Kunjungan Ibu Mertua

Pagi harinya...

Yuni bangun lebih pagi dari biasanya, dia langsung merapihkan tempat tidur kemudian pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Sebuah kebiasaan yang dia lakukan saat dirumah, yaitu bangun lebih awal daripada anggota keluarga yang lain.

Yuni pergi ke dapur, dia melihat Sekar sedang memasak. Yuni menawarkan diri untuk membantu, tapi Sekar menolak dan meminta Yuni untuk duduk manis saja. Alhasil, Yuni keluar rumah. Dia mengambil selang air dan menyirami tanaman bunga yang tumbuh subur di sana.

Yuni bersenandung lirih, mencoba menghibur hatinya yang perih. Tidak ada yang bisa menghibur Yuni saat ini kecuali dirinya sendiri.

Waktu bergulir, langit yang tadinya gelap berubah menjadi terang. Sebuah mobil berhenti di depan gerbang rumah, Yuni langsung membuka gerbang itu untuk melihat siapa yang datang berkunjung.

Seorang wanita tua turun dari dalam mobil, dia nampak elegan dengan barang barang mewah dan branded yang menempel di sekujur badan.

"Selamat pagi, anda mencari siapa Nyonya?" Sapa Yuni ramah.

"Apa kamu Yuni istri kedua Angga?" Tanya Sarah.

"Iya, betul. Anda siapa?" Yuni kebingungan. Bagaimana bisa ada orang asing yang mengenali dirinya dirumah itu.

"Aku Sarah Wijaya, Ibu dari Angga Wijaya."

Tubuh Yuni mendadak kaku, pagi pagi sekali dia didatangi oleh Ibu mertuanya. Perasaanya menjadi tidak enak, sepertinya sesuatu yang buruk akan terjadi.

Tanpa bicara banyak, Sarah melangkah masuk ke dalam rumah. Yuni mengikuti Sarah dari belakang dengan kepala yang terus menunduk.

Sarah duduk diatas sofa, Yuni hendak pergi untuk mengambil air minum tapi Sarah menahannya.

"Mau kemana kamu? Duduklah disini, aku ingin bicara banyak denganmu,"

Yuni membalik badan, dia duduk tepat dihadapan Sarah dan memberanikan diri untuk mengangkat wajahnya keatas. Sarah memperhatikan Yuni dari ujung kaki sampai ujung rambut, mencoba mencari kekurangan fisik dari istri kedua anaknya itu.

"Manis, montok dan juga masih muda. Pantas saja Angga mau menikahinya, hanya pria gila saja yang menolak untuk menikah dengan gadis seperti itu," ucap Sarah dalam hati.

"Siapa namamu?" Tanya Sarah.

"Yuni Astuti Nyonya, biasa dipanggil Yuni," sahut Yuni dengan suara lemah lembut.

"Berapa umurmu?" Lanjut Sarah.

"Dua puluh tiga tahun Nyonya,"

Sarah menganggukkan kepalanya beberapa kali. Dia telah mendengar semuanya dari Angga dan Inggrid kalau mereka akan mencari wanita untuk menjadi Ibu pengganti. Tapi Sarah tak menyangka kalau wanita itu akan terlihat lebih baik dari Inggrid menantunya. Sepertinya Yuni anak yang penurut, polos dan tidak suka membantah perintah orang tua.

Sarah menyukai Yuni dalam sekali tatap. Bahkan dia berharap pernikahan Angga dan Inggrid yang akan berakhir nanti, bukan pernikahan Angga dengan Yuni yang berakhir. Inggrid tidak bisa melakukan apapun selain berdandan dan menghabiskan uang suami, Sarah tidak menyukainya.

Dari awal, Sarah tidak menyetujui pernikahan Angga dengan Inggrid. Tapi Angga terlalu keras kepala untuk dinasehati, akhirnya Sarah mengalah demi kebahagiaan putra semata wayangnya itu.

"Yuni, apa kamu bisa memasak dan mengurus rumah?"

"Bisa Nyonya,"

"Bagus, aku suka pada wanita yang bisa mengurus rumah dan memasak. Karena sudah pasti wanita itu bisa mengurus suami juga anak anaknya. Ngomong ngomong, jangan panggil aku Nyonya. Panggil aku Ibu saja," Sarah menyunggingkan senyum tipis.

"Baik, Bu,"

"Jangan sungkan kepadaku, aku sudah menjadi Ibumu juga. Jika kamu membutuhkan saran dan bantuan, kamu bisa datang mencari ku,"

"Baik, Bu."

Sekar sudah selesai menyiapkan sarapan, dia berniat untuk memanggil Nona mudanya dan mengajaknya makan. Tapi ternyata sang Nona muda sedang berbincang dengan Nyonya Sarah, Sekar jadi takut mau mengganggu perbincangan mereka berdua.

"Sekar, apa sarapannya sudah siap?" Tanya Yuni yang melihat Sekar bersembunyi di balik tembok.

"Sudah Nona," sahut Sekar.

"Bu, mari kita sarapan bersama. Sekar sudah memasak banyak sekali makanan enak," ajak Yuni.

"Kalau soal makan makanan enak, aku mana mungkin bisa menolak." Lagi lagi Sarah menyunggingkan sebuah senyuman.

Dalam hati, Yuni tak henti hentinya mengucap rasa syukur. Dia bersyukur karena Ibu mertuanya terlihat baik dan mau menerima orang biasa sepertinya sebagai menantu. Sungguh Inggrid benar benar beruntung, sudah memiliki suami yang perhatian, Ibu mertuanya juga baik.

"Yuni, aku tau betul bagaimana Inggrid. Jika kamu ditindas olehnya, kamu bisa minta bantuan padaku," ucap Sarah disela sela acara makan bersama.

"Dia selalu bersikap baik padaku Bu, aku adalah pegawai di restoran miliknya," Yuni mencoba menutupi aib Inggrid.

"Benarkah? Suatu kejutan jika dia bisa bersikap baik pada orang lain." Sarah seolah tak percaya pada ucapan Yuni.

***

Sore harinya...

Angga dan Inggrid datang kerumah lama mereka untuk menjenguk Yuni, mereka dibuat kaget dengan keberadaan Sarah disana. Terlebih dia terlihat begitu akrab dengan Yuni, padahal mereka belum pernah bertemu sebelumnya.

"Ibu, sejak kapan Ibu ada disini?" Tanya Angga. Dia berjalan menghampiri Ibunya.

"Sejak pagi. Kenapa memangnya?"

"Tidak kenapa napa, hanya saja kenapa Ibu tidak bilang pada kami berdua? Kami kan bisa datang menjemput,"

"Tidak perlu, aku bisa pergi sendiri naik Taxi."

Inggrid menatap Yuni dengan tatapan kesal, bisa bisanya dia mencuri kesempatan untuk lebih dekat dengan Ibu mertuanya. Awas saja kalau dia memiliki niat terselubung dibalik wajah polos dan bodohnya itu. Begitu kira kira isi hati dan pikiran Inggrid saat ini.

Inggrid duduk disebelah Sarah, Sarah langsung bergeser dan mendekat pada Yuni. Seolah olah Inggrid memiliki bau badan menyengat dan perlu dihindari. Yuni merasa tak enak hati pada Inggrid, dia langsung pamit pergi dengan alasan ingin mengambil minuman untuk Inggrid dan Angga.

"Angga, kamu ini bagaimana? Kenapa kamu meninggalkan Yuni begitu saja saat malam pertama? Apa kamu tidak kasihan padanya?" Omel Sarah.

"Kenapa Ibu harus peduli padanya? Dia hanya orang asing yang dipaksa masuk oleh Inggrid kedalam keluarga kita," ceplos Angga sekenanya.

"Orang asing katamu? Dia istri sah mu, itu artinya dia menantuku juga!" Ucap Sarah.

"Sayang, yang dikatakan Ibumu benar. Kamu tidak seharusnya pergi meninggalkan Yuni begitu saja, menginap lah disini. Bukankah kamu ingin segera memiliki keturunan?" Inggrid mencoba menengahi pertengkaran Angga dan Ibu mertuanya.

"Bukan aku yang menginginkan keturunan Inggrid, tapi kamu!" Bentak Angga.

Angga memijit ujung kepalanya, berhadapan dengan dua wanita aneh itu secara langsung membuat kepala Angga pusing hingga terasa mau pecah. Yang satu memintanya untuk menikah lagi, yang satu lagi memintanya untuk segera memiliki keturunan. Mereka sama sama wanita egois yang ingin menang sendiri.

"Sayang, kamu membentak ku?" Mata Inggrid berkaca kaca. Dia berakting terluka karena perbuatan Angga, payahnya Angga mempercayainya begitu saja karena terlihat begitu nyata.

"Maafkan aku, aku tidak bermaksud untuk membentak mu." Angga menarik Inggrid dan memasukannya kedalam dekapannya.

Perut Sarah merasa mual melihat pemandangan itu. Entah kenapa dia merasa Inggrid terlalu lebay dan air mata yang keluar dari matanya itu tidaklah tulus. Perasaan seorang Ibu tidak mungkin salah, Sarah merasa Inggrid sedang menyembunyikan sesuatu dari mereka semua.

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!