Bab 3

"Apa telingamu tuli hah! Cepat bantu Saya!"sentak Mark.

Dengan mengelus dadanya, Indri berjalan mendekati Mark yang tengah duduk di atas kasue membelakanginya.

Pria itu tengah bertelanjang dada, dan hanya memakai celana yang semalam tidak Indri ganti. Ya, karena kan Indri hanya mengganti pakaian atasannya saja.

"Anda tidak mandi Tuan Muda Kedua?"tanya Indri saat melihat rambut Mark yang seperti sapu ijuk itu karena rekatan cat air disana.

Mark menoleh, lalu menatap tajam Indri. Lehernya tengah kesakitan. Entah apa yang terjadi padanya semalam, yang jelas saat ia bangun seluruh tubuhnya kesakitan terutama pada area tengkuknya.

"Apa kamu sudah berani mebantah Saya hah!"sentaknya, yang kali ini sukses membuat Indri menundukkan kepalanya.

"Tuan Muda Kedua, Anda ini kenapa suka sekali marah-marah sih. Setiap pagi, telinga Saya selalu saja berdenging karena teriakanmu,"batin Indri merutuki pria di depannya.

Mark yang melihat Indri masih bergeming di ambang pintu itupu semakin kesal. Tapi, tunggu sebentar. Hidung Mark juga mulai mengendus bu cat yang menyengat.

Kemudian pria itu bangkit dari kasurnya dan berdiri di depan cermin besar yang ada di kamarnya.

"Berapa banyak cat yang mengenai rambut Saya? Kenapa sampai seperti ini,"gumamnya menyentuh rambut yang sudah kaku, sekaku sapu ijuk itu.

Indri yamh melihat tingkah suami galaknya pun terkikik pelan. Sepertinya Mark belum menyadari akan penampilan menyeramkan dirinya. Dan lihatlah wajah mengenaskan Mark justru terlihat menyenangkan bagi Indri.

"Kamu menertawakan Saya,"sentak Mark lagi, menatap tajam Indri dari balik cermin besar tersebut.

Tidak ingin Mark terus memarahinya, Indri segera menyumpal mulutnya dengan tangannya. Sebisa mungkin ia menahan tawanya.

"Tidak Tuan Muda Kedua,"bantah Indri.

"Ck."

Mark berdecak kesal, sudah jelas tadi ia melihat Indri tengah menertawakan dirinya namun dengan percaya diri dan keberaniannya Indri mengatakan tidak melakukan hal itu.

"Sudahlah, Saya mau mandi. Kamu tunggu disini dan ingat tetap berdiri disana jangan kemana-mana,"titahnya tegas pada Indri.

Mark berjalan menuju kamar mandi, dan saat pintu itu tertutup Indri langsung luruh dan bersandar pada tembok.

"Saya bilang jangan duduk,"ucap Mark yang memunculkan kepalanya saja, Indri yang ketahuan segera berdiri lagi.

"Iya Tuan Muda Kedua,"balasnya yang terlihat patuh itu.

Mark masih menatap Indri selama beberapa saat, baru setelah itu ia benar-benar masuk ke dalam kamar mandi dan mulai membersihkan tubuh terutama rambutnya.

Suara gemercik air dari dalam kamar mandi membuat Indri bisa bernafas lega.

Masa peduli dengan titah Mark, toh saat ini Mark tengah mandi bukan. Indri kembali meluruhkan tubuhnya dan bersandar pada tembok kamar lagi.

"Sebentar saja Tuan, sebentar kok. Anda mandinya yang santai saja jangan buru-buru,"ucap Indri menatap pintu kamar mandi.

Indri terus duduk bersandar sampai suara germercik air berhenti barulah gadis itu berdiri diposisi semula.

Tatapn Mark saat keluar kamar mandi langsung tertuju pada posisi Indri. Senyum kecil muncul pada sudut bibirnya saat ia melihat Indri yang masih diposisi yang sama.

Pria itu mengusap rambutnya dengan handuk lalu kembali berdiri di depan cermin hendak menggunakan pengering rambut.

"Hey kamu!"panggil Mark.

"Saya?"tanya balik Indri, membalas tatapan Mark pada cermin itu.

"Dasar tidak peka. Siapa lagi disini selain kamu, sudah kesini cepat!"

Batin Indri kembali mendumel akan kelakuan pria berstatus sebagai suaminya itu. Meskipun hatinya kesal, tetapi Indri tetap mendekati Mark sampai berada di belakang pria itu.

"Ini,"ucap Mark menyerahkan pengering rambut pada Indri.

Kening Indri mengernyit dan tanpa ada niatan untuk mengambil alih pengering rambut tersebut.

"Memanglah b*doh, ini ambil lalu keringkan rambut Saya!"titahnya yang hanya disambut bulatan bibir Indri.

Indri mengambil alih pengering rambut itu lalu mulai menyalakannya dan mengarahkannya pada rambut Mark.

Tubuh Mark yang jangkung berbanding terbalik dengan tubuh kecil Indri yang hanya sebatas dagu pria itu. Membuat Indri kesulitan menjalankan tugasnya.

"Tuan Muda Kedua, tundukkan kepala Anda. Saya sulit mengeringkan rambut Anda,"pinta Indri.

"Kamu menyuruh Saya?"sinis Mark.

Ludah Indri terasa kering saat mendengar kalimat sinis Mark. Tapi dia benar-benar kesulitan melakukan hal itu. Sedangkan si suami galak dan suka memerintah itu justru enggan menurutinya meski hanya sekedar menundukkan kepalanya.

Indri yang banyak akal dan tidak ingin kehabisan cara pun mengedarkan pandangannya. Senyuman kecil terpatri pada bibir kecil Indri saat melihat kursi kecil yang ada di dekat jendela.

Entah untuk apa kursi itu yang terpenting saat ini bisa membantu Indri.

Mark terus memandang Indri yang meninggalkan dirinya dan meraih kursi kecil miliknya. Mark sengaja tidak menghardik gadis itu dan membiarkan Indri bertingkah.

Indri yang sudah membawa kursi kecil itu di dekat Mark, lalu menaikinya dan berdiri disana. Sehingga kini posisi tubuhnya jauh lebih tinggi dari Mark.

"Nah, ini baru nyaman,"gumam Indri lalu kembali melanjutkan tugasnya mengeringkan rambut Mark.

Mark masih bergeming, dia tidak banyak komentar dan menunggu Mba Yuni menyelesaikan tugasnya.

"Sudah Tuan Muda Kedua,"ucap Indri lalu turun dari kursi tersebut.

Gadis itu tersenyum lebar seakan dia telah berhasil menyelesaikan tugas terberatnya. Tapi bukankah itu memang benar adanya. Hal berat bagi Indri adalah melayani setiap kemauan Mark.

Indri kembali mengangkat kursi itu untuk ia kembalikan pada posisi semula.

"Kamu tahu berapa harga kursi itu?"ucap Mark.

Langkah Indri terhenti, lalu menatap Mark menunggu pria itu melanjutkan kalimatnya.

"Itu adalah bukan kursi sembarangan. Kursi itu adalah karya dari seorang pengrajin terkenal di dunia. Terbuat dari kayu yang usianya diperkirakan sudah seratus tahun serta pada setiap kakinya juga diukir oleh pengrajin itu dengan nilai seni tinggi,"jelas Mark.

Tubuh Indri menegang. Dia tidak paham akan seni, tapi jika Mark sudah menjelaskan secara detail sepeti tadi maka kemungkinan kursi itu sangat mahal.

"B-berapa harganya Tuan Muda Kedua?"gagap Indri.

Dalam hati Mark tertawa keras saat melihat bagaimana wajah ketakutan yang Indri tunjukan padanya.

"Dua ratus juta untuk kursi yang kamu pegang,"ucap Mark, hampir membuat Indri hilang kesadarannya.

"D-dua ratus juta,"lirih Indri.

Indri memeluk kursi kayu itu karena takut lecet. Kepalanya terasa mendadak migran karena penjelasan yang Mark berikan.

"Hem, dan sepertinya Kamu harus mengganti rugi karena sudah berdiri di atasnya. Jadi totalnya lima ratus juta."

Tubuh Indri melemas, tangannya terasa dingin, buliran keringat mendadak membasahi keningnya. Wajah gadis itu juga pucat pasi saat suami galak dan perhitungannya mengatakan nominal ganti ruginya.

"L-lima ratus juta...Ya Allah..."

Indri luruh tak sadarkan diri dengan tangan masih memeluk erat kursi kayu itu. Sementara Mark justru terbengong akan reaksi yang Indri berikan.

"Dia beneran pingsan?"

***

TBC

Terpopuler

Comments

lestari saja💕

lestari saja💕

rentenir itu mark

2023-11-18

1

Nar Sih

Nar Sih

masak kursi kecil kok harga nya 500jt yg bnr mark,kasihan indri jgn di jahili terus dong,pingsan tuh ,,lanjut kakk👍

2023-09-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!