WANITA MILIK SANG PELUKIS
"Lepaskan, lepaskan Saya Tuan Muda Kedua!"ringis Indri, menahan rasa sakitnya pada area pergelangan tangan yang dicengkeram kuat oleh Mark.
Sementara si pria yang mendapat pekikan itu justru acuh dan terus menyeret Indri memasuki rumah yang sudah beberapa tahun ini ia tempati bersama Indri.
"Ah,"pekik Indri, kala tubuhnya dengan kasar dihempaskan oleh Mark di atas sofa.
Tatapan pria itu merah padam, banyak kemarahan di dalam sana. Indri yang sudah terdesak karena himpitan pria itu pun mencoba memberikan perlawanan.
"Sial! Kenapa dia bisa menahan serangan Aku,"batin Indri, menatap kaki yang hendak ia gunakan untuk menendang Mark, justru dengan mudahnya pria itu tekan dengan kakinya.
"Mau menendangku lagi? Mau memukul dada bidang ini? Saya sudah hafal dengan setiap tingkah bar-barmu itu, Indri Maharani,"ucap Mark penuh penekanan.
Indri semakin terpojok, netra gadis itu menelisik setiap sisi area sofa berharap ada yang bisa ia gunakan untuk melumpuhkan Mark. Namun seakan nasib tengah berpihak pada Mark, atau memang karena mereka yang baru saja pulang dari Indonesia. Sehingga keadaan rumah bergaya klasik itu kosong.
"Tuan Muda Kedua, Anda tidak bisa memperlakukan Saya seperti ini,"geram Indri.
Seringai bak iblis muncul pada sudut bibir Mark yang membuat Indri kesulitan menelan ludahnya sendiri.
"Tidak bisa? Kamu adalah istri Saya, jadi..."
Indri menggelengkan kepalanya, dia tidak ingin bayangan itu terjadi. Meskipun dirinya sudah dinikahi Mark dua tahun yang lalu. Tapi, selama ini Indri berhasil menjaga keperawanannya.
Karena memang Mark yang menikahinya hanya sebagai aksi pembalasannya akibat ia yang tidak bisa mendapatkan Kanaya serta akibat ulah orang tua Indri. Sehingga selama pernikahan Mark hanya tahu bagaimana membuat Indri sengsara.
Malang sekali nasib gadis itu, dibawah kungkungan badan tegap Mark. Indri terus berusaha menolak sentuhan yang Mark lakukan.
Bibir sucinya telah hilang dan direbut paksa oleh Mark. Tidak, bukan maksud Indri ingin menolak Mark yang tak lain adalah suaminya. Hanya saja Indri tidak menginginkan keadaan ini.
Dia juga ingin diperlakukan dengan lembut, bukan kasar. Cukup kedua orang tuanya yang memperlakukan ia kasar dan menganggapnya sebagai mesin penghasil uang. Indri juga ingin diperlakukan lembut dan penuh cinta.
Lelehan air mata tak terasa keluar dari kedua sudut mata Indri. Itu adalah air mata yang selama ini ia tahan agar tidak keluar karena kemalangan yang ia alami selama ini.
"Ck, jangan cengeng,"maki Mark.
Decapan kesal keluar dari bibir Mark. Pria itu tampak tidak menyesali dengan apa yang sudah ia lakukan pada Indri. Rasa marahnya justru semakin menjadi saat melihat Indri menangis karena Mark yang menciumnya.
Pria itu melepaskan tautan bibirnya lalu beranjak dari atas tubuh Indri. Setelah itu Mark berlalu meninggalkan Indri menuju galeri pribadinya.
Indri menangis tersedu-sedu dengan tangan menutupi wajahnya. Dia juga wanita yang mempunyai rasa lelah. Sekuat tenaga ia menahan air matanya, pada akhirnya Indri menangis juga.
Sementara Mark yang berada di galeri kecil yang terletak di area rumah tersebut, hanya saja jika ingin ke galeri maka harus ke samping rumah bergaya eropa klasik itu.
Seperti biasa, disaat emosinya tengah meledak-ledak, maka Mark akan melampiaskannya pada kuas dan cat air miliknya.
Kali ini pria itu melukis Abstrak Ekspresionisme. Mark ingin mengekspresikan segala emosinya.
Cat-cat air Mark lempar dengan keras pada kanvas besar di depannya. Setiap ia melempar maka teriakan keluar dari bibir pria itu.
"Aahhhh..."
Benar-benar emosi yang sangat menggebu. Berbagai jenis kuas ia gunakan untuk memadukan cat-cat yang telah ia lempar sebelumnya.
Tidak hanya itu, Mark juga menggunakan tangannya langsung. Rambut pria itu sudah bercampur dengan cairan cat serta wajahnya juga telah terciprat cat.
Mark tengah bingung dengan dirinya, dia marah saat melihat Adam melamar Indri di depan matanya. Tapi, dia benar-benar menampik rasa suka pada wanita yang telah ia nikahi itu.
Mark hanya menganggap Indri sebagai alat dalam pemuas kekesalannya. Serta hasil keuntungannya setelah ia mengambil kesempatan dari kesempitan keluarga Indri.
"Hah, lepaskan Mark! Lepaskan!"teriaknya dengan mengakhiri hasil lukisannya dengan warna hitam pekat menggaris miring dari ujung lalu berkelok hingga ke bawah kanvas itu.
"Sialan, sebenarnya ada apa?"rutuk Mark.
Dia tahu bahwa dihatinya masih dimiliki oleh seorang wanita yang tak lain adalah kakak iparnya. Mark juga sudah mengikhlaskan akan nasib itu, namun Mark sadar dia juga tidak memiliki rasa pada Indri.
Lalu untuk apa dia menikahi Indri dan mengekang gadis itu disisinya dengan sebuah ikatan pernikahan? Dia memang pria yang gila, dan sulit dimengerti.
Disisi lain, ia belum memiliki perasaan pada Indri, namun perasaan marah acap kali datang setiap ia melihat ada pria yang ingin mendekati Indri, terutama sosok pria bernama Adam.
"****, kamu adalah mainanku Indri. Mainanku,"pekiknya frustasi. Lalu seperti biasa setelah ia lelah melukis, Mark akan luruh dengan bersandar pada dinding galeri pribadi itu.
Satu kakinya terangkat untuk menopang tangan yang masih memegang kuas itu. Sedangkan satu kaki yang lainnya ia tekuk.
Mark menenggelamkan kepalanya di atas lengannya. Dan lambat laun, rasa lelah karena jet lag serta ia yang telah mengeluarkan amarahnya pun akhirnya terpejam dengan posisi tadi.
Kota Paris tengah mengalami musim salju, di malam hari udara semakin dingin saja. Indri menghidupkan penghangat ruangan di rumah bergaya klasik itu.
Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam setempat. Indri bahkan sudah mengerjakan sholat Isyanya. Ya, meskipun dia tidak memakai hijab, setidaknya Indri masih tahu akan kewajiban sholat lima waktu.
Apa Indri tidak ingin menutup auratnya? Tentu dalam hati kecil gadis itu ada keinginan tersebut, tapi untuk saat ini Indri masih belum memiliki keberanian tersebut.
"Sudah jam segini, apa dia masih disana?"gumam Indri menatap galeri pribadi Mark dari jendela.
Galeri itu tampak gelap, tapi Indri yakin suami yang senang sekali menyiksanya itu masih ada disana.
"Baiklah Indri, kamu juga pelayan pribadinya kan...Sekarang lakukan tugas seorang pelayan pada Tuannya. Karena lakon istri sedang marah pada suami,"monolog gadis itu.
Cuaca diluar sana masih sangat dingin, Indri berlalu mengambil mantelnya lebih dulu lalu sebuah payung karena tengah hujan salju diluar.
Tidak jauh, hanya beberapa langkah saja letak galeri milik Mark, namun tetap saja salju yang turun tidak nyaman bagi seorang Indri.
Setelah tubuhnya merasa cukup hangat serta keyakinannya untuk menghadapi Mark sudah cukup kuat, barulah Indri melangkah menuju galeri pribadi tersebut.
"Ya Allah, hujan salju malam ini cukup deras,"gumamnya, usai ia sampai di depan galeri tersebut.
Indri mengetuk pintu itu beberapa kali, berharap sosok Mark mau membukakannya. Namun hingga ia berulang kali melakukannya serta memanggil nama Mark, Indri tidak kunjung mendapat balasan dari dalam sana.
"Tuan Muda Kedua, Saya masuk ya..."
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Azzahra Azka Lestari
itu cemburu mark
2023-11-18
1
Noey Aprilia
Akhrnya...
sgla prtnyaan knp indri ptuh bgt sm mark,bkln d jwb dsni y....ga ush psing lg mkirin....he...he....
d tnggu up ny lg kk...smngttt...
2023-09-17
2
Aisyah farhana
hallo Indri n Mark apa kabarnya hehehehee
2023-09-17
0