Bab 2

Liana kembali dengan membawa 2 benda seperti patung berbentuk hewan kucing, dengan nafas memburu Liana menghadap pria yang duduk di kursi itu. Pria itu tersenyum tipis melihat seorang gadis menatapnya dengan sinis, ntah apa kesalahannya hingga dia berani memberikan tatapan itu.

"Mungkin uang ini tak akan cukup melunasi hutang ayah ku, setidaknya ini bisa membayar sebagian"

" Hah? Maksudnya kau ingin menyicil? "

"Tentu saja! Uang 300 itu tak sedikit, jadi saya mau anda memberikan waktu untuk melunasi semua nya, jika anda bisa bersabar" ucap Liana, mereka berdecih bervariasi.

Kemudian pria itu berdiri dari sofa memasukan kedua tangannya ke dalam saku celana.

"Berapa uang yang kau punya?"

Gadis itu membanting 2 tabungan nya kelantai hingga pecah berkeping-keping, terlihat banyak lembaran kertas di lantai setelah tabungan di pecahkan.

"Liana, itu tabungan mu, Nak" Sang ayah menatap tak percaya.

" Aku tak peduli! Yang jelas uang ini bisa melunasi hutang kita pada mereka! " Tegas Liana.

Liana berjongkok memunguti lipatan-lipatan kertas di lantai. Pria itu tersenyum miring melihat gadis didepannya.

"Kau memang gadis berbakti pada sang Ayah, tapi... Memang benar uang itu tak akan cukup, lalu bagaimana kau akan melunasi nya? Apa kau bekerja? " Tanya pria itu.

Namun, slow respon Liana yang sedang sibuk memunguti uang tabungannya. Setelah terkumpul gadis itu berdiri memegang uang nya yang tak muat di tangan hingga di peluk.

"Saya memang tak kerja, tapi jika anda tergila-gila dengan uang ini saya akan lakukan apapun itu agar urusan penghutang dan penangih hutang bisa cepat selesai!" Ujar Liana yang sedikit menekan kata-katanya

"Liana, jaga bicaramu!" peringat sang Ayah, putrinya tidak tau bahwa orang yang di hadapinya bukan seperti penagih hutang yang biasa.

Pria itu tertawa kecil.

"Kau cukup berani juga. Baiklah. Emm... Ada satu cara untuk melunasi hutang Ayah tersayang mu"

"Apa itu?"

"Ikut dengan ku"

Gadis itu tak terkejut melainkan mengerutkan keningnya, sedangkan sang ayah membulatkan matanya ia tak mau jika putrinya kenapa-kenapa.

"Apa?" Liana.

"Iya, jika kau mau masalah ini selesai... Kau harus ikut dengan ku. Jika kau mau, kita akan melupakan ini anggap saja hutang kalian lunas" senyum evilnya.

"Tidak, saya mohon. Bawa saja saya jangan putri saya, Tuan." Mohon sang ayah.

Liana menoleh pada sang ayah yang menangis dari tadi walaupun tak bersuara. Ia sebenarnya tak mau ikut namun setelah melihat Ayah nya yang menangis dan di tahan membuatnya kembali ragu, jika ia ikut hutang akan lunas dan Ayah akan bebas, pikir Liana.

Liana kembali menoleh pada pria di hadapannya.

"Jika saya ikut, anda akan melepaskan Ayah ku? Dan hutang Ayah juga lunas? Dan tak mengganggu Ayah ku?"

Pria itu mengangguk "Tentu, anggap saja seperti tak saling mengenal"

"Liana, jangan begitu!"

"Maaf Ayah, Ayah sudah berkorban untuk ku demi aku bisa kuliah hingga berhutang uang pada dia (melirik sinis), mungkin saat nya aku yang melakukan pengorbanan buat Ayah"

"Ayah tau! Tapi bukan begini caranya! Biar ayah saja yang menebusnya!" Sang ayah meninggalkan suaranya. Liana kembali menatap pria di hadapannya.

"Jika misalkan anda membawa Ayah saya, apa kalian akan memenjarakan nya?"

"Memenjarakan? Tcih, terlalu ringan. Siapapun yang tak membayar hutangnya pada ku, akan aku lenyap kan!" Pria itu mengeluarkan benda yaitu senjata api di balik jaket hitamnya.

Baru lah Liana membulatkan matanya melihat benda yang di pegang pria itu apalagi menodongkan ke sang ayahnya.

"Ti–tidak! Saya mohon, jangan!" Tangis Liana memegang pistol pria itu.

"Jadi? Bagaimana?" Tanya pria itu meminta kepastian.

Liana menatap sang ayah dengan air mata yang bercucuran mana mungkin ia akan membiarkan orangtua satu-satunya pergi lagi? Sudah cukup kehilangan seorang ibu tidak mungkin lagi akan kehilangan sang Ayah, hidup bukannya membutuhkan pengorbanan apalagi kepada orang tua?

Gadis itu menunduk sejenak kemudian menghapus air matanya.

"Iya! Saya akan ikut! Tapi tolong lepasin ayah ku!" Tegas Liana.

Pria itu mengangguk menyuruh temannya melepaskan pria yang merupakan ayah dari gadis di hadapannya.

"Pilihan yang tepat"

Sang ayah menghampiri putrinya "Liana!"

"Maaf ayah, Liana gak mau sampai kehilangan orang yang aku sayang kedua kalinya, sudah cukup sakit kehilangan ibu..."

"Tapi ini sama saja! Ayah yang kehilangan kamu!"

"Enggak kok, Liana akan baik-baik saja, tak akan terjadi sesuatu kok" Senyum Liana mengusap air mata sang ayah.

"Enggak! Ayah gak setuju. Tuan, kalo begitu tolong bawa saya juga! Saya tak mau berpisah dengan putri saya"

"Ayah...!"

"Emm... Bagaimana yah?" Ucap pria itu pura-pura berfikir.

"Enggak! Ayah tak boleh ikut, ayah disini saja yah? Liana mohon..."

"Apa kau tak sayang sama Ayah mu?!"

"Bukan begitu, Liana sayanggggg banget sama Ayah. Itu sebabnya Liana melakukan ini demi Ayah"

"Enggak! Ayah gak setuju!" Sang Ayah & putri pun berdebat hingga membuat pria berwajah tegas itu kesal.

"DIAM LAH!!" Bentak pria itu membuat 2 orang di hadapan nya terdiam dengan bersamaan menoleh.

"Saya tak memiliki banyak waktu!" Dengan paksa pria itu menarik tangan Liana.

"Tuan, Tuan saya mohon, jangan bawa putri saya! Bawa saja saya, Tuan... Tuan..." Cegah sang Ayah menghadang jalan pria yang membawa putrinya. Dengan kasar pria itu mendorong nya hingga Ayah Liana terjatuh.

"AYAH!" Teriak histeris Liana, dengan langkah cepat pria itu menarik paksa walaupun gadis yang ia tarik memberontak.

"Lepasin! Ayah ku terjatuh gara-gara anda! Ayah! Ayah!..."

"DIAM!" Bentak pria itu sambil menodongkan pistol di kening Liana, gadis itu langsung terdiam. Gemetar dan ketakutan setengah mati yang berusaha diam tak menangis.

"Jika kau bersuara, aku akan menancapkan peluru ku pada otak mu!" Menatap tajam, lalu dengan paksa memasukkan Liana kedalam mobil dan diikuti oleh yang lain, mafia itu membawa 2 mobil. Kedua mobil itu bergerak menjauhi kediaman Liana dan Ayahnya.

"LIANA! LIANA!... Saya mohon kembalikan putri saya! " Tangis sang ayah menatap 2 mobil yang sudah pergi jauh, pria itu terjatuh ke tanah sambil menangis.

****

Sesampainya di sebuah Mension pria itu kembali menarik Liana masuk kedalam, tapi kali ini gadis itu tak memberontak karena takut ancaman tadi melihat pistol saja jantung nya berdetak kencang hingga membuat dadanya sakit.

Ia membawa Liana menaiki tangga tak membutuhkan waktu lama keduanya sampai di sebuah kamar, pria itu memasukan Liana kedalam kamar.

"Denger, jika kau ingin Ayah mu selamat. Jangan pernah mencoba kabur dari sini, paham!" Tegas nya.

Gadis itu menunduk menangis tanpa suara, pria itu pun kembali menutup pintu kamar tak lupa menguncinya.

Mungkin inilah ia akan berpisah selamanya dengan sang ayah, tapi setidaknya ayahnya baik-baik saja selama ia tak kabur dari sini. Liana langsung terduduk dilantai menangis sejadinya tak peduli jika mereka mendengar suaranya.

Pria yang membawa Liana tadi turun kebawah sambil melepas jaket yang dikenakan nya.

"Arion, apa yang akan kau lakukan pada gadis itu?" Tanya salah satu pria.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!