Bab 4

"Dia baik-baik saja kan?"tanya Mark pada Tobi, kawannya yang merupakan seorang dokter.

Tobi terdiam beberapa saat menatap Indri yang terbaring di atas kasur milik Mark itu. Kelopak mata Indri sesekali bergerak-gerak dan saat Mark berbicara dengan Tobi, tanpa sengaja pria itu melihat Indri yang membuka matanya.

Indri yang kepalang basah ketahuan sama Tobi pun dengan jari tangannya Ia memohon pada Tobi agar tidak memberitahu pasal dirinya yang telah sadar pada Mark.

Tobi menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Indri dan Mark itu. Dan gelengan kepala Tobi itu justru disalah artikan oleh Mark.

"Katakan yang benar Tobi, kenapa kamu menggelengkan kepala. Apa kepalanya terbentur dan mengenai saraf? jelaskan Tobi, jangan diam saja, dia tidak akan struk kan,,"desak Mark, dengan menggoyangkan bahu Tobi.

"Dia baik-baik saja Mark, khawatir sekali kamu sama dia. Kamu seperti suami yang mengkhawatirkan istrinya,"ucap Tobi dengan cengiran kudanya itu.

Mark melepaskan pegangannya pada bahu Tobi. Pria itu memalingkan wajahnya saat mendapat ucapan dari Tobi.

"Dia hanya pelayanku, Aku cuma takut tidak ada yang membersihkan rumah ini,"kelakar Mark, mengelak akan ucapan yang Tobi berikan.

"Santai saja Mark, Aku cuma mengumpamakan saja. Atau jangan-jangan dia memang istri Kamu?"

"TOBI! Lebih baik kamu keluar,"usir Mark menatap kesal Tobi.

Reaksi marahnya Mark itu justru memancing tawa Tobi. Pria itu meraih tas dokternya dan melenggang keluar kamar Mark masih dalam tawa renyahnya. Saat sudah berada diluar, Tobi kembali melongokkan kepalanya dan berkata.

"Jika dia hanya pelayanmu, boleh dong Aku menjadikannya istri,"ujar Tobi dengan senyum lebarnya.

"Pergi dari sini, Tobi! Atau Kamu tahu akibatnya,"ancam Mark tidak main-main.

Tahu jika kali ini Mark benar-benar marah kepadanya. Tobi memilih benar meninggalkan rumah milik Mark itu.

Sebenarnya Tobi selalu merasa curiga akan hubungan Mark dan Indri. Namun acap kali ia mengungkitnya, Mark selalu mengatakan jika Indri hanya pelayannya. Begitu pula Indri yang mengiyakan ucapan Mark tersebut.

"Baiklah, tapi bukan berarti Aku percaya begitu saja,"gumam Tobi, lalu masuk ke dalam mobilnya.

Sementara itu Mark yang masih berada di kamarnya menatap Indri yang tidak kunjung membuka matanya. Bukankah tadi Tobi mengatakan Indri baik-baik saja, lalu kenapa hingga mendekati siang hari gadis itu masih belum membuka matanya.

"Ck, Kamu ini pingsan atau mati sih,"rutuk Mark.

Indri yang tengah berpura-pura pingsan itu hanya bisa menahan nafasnya. Dia merutuki Tobi yang mengatakan kondisi dirinya baik-baik saja.

Andai saja tadi Tobi memberi sedikit bumbu pada hasil pemeriksaannya sudah pasti dia bisa bernafas lega. Coba saja tadi Tobi mengatakan kepala terbentur dan berakibat fatal pasti Mark tidak akan merutuki dirinya.

"Amit amit, apa yang kamu pikirkan Indri...Jangan sampai deh kejadian,"batin Indri, merutuki pikiran negatifnya.

"Indri, kamu masih betah pingsan? Atau jangan-jangan kamu memang tidak pingsan,"tuduh Mark.

Jemari Indri meremas kain sprei dari balik selimut tebal itu. Dia harap-harap cemas jika Mark sampai tahu akan sandiwaranya.

Netra Mark terus menatap wajah Indri dan ketajaman matanya dapat melihat kelopak mata gadis itu berkedut membuat Mark sedikit terkejut lalu pria itu memunculkan seringainya.

"Ck, dia ingin bermain-main denganku rupanya,"gumam Mark.

Pria itu berdehem beberapa kali untuk menetralkan dirinya. Lalu menatap Indri kembali yang masih mempertahankan sandiwaranya. Pria itu melangkah mendekati ranjang lalu duduk membelakangi Indri, sehingga melalui cela matanya Indri dapat melihat punggung Mark.

"Tadi di kursi lima ratus juta, sekarang tidur di atas kasurku, jika dihitung perjamnya bisa sampai satu juta. Ini sudah empat puluh lima menit, Tapi Indri...Kamu kan tidak punya uang, apa Aku jual saja ya kamu,"kelakar Mark.

Kedua mata Indri membola dengan sempurna. Dia membayangkan bagaimana nasibnya jika Mark benar-benar menjualnya.

"Tidak, meski Mark tidak berperikemanusiaan tapi kalau dijual dan jadi wanita malam...Oh tidak, Aku tidak ingin itu terjadi. Aku harus cepat-cepat bangkit dari kasur ini, satu jam satu juta,"batin Indri.

Senyuman Mark merekah lebar saat ia merasakan pergerakan di belakangnya. Mengancam Indri lalu melihat reaksi ketakutan gadis itu memang hal tersendiri yang menyenangkan bagi seorang Mark.

"Eunggh...A-aku dimana?"lenguh Indri berpura-pura seakan-akan telah sadar dari pingsan yang sesungguhnya.

"Di kamar Saya,"ucap Mark, kembali dengan mode wajah datarnya.

Indri terlonjak lalu dengan posisi duduknya. Gadis ini memang sangat piawai dalam berperan, lihatlah wajah terkejutnya saat Mark mengatakan dia yang berada di kamar pria tersebut.

"Maaf Tuan, Saya telah mengotori kasur Anda...Ayolah percaya dengan aktingku ini."

Kalimat akhir itu hanya bisa Indri ungkapkan dalam hatinya. Dengan berpura-pura lemah gadis itu turun dari atas kasur. Naasnya akting Indri ternyata didukung oleh takdir.

Kaki Indri tersandung pada selimut tebal milik Mark membuat gadis itu limbung ke depan.

"Ahh...Eh?"

Tangan kekar milik Mark melingkar tepat pada pinggang Indri. Gadis itu tidak jadi merasakan kesakitan karena kerasnya lantai karena tangan Mark yang berhasil menangkapnya.

Kedua mata mereka terkunci beberapa saat sampai tiba-tiba Mark tersenyum dan melepaskan pegangannya pada pinggang Indri.

Bruk.

"Aw, s-sakit,"ringis gadis itu, memegang pantatnya yang sakitan.

"Kamu ini, suka sekali mencari kesempatan untuk menyentuh tubuh Saya,"tuduh Mark dengan kenarsisan yang diluar batas.

"Hah? Saya tidak..."

"Saya tahu tubuh Saya indah, tapi caranya tidak seperti ini Indri...Benarkan apa yang Saya katakan?"

Mulut Indri terbuka lebar kala mendapat tuduhan dari seorang Mark. Tetapi jikapun Indri membantahnya Mark akan terus menuntut gadis itu agar mau mengakui apa yang Mark pikirkan.

"Iya, Saya memang ingin menyentuh tubuh Anda,"ucap Indri pasrah.

Terpenting si Tuan Muda Kedua senang lalu Indri tidak lagi akan berurusan dengannya dan perdebatan ini akan cepat usai.

Mark tersenyum lebar saat Indri mengatakan apa yang ingin dia dengar.

"Bereskan kamar ini,"ujar Mark.

"Tapi Tuan Muda Kedua, Saya kan baru saja pingsan apa Anda tidak kasihan sampai menyuruh Saya membereskan kamar ini,"ucap Indri.

Gadis itu berharap jika Mark memiliki sedikit hati dan membiarkan dirinya bersantai seharian saja.

"Aw,"pekik Indri meringia kesakitan saat keningnya mendapat sentilan keras dari Mark.

"Kamu kira Saya tidak tahu Kamu yang sudah sadar dari tadi. Kamu tinggal pilih membereskan kamar ini atau Kamu Saya jual,"ancam Mark yang sebenarnya sama sekali tidak serius.

Sayangnya Indri menganggap ancaman Mark itu serius, gadis itu beranjak dari lantai dan berkata.

"Saya akan membereskan kamar ini sekarang juga, Tuan Muda Kedua "ucap Indri.

Mark tersenyum senang lalu pria itu berjalan keluar meninggalkan Indri di kamarnya dengan tugas yang ia berikan.

"Sabar Indri, sabar. Orang sabar bakal banyak ayamnya,"ucap gadis itu menghibur dirinya.

Disaat Indri tengah membereskan kamar milik Mark, sebuau teriakan kembali mengejutkan gadis itu.

"INDRI!"

***

Terpopuler

Comments

lestari saja💕

lestari saja💕

seneng bgt teriak2

2023-11-18

1

Noey Aprilia

Noey Aprilia

kyanya mark pnya pnykt gngguan jiwa deh,stlh pth hti mlh mkn mnjdi aja tu pnykt...bknnya sdr,mlh mnyeret orng lain msk k khdpnnya yg ga normal....pnya istri cma d jdikn pelayan,glirn dktn cwok lain mlh ngamuk....ga waras.....

2023-09-26

0

Nar Sih

Nar Sih

ya ampun ...tuan muda kedua mark ,apa gk capek ya teriak ,,terus ntar sakit tengorokan indri lgi yg pusing ,sabarr indrii dan semagatt

2023-09-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!