Setelah insiden memalukan di mall saat itu, Salova menginap selama satu minggu di rumah orang tuanya dirinya juga menceritakan prihal apa yang terjadi pada dirinya dan pernikahannya. Selam satu minggupun Jeandro tak pernah sama sekali menghubunginya atau bahkan mencarinya.
“Ada apa kau kemari?” tanya Salova pada rubah yang duduk dengan manis di hadapannya, menganggu acara minum tehnya.
“Aku hanya ingin menyepa … maduku.” Julie sengaja menemui Salova mendatangi kediaman Jeandro. Ya Salova telah kembali ke rumah Jeandro setelah satu minggu lebih dirinya bersemedi di rumah kedua orang tuanya.
Sangat disayangkan, reaksi kedua orang tuanya meminta Salova untuk segera meninggalkan Jeandro setelah mengetahui keadaan rumah tangga anaknya itu. Demi kebaikan Salova, Santika memintanya untuk menceraikan Jeadnro tetapi Salova kekeh dengan pendiriaannya tetap mempertahankan Jeandro setidaknya Jean tak salah pilih wanita.
“Pergilah, berhenti mengangguku.” Salova mengusirnya secara baik.
“Kenapa kita tak berdamai? Tinggalkan Endro dan aku tidak akan menganggumu lagi.”
“Endro yang mana kau maksud? Asisten Jean juga bernama Endro. Kau mau aku meninggalkan asistenya demi dirimu, tak perlu repot aku tak pernah mendekatinya.” Salova tetap berusaha tenang.
“Kau! Ehm, kau tahu siapa yang ku maksud,” ucap Julie sambil memperbaiki sedikit rambutnya yang berantakan karena tertiup angin.
“Pergi, aku tak ingin kau ganggu,” usir Salova sekali lagi.
“Bagaimana kalau aku tak mau?” Julie mengangkat teh milik Salova meminumnya sedikit kemudia menaruhnya kembali tetapi dengan sengaja Julie memiringkan gelas teh tadi membuat air teh mengenai baju Salova.
“Apa yang kau lakukan,” ucap Salova sedikit terkejut dengan reflex tangan Salova mendorong tangan Julie, gadis itu langsung terjatuh terduduk padahal itu sangat pelan bisanya wanita itu terjatuh.
“Salova!”
Seketika Salova menahan nafas dan menoleh pada Julie yang tengah terduduk dilatai, Salova juga melihat Julie membawa sesuatu. Gadis itu memejamkan matanya dirinya sudah tahun kemana arah scenario yang baru saja terjadi.
Plak
Kepala Salova tertoleh ke arah kanan, sesuatu mengalir dari sudut bibirnya itu terasa anyir dan asin. Salova mendongak mentap ke arah Jeandro.
“Kenapa kau tidak membunuhku saja!” teriak Salova.
“Kematian terlalu mudah bagimu! Dan rasakan saja penyiksaan dariku!” balas Jean dengan teriakan.
“Apa yang membuatmu begitu membecinku! Kenapa!”
“Karena kau menerima pernikahan ini, sementara aku tidak dan harus mendapatkan hak waris aku harus menikahimu kecuali … kau menolaknya” Salova akan berbalik tetapi suara Jean membuat dirinya berhenti.
“Mau kemana? Kau belum meminta maaf padaanya,” ucap Jeandro.
“Aku tidak salah, dia jatuh sendiri_”
“Kau mendorongnya!” potong Jeandro.
“Jean sudah,” ucap Julie menarik Jeandro sedikit menjauh dari Salova.
Bruk
“Itu baru aku mendorongnya dan maaf,” ucap Salova kemudia gadis itu berlari menjauh. Dadanya sesak dituduh seperti itu apa Jean tak memiliki mataa untuk melihat hal yang sebenarnya jika Julie terjatuh sendiri, lupa cinta membuat seseorang buta termasuk dirinya.
“En, mengapa kau tidak menceraikannya saja?” tanya Julie pada Jeandro.
“Tidak bisa, jangan tanya kenapa, hanya Salova yang bisa mengakhiri pernikahan ini.”
Julie terdiam, kemudian pikiranya mencari cara agar Salova segera pergi dari kehidupan Jeandro dan dirinya bisa menjadi nyonya Ranajaya kemudian menguasai harta Jeandro.
***
Waktu terus berjalan tak terasa ini sudah menginjak tahun kedua pernikahan Salova dirinya kembali magang diperuhaan yang sama. Di sinilah dirinya berada pesta pertunangan suaminya dan Julie, wanita rubah itu menjebak Jeandro untuk tidur bersama jean sama sekali tak keberatan. Lelaki itu mengusulkan pertunangan ini.
“Pestanya sangat meriah,” ucap salah satu teman Salova yang satu team denganya.
“Cukuplah menurut ku,” jawab Salova.
“Cukup? Ini lebih dari cukup Salova,” balas Yasmin.
“Aku ke toilet.”
Salova beranjak, memasuki bilik toilet. Dirinya memandang pantuan dirinya yang berpenampilan sederhana, gaun berlengan panjang dengan punggung sedikit terbuka tak ada makeup yang menghiasi wajahnya dirinya hanya menggunakan lipbam agar tak terlihat pucat jangan lupakan kacamatanya yang selalu bertengger.
“Sudahlah mari kita selesaikan.”
Salova memilih menyerah dirinya termat lelah, Jeandro dan Julie telah bertunangan tak ada harapan lagi untuk dirinya, pastinya keduanya akan tinggal seatap seperti kebanyakan orang. Benar yang dikatakan kedua orang tuanya itu hanya akan membuat dirinya merasa sakit dan tersiksa setiap hari maka harus dilepaskan demi keselamatan mental.
Pesta masih berlanjut, Salova segera menuju ruang kerjanya merapikan barang-barangnya dan membawanya keluar.
“Apa yang kau lakukan?” tanya Yasmin, gadis ini belum mengetahui jika Salova istri sah Jeandro begitu pula karyawan yang lain hanya Julie dan Jean dan mungkin teman-teman Julie yang sering mengoloknya setiap hari.
“Aku hanya mengemasi barangku,” jawab Salova sekenanya.
“Kau tidak mengikuti pesta perpisahan besok?” tanya yasmin
“Ku rasa tidak,”
Salova menaruh barangnya ke dalam mobil dan segera menuju kota di mana ibunya di lahirkan. Rumah neneknya tetapi wanita tua itu telah berpulang jadilah di sana hanya dijadikan tempat refresing, bahkan gadis itu tidak mengirim pesan pada Jeandro dia berencana akan menggugat cerai Jean usai dari rumah neneknya.
Dalam perjalan yang panjang Salova menangis ditemani kesunyian malam. Namun, Salova melihat ke arah depan dua buah mobil menghadang, gadis itu mengernyit beberapa kali membunyikan klakson tetapi mobil di hadapanya tak bergeser sama sekali.
Tiga orang lelaki bertubuh kekar keluar dari dalam mobil sambil membawa senjata tajam membuat Salova segera menghidupkan mobilnya berjalan mundur, karena panic mobil Salova terserambab dan menabrak tiang listrik. Gadis itu keluar dari mobil dan berlari ke arah dalam semak berharap ada pemukiman warga.
“Ya Tuhan mengaa jalanan ini sei sekali?” Salova terus berlari dan ketiga leaki itu masih mengejarnya. “Siapa mereka? Mengapa mengejarku? Apa mereka perampok jalanan?”
Bruukk
“Sial, mengapa kembali ke jalan tadi?” Salova menggerutu,
“Mau kemana?” Salah satu lelaki tadi berhasil menakap pergelangan tangan Salova.
“Lepas, apa yang kalian inginkan? Mobil, uang ini aku berikan,” ucap Salova dengan suara bergetarnya, dia begitu ketakutan takut jika ketiga lelaki ini memperkosanya.
“Uang heh? Uang kami lebih banyak dari ini tapi tubuhmu cukup lumayan juga,” ucap lelaki yang berada di paling akhir.
“Dalam mimpimu!”
Bugh
Salova segera berlari setelah berhasil menendang asset lelaki yang mencengkram tangannya, gadis itu berlari ke arah mobilnya berharap dengan menancap gas ban mobilnya bisa keluar dari selokan meski resiko mobilnya terbali dan keselamatannya terancam.
Namun, sebuah mobil melaju ke arah Salova dirinya berpikir itu salah satu mobil warga yang melintas dirinya segera ke tengah jalan raya dan melambai, mobil berhenti lima meter dari Salova dimana Jeandro keluar dari dalam mobil dan langsung menembak Salova tepat mengenai jantungnya.
DOR
TBC.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments