Bab 2

Kaki Indri terus menepaki ruangan gelap itu. Tangannya menyusuri dinding mencari keberadaan saklar untuk menghidupkan lampu.

Ruang gelap itu akhirnya terang benderang karena Indri berhasil menghidupkan lampunya.

"Ya Allah, Tuan Muda Kedua,"pekik Anindya kaget.

Di ujung ruang, tepat di depan lukisan seorang wanita cantik yang merupakan Kanaya. Sosok Mark terkapar tak berdaya di atas lantai. Tubuh Mark mengigil dengan wajah yang masih dipenuhi cat air.

Dengan wajah paniknya, Indri berlari menghampiri pria itu lalu mengangkat kepala Mark dan meletakannya di atas paha Indri.

"Tuan Muda Kedua, sadar Tuan!"

Indri terus menyerukan nama pria itu dengan tangan yang juga menepuk kedua pipinya agar Mark sadar. Tubuh Mark terasa sangat dingin dan pria itu juga mengigil.

"Euuungh,"lenguh Mark dengan kelopak mata sedikit terbuka.

"Kita pindah ke rumah ya...Anda masih sanggup berdiri kan,"ujar Indri.

Indri mengubah posisi tubuhnya, lalu tangan gadis itu meraih tubuh Mark berniat membantu pria itu bangkit.

Tapi belum juga Indri membuat Mark bangkit, kini gadis itu justru harus oleng dan jatuh tepat di atas tubuh Mark.

Tidak hanya itu, Mark juga membalik posisi sehingga kini pria itu yang berada di atas tubuh Indri.

"Dingin, ini sangat dingin,"gumamnya seraya membenamkan kepalanya pada ceruk leher Indri.

Rasa geli yang menggelitik hati Indri membuat ia diam tak berkutik. Terpaan nafas panas Mark memompa jantung Indri untuk berdetak sangat cepat.

Ini adalah kali pertama keduanya dalam posisi yang sangat intim.

"T-Tuan Muda Kedua, kita pindah saja ke rumah ya. Disana lebih hangat,"ujar Indri mendorong bahu Mark.

Sayang sekali, tubuh tegap Mark terlalu berat untuk Indri singkirkan.

Selama beberapa saat Indri membiarkan dirinya berada di bawah tubuh Mark serta membiarkan tangan kekar Mark membelit pinggangnya.

"Cepatlah sadar, Tuan Muda Kedua! Kamu sangat berat,"gumam Indri.

Lama-kelamaan dadanya juga merasa sesak karena tubuh Mark. Hawa tubuhnya juga mulai terasa tidak nyaman karena Mark yang terus mengendus area leher Indri mencari kehangatan disana.

"Jangan sampai disini Aku yang melecehkannya,"batin Indri berteriak.

"I-ini?"

Tubuh Indri menegang saat tangan kasar menggeranyangi tubuhnya, menyingkap mantelnya lalu menyeruak masuk ke dalam.

"Tuan, hentikan tangan Anda!"seru Indri, merasa gelenyar aneh pada tubuhnya.

"Dingin, dingin...ini sangat hangat,"racau Mark, dengan tangan dan hidung yang mengendus area perut Indri.

Indri kelabakan. Tangan Mark semakin menjadi dan mulai menyusuri pahanya. Dia yang tidak ingin Mark berbuat lebih jauh pun memukul tengkuk Mark dengan lehernya.

"Maafkan Saya Tuan Muda Kedua,"ujar Indri, menarik nafas lega.

Tidak ada lagi tangan yang nakal dan hidung yang membaui tubuhnya. Karena si pelaku telah terkapar tak sadarkan diri di atas tubuh Indri.

Setelah menormalkan pernafasannya, Indri menyingkirkan tubuh Mark dari atas tubuhnya.

"Maafkan Saya untuk yang ini juga Tuan Muda Kedua,"ucap Indri, lalu menyeret tubuh Mark dan mendudukannya pada kursi yang ada disana.

Indri berkacak pinggang menatap sebal pria yang tak sadarkan diri itu. Dia tengah kesal akan kelakuan Mark seharian ini yang terus menerus menguji kesabarannya.

Mulai saat di Indonesia, di dalam pesawat, saat menginjakkan kaki di rumah mereka, bahkan sampai malam hari pun Mark masih membuatnya kesal.

"Jika saja tidak ingat nasib Ayra yang bakal ditinggal bapak, mana mau Saya menikah dan memiliki suami kejam dan menyebalkan seperti Anda,"ucap Indri dengan rasa amarahnya.

Kini yang terakhir harus Indri lakukan adalah memapah tubuh Mark dan membawanya menuju kamar pria itu. Ya, kamar Mark. Karena mereka tidur terpisah sesuai titah pria itu.

"Tubuh Anda ini berat, lihat Aku yang kecil ini harus memapah tubuh Anda yang segede gaban ini,"oceh Indri.

Kapan lagi Indri bisa memarahi Mark jika tidak saat pria itu tak sadarkan diri seperti saat ini.

Dengan susah payah Indri memapah tubuh Mark, akhirnya bisa sampai ke kamar ala maskulin itu. Sedikit kasar, Indri membaringkan tubuh Mark. Sepertinya Indri tengah membalaskan dendamnya pada Mark.

"Hidup Anda benar-benar suka sekali merepotkan Saya,"rutuknya, tetapi tangan Indri masih tetap melakukan tugasnya dengan mengganti pakaian Mark yang telah bercampur dengan cat itu.

Dan untuk rambutnya, Indri membiarkan itu. Dia pikir itu buat urusan Mark dipagi hari saat pria itu sadar.

"Selamat malam, Tuan Muda Kedua,"ucap Indri dengan kekehannya. Lalu gadis itu beranjak meninggalkan kamar Mark menuju kamarnya sendiri yang terletak di lantai pertama itu.

Keesokan harinya, seperti biasa Indri sudah bangun dan kini gadis itu tengah membersihkan halaman rumah dari sisa-sisa hujan salju semalam.

Dengan memakai sekop ditangannya, Indri menyingkirkan salju-salju yang menumpuk pada ruas jalan di depan rumah tersebut. Hari masih pukul tujuh, sehingga para tetangga masih belum ada yang keluar rumah. Mungkin karena hawa salju yang sangat dingin membuat mereka memilih menghabiskan waktu di dalam rumah.

Sedangkan Indri yang memang memiliki pola pikir ala pelayan, tentu saja tidak bisa berdiam diri.

Uap es keluar dari mulut gadis itu setiap kali ia menghembuskan nafasnya.Tangan-tangan kuatnya dengan gesit menyekop salju. Dia harus segera menyelesaikan pekerjaan tersebut. Mengingat Indri belum membuat sarapan pagi.

Jika sampai Mark terbangun dan belum ada sarapan untuknya, bisa-bisa gadis itu akan kena omel dan hukuman dari Mark.

"Seharusnya hari ini terakhir musim salju, dan besok sudah berganti musim,"gumamnya.

Ruas jalan depan rumah itu telah bersih dari sisa-sisa salju. Indri yang merasa suhu tubuhnya turun dan rasa dingin mulai menembus mantelnya, memutuskan untuk segera masuk ke dalam rumah tersebut.

"Sssht, dingin sekali,"gumamnya, dengan telapak tangan saling bergesekan.

Indri melepaskan mantel dan sepatu yang melindungi tubuhnya dari hawa dingin. Lalu dengan tangan gemetar ia mendekati alat penghangat yang ada disana.

Selama beberapa menit Indri berdiam diri di depan alat penghangat itu agar hawa hangat lekas membalut tubuhnya.

"Dia masih belum bangun? Apa semalam Aku terlalu keras memukulnya ya? Ini sudah pukul delapan pagi,"gumam Anindya menatap pintu kamar Mark yang masih tertutup rapat itu.

"Aish, sudahlah. Lebih baik Kamu buat menu makan pagi sederhana saja. Jadi saat dia bangun, kamu bisa menyuapnya dengan hidangan lezat,"ucapnya.

Indri beranjak dari posisi duduknya, lalu melangkah menuju dapur.

Ia membuka lemari es disana, mencari bahan-bahan yang bisa ia gunakan untuk menu sarapan di pagi hari ini.

"Cuma ada spagetti, sepertinya siang ini Saya harus meminta uang belanja padanya (Mark)."

Sebelum memasak, Indri memakai apron terlebih dahulu. Lalu menyalakan kompor sebagai awal dari kegiatan memasak dipagi hari ini.

Saat gadis itu tengah asik dengan segala peralatan dapurnya, suara Mark yang memekakan telinga memanggil namanya.

"INDRI!"

***

Terpopuler

Comments

lestari saja💕

lestari saja💕

ada rahasia apa ortu indri dan mark

2023-11-18

1

Nar Sih

Nar Sih

wahh ...teryata bnran indri istri dari mark ,tapi ..istri yg cuma buat setatus dan msih rahasia ,sabarr ya indri ..ada waktu nya kamu bahagia suatu hari nanti walau untuk sekarang kamu dan mark ngk seperti psngan yg umum nya ,tetep semagaatt ya,,👍💪

2023-09-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!