Kembali Berdebar

“Prita, apa yang terjadi? Kenapa … kenapa tuan-tuan ini mencarimu?” tanya Vanya penuh tanda tanya.

Segera Prita menyeret kedua pria bertubuh atletis itu untuk keluar dari dalam butik. Hal ini membuat semua orang yang menyaksikan tindakan Prita tak berhenti menganga. Tubuh Vanya pun terasa lemas sehingga ia mendudukannya di atas sofa. “Ada apa ini? Ada sesuatu yang terjadi antara mereka! Seorang Prita … dan kedua lelaki … “ Vanya mulai berpikir keras mencari tahu hubungan mereka seperti apa.

Namun semakin Vanya memikirkan, semakin membuatnya stres. “Tidak! Ini tidak beres. Aku perlu penjelasan dari Prita! Hanya Prita yang bisa menjelaskan sumua peristiwa gila ini!” gumam Vanya sembari menyaksikan Prita yang telah diangkut oleh kedua pria itu.

Di dalam mobil, Prita sangat marah. “Kenapa Kakak kemari? Kenapa pula Kakak mengajak pria ini?!” ketusnya kesal.

“Pria ini?!” bergumam seraya melebarkan manik, menatap Prita yang duduk di samopingnya.

“Kalian berdua benar-benar mengacaukan segalanya! Apa yang harus aku katakan pada Vanya dan teman-temanku yang lain?” tanya Prita dengan napas memburu.

“Katakan yang sebenarnya,” ucap kedua laki-laki itu bersamaan.

Prita menarik napas panjang. Ia mengacak rambutnya hingga tampak berantakan. “Yang benar saja kalian ini!” Kedua pria itu membuat Prita frustasi dan ingin rasanya melompat dari dalam mobil yang tengah berjalan menyusuri kota.

Selang beberapa menit mereka tiba di kafe Zeropoint. Tempat favorit Prita dan Egen. Prita masih dengan wajahnya yang malas. Sedangkan Kairos memasang wajah datar, seperti biasanya.

“Prita, terimalah ini,” ucap Egen menyodorkan sebuah kotak kecil berwarna merah.

“Apa ini?” tanya Prita.

“Kau akan mengetahui setelah membukanya,” tutur Egen.

Wanita itu membuka benda berbentuk segi empat berwarna merah. Itu adalah kalung yang memiliki mata berlian. Sontak Prita menjadi kaget. “Untukku?” tanyanya terpukau.

“Ya. Anggap saja itu hadiah pernikahan dan sebagai bentuk permintaan maaf aku padamu,” tutur Egen.

“Kakak yang sangat romantis,” sindir Kairos. Ia juga kemudian mengeluarkan sebuah benda berbentuk yang sama dengan milik Egen. Bedanya itu lebih minimalis. “Pakai juga ini,” ucap Kairos.

Prita kembali melonjak. Pasalnya itu cincin pernikahan mereka yang ia lepaskan saat hendak pergi dari rumah Kairos. Ternyata Kairos mengambilnya di atas nakas dan membawa Kembali kepada sang pemilik.

“Aku tidak mau memakainya. Nanti mereka tahu jika aku telah menikah,” ucap Prita.

“Apa perlu aku adakan konferensi pers agar semua dunia tahu bahwa kau adalah istriku?”

Deg!

“Ja—jangan, Tuan. Baiklah, aku akan memakainya. Tapi kamu jangan aneh-aneh,” tukas Prita dengan jantung yang hampir meledak.

***

Selesai dari Kafe, mereka bergegas kembali. Namun Prita tidak diijinkan Kairos untuk kembali ke butik. Mereka menuju kantor karena ada beberapa urusan yang harus diselesaikan.

“Kak, turunkan aku di sini. Ada sesuatu yang harus aku lakukan,” pintah Prita.

“Kau mau ke mana?” tanya Kairos.

“Bukan, urusanmu, Tuan!” Prita menjiplak kata-kata Kairos. Dan ucapan itu membuat lelaki itu murka. Apalagi Egen segera menepikan mobilnya dan berhenti.

“Sialan, kenapa kau mengikuti ucapan adikmu! Benar bahwa dia adalah adik kandungmu! Tapi aku tetaplah atasanmu. Jadi kau harus mendengar semua perintahku dan buka orang lain. Siapapun itu termasuk adikmu!” celutuk Kairos, naik pitam. Amarahnya telah menggebu. Pasalnya Egen masih membiarkan Prita untuk turun.

“Hey! Mau ke mana kau! Hey Istri, kembali!” Meski Kairos berkoar-koar, Prita tidak mendengarkannya. Egen pun masih terdiam dan tidak mau menjelaskan situasi yang terjadi. Sampai ketika mobil melaju kembali, barulah Egen bersuara.

“Prita mengunjungi rumah orangtua kami,” ucap Egen.

“Bukankah orangtua kalian sudah lama meninggal?” tanya Kairos dengan alis setengah terangkat.

“Dia berkunjung ke makam yang tak jauh dari sini,” jawab Egen.

Muncul rasa tak enak hati Kairos pada Prita. Ia merasa iba pada gadis itu, yang telah ia bentak dari kemarin. “Kenapa kau tidak mengatakannya sejak tadi? Aku juga ingin berkunjung ke makam orangtuamu. Biar bagaimana pun juga, orangtuamu sudah menjadi orangtuaku. Aku akan pergi meminta restu,” ucap Kairos.

“Baik, Tuan. Tapi sebaiknya jangan hari ini. Mr. Bryan telah menunggu di kantor,” tutur Egen.

Setengah jam berlalu. Prita masih berada di makam ayah dan ibunya sembari memegang pusara yang bertuliskan nama lengkap mereka. Banyak hal yang telah Prita katakan, sampai bulir benang membanjiri pipinya. Ia mencurahkan segala isi hatinya yang belum pernah ia salurkan kepada siapapun termasuk kakaknya. Prita adalah orang yang sangat tertutup.

Sebenarnya setiap peristiwa yang ia alami, selalu diceritakan pada Egen. Namun teruntuk peristiwa ini, ia tak bisa lagi bercerita dengan kakaknya. Jelas saja karena apa yang dialaminya adalah kerena ulah Egen. Prita memilih untuk menyimpan semua rasa sakit yang ia rasakan.

“Prita,” lirih seorang pria yang berpakaian layaknya gelandangan.

Pria itu adalah adik dari ibu Prita. Namun mereka sudah lama memutuskan hubungan kekeluargaan karena suatu alasan.

“Prita, apa kau dan kakakmu telah melunasi hutang kalian?” tanya Felix.

“Untuk apa paman bertanya? Jangan ganggu kehidupan kami lagi. Kau dan bibi sudah cukup merebut semua harta warisan orangtuaku, dan menjebak kami menanda tangani sebuah kontrak. Kami juga sudah berusaha dengan keras membayar semua hutang kalian yang mengatasnamakan nama kami, apa belum cukup penderitaan yang kalian berikan padaku dan kakakku?”

Felix mendekat dan meletakkan botol minuman alkohol yang sudah hampir habis di atas makam ayah Prita. “Maafkan aku Prita. Aku juga kena tipu oleh bibimu. Semua uang yang kalian berikan untuk melunasi hutang, sudah di bawah lari oleh bibimu tanpa tersisa,”

“Berapa lagi yang harus dibutuhkan supaya hutang kalian lunas?” tanya Prita sedikit menaikan nada.

“Dua miliar,” jawab Felix, singkat.

“Apa? Kalian memang sudah tidak waras?! Kakaku sudah memberikan kalian satu miliar bulan lalu. Aku kira hutangnya tinggal satu miliar. Kalian apakan uangnya? Berhentilah berjudi paman! Kau hanya merugikan dirimu sendiri!”

“Bibimu membawa semua uang itu, Prita. Jika aku tidak menyetor pada Bos Besar tiga hari lagi, aku akan dibunuh dan kau akan dibawa oleh anak buahnya untuk menjadi pekeja ****-nya!” celutuk Felix.

“Kalian benar-benar sudah gila! Menjauh dariku sekarang atau aku akan lapor polisi!” ancam Prita/

Felix tersungkur di tanah dan memohon pada wanita itu. “Maafkan pamanmu yang tidak becus ini. Tapi paman mohon bantulah paman untuk melunasi hutang kami. Paman tidak ingin mati. Egen juga pasti tidak ingin adik kesayangannya dibawa pergi oleh orang-orang Tuan Arlon.”

“Aku memiliki uang satu miliar. Dan itupun adalah uang kakakku yang dia berikan kepadaku karena telah menandatangani kontrak. Ambil saja uang itu dan menjauh dari aku dan Egen. Sisanya biar Egen yang melunasinya!”

Prita bergegas meninggalkan Felix. Dengan senyum lebar, Felix merasa menang. Ia berhasil membujuk Prita. Ia tahu jika Prita sangat berhati mulia. Tapi tidak bagi Egen. Egen telah mengetahui trik licik dari Felix, sehingga Egen pernah mengancam untuk membunuh Felix jika ia mencari Egen lagi.

***

“Hey, Istri,” panggil Kairos.

“Prita. Namaku, Prita. Jangan memanggilku dengan sebutan Istri,” sergah Prita tampak jengkel.

Tak memedulikan ucapan Prita, Kairos memberikan sebuah paper bag berisi pakaian. “Pakai ini. Kita akan menghadiri acara.”

“Acara apa?” tanya Prita sembari mengeringkan rambutnya menggunakan hairdryer.

“Jangan banyak tanya,” celutuk Kaisar.

Wanita itu menerima pemberian Kairos. Ia menuju walk in closet dan mengganti pakaiannya dengan gaun dress mewah yang diberikan Kairos. “Ahh sial. Sulit sekalu mengunci resleting ini.” Gerutu Prita. Pergelangan tangannya sampai kesakitan karena mencoba mengancingkan resleting yang berada di belakang punggungnya.

Merasa lama, Kairos menerobos masuk. Ia mendapati Prita yang sedang kesulitan menarik resletingnya. “Butuh bantuan, Istri?” tanya Kairos yang tengah menyandarkan Pundak sebelanya di pintu pembatas kamar dan wal in closet.

“Tidak, terima kasih,” tolak Prita.

“Baiklah,” berjalan meninggalkan Prita.

“Dasar laki-laki arogan,” umpat Prita jengkel.

Tiba-tiba Kairos kembali dan langsung membantu Prita menaikan resleting itu. Punggung putih nan indah sangat terpampang jelas. Prita bahkan tidak menggunakan bra lantaran dress itu telah memiliki busa di bagian dada untuk menutupi area sensitif.

Setelah selesai, Kairos mencium punggung istrinya, seolah ia sangat mencintai wanita itu. Prita sontak kaget namun ia tidak berkutik dan hanya membisu di tempat. Debaran jantung hampir tak bisa ia kendalikan. Apa yang terjadi barusan. Batin Prita.

"Ayo, kita akan terlambat," ucap Kairos, berjalan mendahalui Prita yang berusaha menutupi rona merah di pipi tirusnya.

(To be continued)

Dukung Author dengan cara like, komen, dan vote🫶🏻

Terpopuler

Comments

𝐜𝐞𝐥𝐢𝐧𝐞✮⃝࿐lentera

𝐜𝐞𝐥𝐢𝐧𝐞✮⃝࿐lentera

Maaf kk Thor baru mampir

2023-10-02

0

vinosha Alfarizzy13

vinosha Alfarizzy13

w suka karakter Kairos..
meskipun arogant tapi doi ngk kasar..ngk main tangan am perempuan 😘
keren...😍😍😍😘

2023-09-30

0

⁽⁽ଘ[🐾©️le🅾️🦋]ଓ⁾⁾

⁽⁽ଘ[🐾©️le🅾️🦋]ଓ⁾⁾

AQ mampir kak👍👍

2023-09-30

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!