak ingin di pecat. Maka kamu harus kerjakan seluruh pekerjaan yang ada di rumah ini! Ingat kamu bukan majikan yang bisa bersikap seenaknya di rumah saya!"
"I..iyaa baik tuan, saya akan bergegas sekarang..." Dengan rasa takut akan di pecat, pada akhirnya Mutia menurut kemudian berjalan ke arah belakang untuk mengambil sapu dan lap pel.
****************
Wangi aroma cokelat berpadu dengan wangi aroma vanila berpadu satu mengharumi ruangan Bathtub seorang Andre, dan di bathub berisi air hangat Andre dengan santai berbaring sembari meminum segelas anggur merah di tangan kanannya.
Kemudian telepon di atas meja samping bathub berbunyi segera itu pula Andre mengangkatnya karena ia itu itu panggilan penting dari asistennya Geral.
[Pak malam ini direktur hotel Starla ingin mengadakan pertemuan dengan bapak]
[Baiklah dengan senang hati saya menerima pertemuan itu, katakan jam berapa saya harus bertemu dengan beliau]Ucap Andre sembari memutar-mutar gelas berisi minumannya.
[Hmm menurut beliau akan lebih baik jika bapak yang menentukan jamnya]
[oke baiklah. Jam 18.30 Di restoran Jepang]
[Baik pak, kalau begitu saya akan sampaikan pada beliau]
Sambungan telepon pun terputus, dan kini Andre mulai berbicara sendiri.
"Lihatlah Om Dewa ancaman dari mu itu itu tidak akan mempan untuk pria pintar seperti aku, karena mungkin sebentar lagi kalian akan menangis darah karena kehilangan wanita yang tidak tau di untung itu pergi untuk selama-lamanya."
Cahaya putih di sertai embun yang terlihat sejuk membuat gadis berpakaian putih ini berjalan dengan tenang, menyusuri jalanan yang terlihat sepi yang ada di sekitarnya lalu kemudian langkahnya terhenti ketika melihat dua orang yang tak asing baginya melambaikan tangan ke arahnya.
"Ayah Ibu..." Lirih wanita itu.
Tanpa menunggu waktu lama sih wanita itu pun berlari menghampiri kedua orang yang di kira sebagai orang tuanya.
"Ayah..Ibu... Akhirnya aku bertemu kalian juga.. Hiks hikks...aku rindu kalian" ucap wanita itu sedih sembari memeluk kedua orang tuanya.
"kita bahkan lebih merindukan mu Rubby, terutama ayah, lihat bukankah kita sudah lama tidak bertemu"
"Iya kamu sudah dewasa sayang, kamu juga semakin cantik maafin ibu yah"
"Ayah ibu aku lebih merindukan kan kalian, rasanya aku ingin ikut kalian saja ke surga bolehkah"
"Tidak Rubby. Kamu tidak boleh ikut kami, kamu harus hidup bahagia di dunia!"Sahut Ibu Rubby.
"Tidak hiks hiks hiks, tidak aku tidak mau tinggal bersama seseorang yang hampir merenggut nyawa putri mu sendiri Bu.. Aku tidak mau..."
"Sudah saatnya rubby, sudah saatnya kamu bangun dari tidur panjang kamu..." Sahut ayah sembari memegang kedua bahu Rubby.
"Iya nak, kembali lah ke dunia mu di sini tidak pantas untuk mu.."
Rubby menggeleng kuat sembari menggenggam erat kedua tangan orang tuanya.
"tidak, ibu ayah jangan pergi aku mohon ajak aku bersama kalian hiks hiks hiks"
"Semoga kamu bahagia..."
****************
Tut... Tut ... Tut.....
Suara medis elektrokardiograf memenuhi ruangan Rubby hal ini membuat suster Ana di terbangun di tengah malam. Dari layar monitor terlihat detak jantung Rubby berdetak normal dari biasanya serta tanda-tanda dari jemari Rubby bergerak satu persatu.
"Rubby...akhirnya.... " lirih suster Ana terlihat senang kemudian ia membangunkan suaminya yang tidur di atas sofa."Mas.. Mas Dewa.. Ayo bangun.. Lihat mas lihat detak jantung Rubby kembali normal dan lihatlah jemari Rubby "
"Syukurlah akhirnya Tuhan mengabulkan doa kita sayang, oke sekarang aku panggilkan Dokter yah biar beliau yang periksa keadaan Rubby"
"iya mas, tolong cepatlah"
"oke, baik."
Setelah dokter memeriksa keadaan Rubby maka menit ini juga Rubby perlahan membuka kedua matanya.
"Syukurlah sayang, akhirnya kamu sadarkan diri juga" Ucap Suster Ana yang merasa terharu.
"Wow ini namanya keajaiban dari Tuhan," Puji dokter itu.
"Memangnya aku ada di mana, dan kalian siapa?"
Suster Ana dan Om Dewa saling memandang lalu memandang Rubby kembali.
"Rubby apa yang kamu katakan?"tanya Om Dewa.
"Yah aku bersungguh-sungguh aku tidak tau siapa aku ini dan siapa kalian?"
"Dok bagaimana ini, kenapa pasien seperti mengalami hilang ingatan?"
"Mohon tenang lah Bu, saya akan mencoba memeriksanya kondisi pasien lagi"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments