Peneguhan nikah digelar secara tertutup dan privasi. Hanya beberapa orang saja yang berada di katedral, menyaksikan pernikahan CEO The King Group dengan seorang gadis bernama Prita yang tak tahu menahu tentang pernikahan mendadak ini.
Dua jam telah berlalu, Prita masih terdiam di dalam mobil dan tidak mau keluar. Mereka berada di tempat parkir rumah sakit. Egen sudah membujuk adiknya dengan berbagai cara namun nihil. Bahkan Egen menawarkan uang dua kali lipat dari yang ia berikan tadi malam, tetapi Prita tetap tidak bicara.
Bagaimana dengan Kairos? Ya! Sama halnya dengan Prita, pria itu belum menerima kenyataan bahwa dia telah menikah, terlebih lagi menikah dengan adik kandung asisten pribadinya. Egen telah menjelaskan secara rinci kepada Kairos, tetapi nalarnya tak menerima. Ia sangat kecewa dengan Egen.
"Tuan, jika Anda tidak menerima adik saya, maka ceraikanlah dia saat ini juga. Saya akan berhenti dari pekerjaan saya dan berjanji tidak akan muncul di hadapanmu lagi. Maafkan saya, Tuan," tutur Egen.
"Apa menurutmu ini cukup untuk menghukummu?!"
Egen menundukkan kepala. Tampak dari pantulan spion, wajah Kairos mulai garang. Aura membunuh bak berkeliling di sekitarnya, mencari kesempatan untuk menerkam mangsa. Ia sangat naik pitam dengan perbuatan Egen. Ia beralih menatap Prita yang masih duduk diam di sebelahnya. "Dan kau, aku tidak akan menceraikanmu sampai tujuanku tercapai!"
"Aku yang akan menceraikanmu, dan bukan kau yang akan mencampakkanku, wahai Tuan Muda Kairos Kingsley!" celutuk Prita.
"Nyali juga kamu," timpal Kairos menatap sinis Prita.
"Tuan, aku akan mengikuti permainanmu, tapi biarkan aku bermohon dengan satu syarat," tutur Prita melunak.
"Katakan."
"Jangan pecat kakakku. Biarkan dia tetap menjadi asistenmu." Bulir bening mulai menyucur di pipi Prita. Ia tak bisa melihat kakaknya kehilangan pekerjaan apalagi pekerjaan itu adalah hal yang Egen impikan sejak dulu.
Lalu bagaimana dengan Egen. Pria itu pun terharu dengan keputusan adiknya. Tak menyangka bahwa Prita yang masih berumur dua puluh tiga tahun, mengorbankan perasaan dan dirinya demi membantu sang kakak. Prita adalah gadis penurut. Ia sangat menyayangi Egen karena pria itu yang merawatnya sejak dua puluh tahun lalu, saat orangtua mereka meninggal.
"Prita! Apa yang kau lakukan?" tanya Egen.
"Aku memang sangat kecewa kepadamu, Kak. Tapi aku tidak bisa melihatmu kehilangan pekerjaan yang sangat kau dambakan," ujar Prita, sesak.
"Tapi--" bantah Egen.
"Hentikan! Kalian pikir kalian sedang main sinetron? Hentikan drama ini. Aku akan mengabulkan permohonanmu dengan syarat kau harus menuruti semua ucapanku dan berlakulah seperti istri pada umumnya. Lakoni peranmu dengan baik, jika tidak bukan hanya memecat kakakmu dan mencapakanmu, aku akan membuat hidup kalian sengsara selamanya!"
Ultimatum Kairos memanglah tidak main-main. Jika ia telah mengancam, itu bukanlah sekadar mengancam belaka, tapi pasti apa yang ia ucapkan jika tidak sesuai dengan keinginannya maka ucapan ancaman itu akan berlaku. Itulah hukumannya jika berususan dengan seorang Kairos Kingsley.
***
"Ingat, ikuti semua perkataanku, jika tidak kau tahu akibatnya!" ancam Kairos.
"Aku paham dan aku tidak bodoh!" sergah Prita.
Kairos dan Prita memasuki ruangan VVIP di sebuah gedung rumah sakit terkemuka di tanah air. Dalam hati Prita bertanya-tanya apa yang hendak pria itu lakukan bersamanya di dalam kamar pasien. Namun ia enggan untuk bertanya. Prita yang masih mengenakan gaun pengantin berwarna putih sederhana nan elegan, berjalan mengikuti Kairos dari belakang.
"Ma, aku datang," ucap Kairos.
Prita terkejut. Ia melihat wanita paruh bayah itu memiliki wajah yang sangat pucat seperti kertas. Prita membatin "Inikah alasan Tuan Kairos menikahiku?"
"Kairos, kamu telah menikah?" tanya Caroline sembari melempar pandangannya ke arah Prita.
"Iya. Sesuai dengan permintaan Mama. Aku membawa bersamaku menantu Mama." Tiba-tiba merangkul pundak Prita. "Perkenalkan, Ini Prita Euginia, dan sekarang telah menjadi Nyonya Muda Kingsley," tutur Kairos.
"Cantik sekali," tersenyum dan meraih tangan Prita. "Nak, apa kau mencintai Kairosku dengan tulus?" tanya Caroline yang mulai berkaca-kaca.
Prita terbelalak. Pikirannya buntu. Ia syok dengan pertanyaan Caroline. Pasalnya Prita memang tidak memiliki rasa apa-apa pada Kairos. Ia baru mengenal pria itu tadi pagi, dan bagaimana ia harus menjawab pertanyaan Mama Caroline yang seolah mengintimidasinya.
"Ayo sayang, katakan kalau kau mencintaiku dengan tulus," menginjak kaki Prita sehingga wanita itu reflek mengangguk. Kakinya kesakitan saat diinjak kaki Kairos.
"I--iya Tante, eh Mama. Aku ... mencintai Tuan Kairos dengan tulus," ucap Prita terbata.
"Sayang bukan Tuan!" celutuk Kairos.
"Bagus, Mama sangat lega. Mama bisa pergi dengan damai. Prita, segeralah memberikan Mama cucu," tersenyum lebar.
Apa?! Cu--cuuu! Batin Prita bertanya.
"Ma, bukankah itu terlalu cepat. Aku dan Prita baru saja menikah. Semua butuh proses," ucap Kairos.
"Kamu bisa menanam padi malam ini," tutur Caroline tersenyum geli.
Prita terbelalak. Setelah ia pikir-pikir, dirinya masih suci kudus dan am. Ia belum pernah melakukan penyatuan dengan siapapun. Tiba-tiba menikah, tiba-tiba menjadi istri dan tiba-tiba juga menjadi lahan untuk pertumbuhan bibit. Ini benar-benar gila dan di luar dugaan.
"Tenang saja Ma, aku dan Prita akan segera melakukan ritual," ucap Kairos tampak menyunggingkan bibirnya.
Ritual? Maksudnya, ritual pengusiran setan? Tapi aku tidak kerasukan! Batin Prita.
***
Matahari telah kembali keperaduan, meninggalkan jejak indah di cakrawala berwarna jingga. Kala itu malam telah tiba, hanya benda penerang yang bercahaya dari atas sana, memancarkan terang yang membuat setiap mata para insan terpukau akan kecantikannya.
Sejak meninggalkan rumah sakit, Prita hanya di antar ke rumah keluarga Kingsley, dan setelah itu Kairos dan Egen kembali bekerja. Ada beberapa rapat yang harus dihadari Kairos.
Di rumah sebesar itu, Prita bingung harus melakukan apa. Statusnya telah berubah menjadi seorang istri. Walaupun hanya sebatas kontrak, namun suasananya sangat berbeda. Prita mondar-mandir di balkon kamarnya dengan pikiran yang tampak kacau.
"Nyonya, makan malammu sudah siap," ucap kepala pelayan yang tampak mengetuk pintu kamar.
"Aku tidak lapar," teriak Prita dari dalam kamar.
"Tuan memerintahkan saya untuk mengantar makan malammu di kamar," ucap Olivia.
Prita mendengus kesal. Ia terpaksa membuka pintu kamar dan mempersilakan Olivia masuk bersama kedua pelayan dengan membawa beberapa menu makanan.
"Nyonya, sebentar lagi Tuan Muda pulang. Anda harus segera membersihkan diri dan menggunakan pakaian yang telah disiapkan di lemari itu," menunjuk walk in closet.
"Baik," ucap Prita.
Para pelayan itu meninggalkan kamar. Sementara Prita masih termanga melihat makanan yang telah tersaji. Bagai berada di hotel bintang lima, tak hanya gedung dan kamar saja yang ala-ala hotel, menu makanannya pun sangat mewah seperti berada di restoran luar negeri yang hanya didatangi kaum elit.
"Benar-benar sultan! Mendandak menikah dengan pria kaya raya, tajir melintir, terus disuguhkan makanan yang lezat, berasa hidupku di negeri dongeng. Seorang wanita sederhana namun tiba-tiba menjadi putri kerajaan. Haha!" Prita tak henti-hentinya menggerutu. Ia melahap abis makanan itu tanpa sisa. Padahal tadinya ia mengakui bahwa dirinya tak lapar. Namun makanan-makanan itu mampu melelehkan liurnya.
Prita telah selesai mandi. Ia menuju walk in closet untuk memakai baju yang disarankan Olivia. Namun betapa terkejutnya Prita saat melihat semua pakaian yang ada di lemari itu.
"Yang benar saja! Kenapa semua hanya ... bi--bikini yang dilapisi kain transparan!" melempar satu-satu baju di lantai. Prita mendengus kesal, ia tak melihat satu pun pakaian yang layak ia kenakan. Ia beralih ke lemari yang satu. Di sana ia mendapati pakaian Kairos.
"Aku pinjam pakaianmu, Tuan Sombong," meraih kaus berwarna hitam yang di lipat rapi di dalam lemari.
Prita mengenakan baju milik Kairos. Baju itu tampak kebesaran sehingga menutupi pahanya. Ia hanya menggunakan ****** *****, bra dan baju Kairos.
Pintu kamar terbuka. Kairos telah kembali dari kantor. Ia menatap ruangan yang ada namun tak kunjung menemukan sosok yang ia cari. Tirai balkon sedikit terbuka, ia menghampiri balkon kamarnya dan menemukan Prita yang sedang duduk di atas beton sembari menatap benda-benda langit.
"Mau bunuh diri?" tutur Kairos membuyarkan lamunan Prita.
"Tuan sudah kembali?" tanya Prita sedikit terkejut.
"Ya. Siapkan air mandiku," langsung masuk ke dalam kamar dan membiarkan Prita yang masih tampak sulit mencerna ucapannya.
"Apa?" Prita masuk dan menyusul Kairos. "Kenapa aku harus menyiapkan mandimu. Kita bahkan hanya menikah pura-pura," ketus Prita.
"Apa kau lupa perjanjiannya?" membalikkan badan dan melanjutkan aktivitas membuka kancing kemejanya. Sontak Prita menutup matanya dengan kedua telapak tangan. "Apa yang membuatmu malu? Toh sebentar lagi kau akan melihat seluruh tubuhku dan begitupun sebaliknya," menarik sudut bibirnya.
"Hey! Perjanjiannya tidak seperti itu! Kita hanya menikah pura-pura dan bukan berarti kau bisa seenaknya dengan tubuhku!" geram Prita.
Kairos mendekat, menggoda Prita dan menakutinya. "Kau akan berteriak nikmat, dan memintaku untuk terus menusukmu," bisik Kairos di telinga Prita sehingga tubuh kecil itu menggeliang.
"Tu--tuan..."
(To be continued)
Berikan Like, Komen dan Vote sebagai dukungan kalian untuk Author ❣️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Uthie
yaa ampun 😂
2024-08-16
0
jaran goyang
𝘣𝘨 𝘬𝘦𝘫𝘢𝘮 𝘢𝘮𝘵 𝘮𝘢 𝘣𝘪𝘯𝘪𝘬... 𝘮𝘢𝘪𝘯 𝘪𝘯𝘫𝘢𝘬 𝘬𝘬𝘪🤣🤣🤣🤣
2023-09-29
0
faridah ida
semoga Kairos tidak kasar ini dalam bercinta ...😁😁
2023-09-28
0