Endro memandang penuh selidik pada Salova dan Jean. Khusunya pada lelak itu, Endro akan memastikan jika perjodohan ini tidak gagal. Jean lelaki itu selalu saja menggunakan kekuasaannya untuk mengintimidasi lawan biacara agar keinginannya terpenuhi. Dahulu Endro hanya diam saja tetapi untuk masalah perjodohan ini, Endro akan memastikannya sendiri, dia tidak ingin menjalani hidup dengan rasa bersalah pada mediang kakek Jean karena wasiat ini tidak berjalan.
Pernikahan Salova dan Jeandro berlangsung secara tertutup kerena permintaan Jeandro. Lelaki itu tidak mau jika publik mengetahui jika dirinya telah menikah, maka Jean memberi alasan pada kedua orang tua Salova jika dirinya tak ingin Salova menjadi incaran para musuh, ketika mengetahui pernikahannya atau dengan kata lain demi keselamatan Salova.
“Apa yang kau lihat?” Jean memberikan tatapan menusuk pada Salova ketika gadis itu hanya memandangnya dengan tatapan bertanya.
“Kau, tidur disalah satu kamar yang berada di lantai bawah.”
“Kita suami-istri Jean,” ucap Salova.
“Kau bukan istriku. Aku tidak sudi menganggapmu sebagai istriku.” Jean melangkah, tetapi langkahnya terhenti ketika mendengar perkataan Salova.
“Mungkin saat ini belum, tapi aku akan berusaha membuatmu mencintaiku.”
“Berusahalah sekuatmu, Karena itu akan sia-sia.” Jean berkata dengan dingin dan pergi menuju lantai dua meninggalkan Salova yang membisu.
Pagi menyingsing, matahari telah menampakan wujudnya dari peraduan. Seorang gadis masih begelung dalam selimut, perlahan mata hazelnya terbuka pelan hal utama yang terlihat adalah pemandangan di luar jendela. Salova lupa menutup tirai jendela Karena kelelah, perjalan dari rumahnya menuju rumah Jean memakan waktu kurang lebih tiga jam dan itu artinya dia harus berangkat ke kampus dan tempat kerja satu jam lebih awal.
Salova melangkahkan kakinya pelan menuju wastafel mencuci wajah serta menyikat gigi, gadis itu sudah siap dengan pakaian olahraganya. Begitu sampai di depan pintu kamar Salova memandang sekitar gerakan dari Jean tak terlihat hanya para pelayan yang berlalu lalang.
“Suasana rumahnya begitu mencekam dan monoton, aku harus sedikit merubahnya agar terlihat segar dan berwarna.” Salova bermonolog sambil berlari mengitari mension.
”Selamat pagi Nona Salova,” sapa salah satu pelayan yang berada di pantry.
“Selamat pagi, siapa namamu?” tanya Salova.
“Mery,” jawabnya sopan. “ apa anda membutuhkan sesuatu Nona?”
“Iya aku ingin sarapan dengan roti bakar.” Pelayan tadi mengangguk singkat dan kembali pada perkerjaanya. Salova melangkah menuju lantai dua melihat sedang apa gerangan Jean hingga lelaki itu belum terbangun.
Dalam perjalanan Salova memperhatikan sekeliling dan ada beberapa foto kedua orang tua Jean serta foto kakek dan neneknya. Tetapi yang menjadi pertanyaan Salova mengapa wanita yang berada di sisi ayah Jean berbeda dengan wanita yang datang ke acara pernikahannya.
“Maaf Nona, sedang apa Anda di sini?”
“Astaga! Kau mengagetkan ku.” Salova memejamkan matanya sejenak dan mengatur napas. “Aku tadi berniat membangunkan Jean.”
“Maaf Nona, tuan Jeandro telah berangkat ke kantor pagi tadi pukul enam.” Salova hanya mengangguk dan melanjutkan langkahnya ke lantai dua, gadis itu ingin berkeliling sebelum turun untuk mengisi perut.
Setelah sampai di lantai paling atas, Salova memandang takjub pemandanga dari rooftop. Gadis itu kembali murung kendati di atas sini begitu gersang dan kosong. Utuh lapangan kosong dengan lantai semennya, terintas dalam otak kecilnya untuk menanam sesuatu atau membuat taman mini di atas sini. Salova bergegas turun mempersiapkan kegiatannya hari ini.
“Taruh itu di sana … benar letakan di situ.”
Salova benar-benar merealisasikan keinginanya mengubah sedikit interor mesion milik Jeandro. Terlihat tubuh gadis itu terdapat banyak bercak cat yang menciprati bajunya, beberapa jam sebelum kegiatan Salova, gadis itu segera turun untuk sarapan lalu ke luar untuk membeli beberapa kaleng cat digunakan untuk melukis di beberapa area yang menurutnya perlu di berikan warna. Salova juga membeli beberap pot untuk memindahkan beberapa tanaman untuk di taruh dalam ruangan seperti lidah mertua. Sumber dari internet mengatakan jika tumbuhan itu bagus untuk sirkulasi udara dalam ruangan.
“Nona ini sangat indah, dan lebih berwarna,” ucap salah satu pelayan yang memuji karya yang dibuat Salova. Terdapat lukisan bungan matahari di sisi tembok yang mengarah langsung dengan pintu utama, sementara satu sisi yang mengdapa ke arah tangga terdapat lukisan anak kucing.
Hari sudah menjelang sore, Salova begitu lelah dirinya baru saja meminta beberapa pelayan lelaki membantunya untuk mengangkut tanah dan menanam rumput hias dan beberapa batu hiasan untuk membuat taman mini impiannya di rooftop.
“Ugh, nyamannya.” Gadis itu baru saja selsai membersihkan diri dan mengistirahatkan tubuhnya.
Jeandro baru saja turun dari mobilnya mengernyit ketika melihat halamannya mensionya terdapat sedikit perubahan karena Salova menanam bungan lily putih dan beberapa jenis dahlia, harusnya Salova menambahkan laverder tetapi karena iklim yang tak mendukung di Indonesia membuat lavender tak begitu indah jika tumbuh.
Jeandro berjalan dengan cepat, dengan mata tajamnya Jean menyorot ke arah pintu. Dia tau siapa pelaku yang dengan lancang mengubah tatanan taman milik mendiang ibunya. Pintu utama terbuka dengan satu kali hentakan membuat bunyi yang sangat keras, para pelayan berjengit kaget karena suara pintu.
Tatapan Jean semakin tajam kala melihat tatanan dalam rumah telah berubah dan terdapat beberapa tanaman serta lukisan membuat susasan begitu menenangan serta memanjakan mata. Untuk first impres Jean sempat terpasona, tetapi beberapa saat dirinya mengubah expresinya menjadi dingin.
“Bawa Salova kemari!” teriaknya murka.
Sementara Salova tengah asik menyelami alam mimpi karena kelelahan. Gadis itu tak sadar jika dirinya menjadi bahan amukan oleh Jeandro. Pelayan yang memanggil Salova sedikit gemetar ketakutan saat melihat tatapan tajam tuannya. Beruntung Salova tidak mengunci kamarnya sehingga memudahkan pelayan masuk tanpa menunggu pintu terbuka.
“No-nona.” Pelayan tadi berusha membangunkan Salova, merasa terusik gadis itu membuka matanya dan melihat seorang pelayan mebangunkannya.
“Kenapa kau tidak mengetuk pintu?” tanya Salova keheranan.
“Pintunya tidak terkunci Nona, karena urgen saya langsung masuk saja,” ucapnya
“Ada apa?”
“Tuan Jean memanggil Nona.” Alis Salova terangkat sebelah lalu bangkit menemui Jean. Pikiran Salova terlalu positif mengenai Jean yang berharap memuji karyanya.
Namun, langkah salova terhenti katika melihat beberapa pot tanaman pecah dan sebagian di angkut keluar, beberapa foto yang terpajang kembali ke tempat semula. Salova menatap Jeandro dengan sebuah tongkat baseboll menghancurkan segala sesuatu yang telah Salova sentuh dan rubah.
“Apa yang kau lakukan?” tanya Salova panik, lelaki ini jika tidak suka tinggal berbicara dengan baik. Tetapi Salova lupa jika Jean tidak menyukai Salova jangankan untuk berbicara melihat Salovapun tidak ingin. Jeandro berbalik begitu mendengar suara Salova dengan tongkat berada di tangannya Jean menghampiri Salova dan menyeret gadis itu menuju lantai dua.
“Kau sudah lancang! Maka kau harus menerima hukumanmu!”
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Manoy Cagar
sadis banget kau jean 😟
2023-11-21
2