Mengejutkan

"Kalau begitu Kakak tidak akan menganggumu,” ucap Egen, menarik sudut bibirnya.

“Bu—bukan begitu Kak Egen, kamu salah dengar,” bantah Prita menutupi rasa malunya.

“Besok temui aku,” ucap Egen.

“Cepatlah pergi. Kau menyita waktu malam pertama kami,” celutuk Kairos, membuat Prita serasa tercekik. Pipinya kembali mengeluarkan rona merah.

“Maaf Tuan Muda. Permisi,” menunduk kepala dan langsung meninggalkan Prita dan Kairos. Egen sebenarnya hendak memberikan hadiah pernikahan untuk Prita, meskipun ia tahu hadiah yang akan diberikannya tak akan membuat Prita kembali lajang dan lebih tepatnya tidak akan membuat Prita memaafkannya segampang itu. Tapi setidaknya Prita tahu bahwa Egen masih tetap akan peduli padanya walau Prita sudah menikah.

“Prita, kau tetap akan selalu menjadi adikku yang berharga. Maafkan kakakmu ini yang egois dan telah mengorbankan kebahagiaanmu,” gumam Egen, tetap terus berjalan menyusuri sepinya kediaman keluarga Kingsley.

Sementara itu di kamar utama, Kairos sudah tidak ingin lagi melanjutkan kegiatan sebelumnya yang terasa menggantung. Tiba-tiba saja Kairos berubah menjadi dingin dan cuek. Ia bahkan tidak menganggap kehadiran Prita yang saat ini sedang berada di sekitarnya.

“Tuan, kau mau ke mana?” tanya Prita ketika melihat Kairos hendak menuju pintu.

“Bukan urusanmu,” telak Kairos membuat Prita terdiam dan tidak bersuara lagi.

Menyadari akan perubahan Kairos, membuat Prita tersadar jika pernikahan mereka hanyalah pura-pura. Ia bahkan hampir terhanyut hanya karena perlakukan Kairos beberapa menit yang lalu. Entah mengapa rasa sesak menggerogoti hati Prita.

“Tidak boleh! Kau tidak boleh jatuh hati pada tuan sombong itu!” gerutu Prita, meyakinkan dirinya.

***

Malam yang panjang pun berlalu, hari baru telah menghampiri. Seorang wanita terbangun dari tidurnya yang lelap. Ia membuka perlahan matanya yang masih sayu. Seketika ia melonjak karena mendapati dirinya berada di tempat yang sangat asing. Ia tersadar jika dirinya telah menikah. Prita melempar pandangnya ke segala penjuru ruangan, berharap menemukan sosok yang ia cari.

“Apa tidurmu pulas?” tanya seorang pria yang tiba-tiba muncul di balik pintu kamar.

Prita segera mengenali pemilik suara berat itu. “Tuan, kau dari mana saja? Kau tidak tidur di kamar?” tanya wanita itu tampak cemas.

“Untuk apa mengkhawatirkanku? Kau berharap aku tidur denganmu? Urus saja urusanmu sendiri,” berjalan menuju kamar mandi.

Dengan kesal Prita mendengus dan memutar bola matanya, malas. Sikap dingin Kairos semakin membuat jarak di antara keduanya. “Dia benar! Kau tidak boleh kepo dengan urusannya. Toh, kita menikah karena kontrak dan bukan berlandaskan cinta, jadi untuk apa saling memedulikan.” Tutur Prita kepada dirinya sendiri. Ia pun segera bergegas mempersiapkan diri menuju ke tempat kerjanya.

Tanpa sepengetahuan Kairos, Prita telah kembali ke rumahnya. Ia lebih memilih bersiap-siap di rumah karena seluruh perlengkapannya ada di rumah. Sedangkan di kediaman keluarga Kingsley, Prita tidak memiliki apa-apa selain pakaian seksi setengah jadi di lemari.

Prita bekerja di butik milik temannya. Kebetulan teman Prita berasal dari keluarga berada, jadi orangtua teman Prita memberikan sebuah butik sebagai hadiah ulang tahun ke dua puluh tiga dari Vanya.

“Prita kenapa kemarin kamu tidak masuk kerja? Padahal butik lagi ramai-ramainya,” ucap Vanya saat Prita baru saja tiba.

“Maaf Vanya, kemarin aku menikah.” Kalimat yang begitu saja terlontar dari mulut Prita.

“What?!” sergah Vanya penuh kaget.

“Maksudku aku menghadiri pesta nikah teman dari kakakku,” bohong Prita. Ia belum siap menceritakan kejadian yang sebenarnya pada Vanya. Terlalu malas baginya untuk membahas tentang pernikahan palsunya dengan Tuan Muda Kairos.

“Oh begitu, lain kali kau harus memberitahuku terlebih dahulu.”

“Siap bos,” tukas Prita sembari memberi hormat layaknya seorang prajurit kepada atasannya.

Prita memulai pekerjaannya dengan mengecek barang-barang yang telah terjual habis dan menandainya di tablet bergambar apel setengah gigitan. Seketika pikirannya teralihkan. Wajah Kairos tiba-tiba muncul di benaknya, membuat Prita mengumpat kesal. “Sial! Kenapa wajah si dingin itu yang muncul di pikiranku?” gumamnya kesal.

Telepon genggam Prita tiba-tiba berbunyi. Ia melihat nomor baru tanpa nama menghubunginya. Ia mengacuhkan panggilan itu dan melanjutkan pekerjaannya. Tak berselang lama, nomor yang sangat ia kenal, menghubunginya. Segera ia menjawab panggilan itu.

“Halo,” ucap Prita.

“Prita, kamu di mana?” tanya seorang pria dari seberang telepon.

“Aku lagi di butik, Kak. Sudah dulu jangan menghubungiku. Nanti jam dua belas saja kita ketemu, pas istira—”

“Hey Istri! Kenapa kabur begitu saja tanpa pamit?”

Deg!

Prita menelan salivanya yang terasa sulit untuk di telan. Tiba-tiba suara Egen terganti menjadi suara pria yang terus menghantui benaknya. Kairos merampas dengan paksa gawai Egen, dan Egen tak bisa berkutik.

“Halo! Kau mendengarku?” tanya Kairos, geram.

Wanita itu masih membeku sampai Vanya muncul di sebelahnya dan menanyakan dengan bahasa isyarat, siapa yang meneleponnya. Sontak Prita langsung memutuskan panggilan teleponnya. “Bukan siapa-siapa,” jawabnya panik.

“Aneh sekali. Wajahmu tampak pucat dan reaksi tubuhmu begitu aneh. Memangnya siapa itu? Apa pacar barumu?” tanya Vanya penasaran.

“Ya ampun, aku sampai lupa kalau aku memiliki pacar,” ketus Prita.

Menyaksikan sikap error Prita, membuat Vanya menggelengkan kepala. “Bisa-bisanya kau lupa kalau kamu memiliki pacar. Prita, kamu kenapa sih? Kemarin si Eriko menghubungiku terus karena ponselmu tidak aktif sampai tadi pagi.”

“Iya, Nya. Aku lupa mengisi daya ponsel. Aku akan segera menghubunginya,” ucap Prita.

Vanya mengangkat bahunya seolah mengatakan “terserah padamu saja” dan langsung meninggalkan Prita yang tengah duduk di sofa.

Prita mencoba menghubungi kekasihnya namun panggilan tidak tersambung. Prita akhirnya memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Eriko yang sudah hampir tiga tahun. Beberapa kalimat telah ia sampaikan pada Eriko di Whatsapp. Tak tega rasanya, namun ia juga tidak bisa menjalin hubungan dengan lelaki lain di saat ia telah menikah. Meskipun pernikahannya dengan Kairos hanyalah kepalsuan, tapi tetap saja Prita tidak ingin membuat segalanya menjadi runyam.

***

Di kantor, Kairos terlihat emosi. Prita tidak mengangkat panggilannya dan bahkan mematikan gawainya secara total agar tak bisa dihubungi lagi. Entah apa yang membuat Kairos begitu marah pada Prita. Di tambah lagi beberapa karyawan kantornya membuat ia naik pitam lantaran hasil presentasi mereka tidak memadai. Beberapa proyek juga telah diambil alih oleh perusahaan asing karena mereka terlambat memasukkan proposal terlebih dahulu.

“Benar-benar kacau!” gerutu Kairos.

Ia Kembali melirik ponselnya. Pandangan matanya kemudian teralih menatap Egen. “Di mana?” tanyanya membuat Egen tak paham.

“Maaf, Tuan?”

“Di mana tempat pertemuanmu dengan Prita? Aku akan ikut bersamamu,” tutur Kairos.

“Di Kafe Zeropoint, Tuan,” ucap Egen.

“Di mana tempat adikmu bekerja?”

“Di sebuah butik, tak jauh dari perusahaan,” sahut Egen.

“Katakan padanya untuk berhenti. Untuk apa ia bekerja di tempat seperti itu. Apa dia pikir aku tak mampu untuk membiayai hidupnya?”

“Tapi Tuan, Prita ingin bekerja di tempat itu bukan karena uang. Ia memang bercita-cita membuka butik sendiri sehingga ia bekerja di butik milik temannya,” tutur Egen.

“Kalau begitu berikan dia butik.” Dengan gamblangnya Kairos mengatakan hal yang demikian. Bukan hal yang sulit bagi seorang Kairos untuk memberikan butik dengan cuma-cuma.

“Prita tidak akan menerimanya, Tuan. Percaya ucapan saya. Prita adalah tipe gadis yang ingin berjuang sendiri. Ia ingin dengan suar lelahnya sendiri untuk membangun apa yang dia inginkan. Saya juga sudah beberapa kali menawarinya bantuan, namun semuanya nihil,” jelas Egen.

“Tapi dia menerima uang satu miliarku ‘kan?” sanggah Kairos.

“Benar, Tuan,” Egen tak dapat berucap lagi. Memang benar ucapan Kairos mengenai uang satu miliar yang telah Prita terima. Namun ada hal lain yang disembunyikan Egen mengenai dirinya dan Prita.

***

“PRITAAA!” teriak Vanya.

“Ada apa Nya?” tanya Prita tampak panik karena teriakan Vanya. Tak hanya Prita beberapa karyawan yang bekerja di butik besar itu pun ikut panik. Sangka mereka, Vanya dalam bahaya.

“Prita, lihat siapa yang datang!” menunjuk ke arah luar yang masih terhalang sekat kaca. “Itu Tuan Kairos dan asistennya.”

Deg!

Prita tiba-tiba tak dapat bergeming dari posisinya. Maniknya membulat sempurna. “Sedang apa mereka di sini?” gumamnya panik bukan kepalang.

Vanya memang tidak tahu jika kakak kandung Prita adalah Egen, asisten pribadi Tuan Muda Kairos Kingsley. Prita memang tak pernah mengenalkan Egen pada Vanya. Ia hanya tahu jika Prita memiliki seorang kakak laki-laki tapi tidak mengetahuinya secara detail siapa pria itu.

“Bisa saya meminjam gadis ini?” tanya Kairos yang telah berdiri tegap di depan Vanya dan Prita. Tentu saja semua wanita hampir mimisan lantaran terpesona dengan ketampanan Kairos. Tapi tidak dengan Prita.

(To be continued)

Berikan dukungan kalian untuk Author dengan cara like, komen dan vote ❣️

Terpopuler

Comments

jaran goyang

jaran goyang

𝘷𝘪𝘴𝘶𝘢𝘭 𝘯𝘺 𝘥𝘰𝘯𝘨

2023-09-29

0

siti homsatun

siti homsatun

hmm emangnya prita barang ya kai,,

2023-09-28

0

siti homsatun

siti homsatun

waduh ternyata Prita punya pacar,gimana ya Kalo Kairos tau cemburu ngak ya

2023-09-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!