...*Mencari MUSUH itu lebih mudah dari pada mencari TEMAN...
...Teman yang tulus dan peduli di setiap keadaan sangat sulit untuk didapatkan*...
...'Bagai mencari jarum di tumpukan jerami'...
...***...
Sonia berlari menaiki tangga mendengar sahabatnya dilabrak oleh Clara and the genk. Teman sekelas yang berpapasan di tangga barusan menyampaikan informasi kepadanya.
Khawatir menyelimuti hati Sonia, entah bagaimana keadaan sahabatnya sekarang. Mengingat sesorang yang sedang berurusan dengan Asma, merupakan pelaku yang sering membully siswa lainnya. Yang jelas, sahabatnya membutuhkan bantuan dirinya sekarang.
PLAKK
"Aakkhhh."
"Sonia!"
Asma kaget, sebuah tamparan yang seharusnya mendarat di pipinya malah mengenai sahabatnya. Entah sejak kapan sahabatnya berdiri menjadi penghalang di sampingnya. Asma tidak menyadari kedatangan Sonia.
"Kak Clara mau apa sih!" Asma berdiri lalu mendorong Clara.
Asma tidak terima jika sahabat terbaiknya menjadi korban kekerasan yang dilakukan Clara.
"Gak usah nyolot yah kamu!" mendorong Asma.
"Kamu ber ...."
Teettttt Teettttt Teetttttttttt
"Awas kamu! Urusan kita belum selesai," Clara menunjuk Asma lalu pergi keluar kelas.
Asma memutar bola matanya malas melihat Clara yang selalu bertingkah seperti penguasa dan suka membully bahkan berbuat kasar.
Asma gelisah, antara perasaan lega sekaligus bersalah. lega bukan dirinyalah yang mendapatkan tamparan. Tapi diwaktu yang bersamaan, dirinyalah yang menyebabkan sang sahabat tertampar karena ulahnya. Ya ulah dirinya, yang dia sendiri tak tau apa kesalahannya.
Namun yang mengganjal difikirannya sekarang, siapa pacar kak Clara?
"Maaf ya Nia, gara-gara aku malah kamu yang kena imbasnya. Pasti sakit ya? Maaf." Memperhatikan pipi Sonia yang merah.
"It's Oke, aku baik-baik aja Asma. Gak usah merasa bersalah gitu." Sonia tersenyum menampilkan sederetan gigi putihnya.
Meski sakit dia tahan, dia tidak ingin Asma tambah merasa bersalah. Ini murni keinginan dirinya, dia harus menolong sahabat yang selalu membantu dirinya disaat kesusahan, dia ingin membalas budi baik Asma.
"Kamu seharusnya tadi gak usah nolongin aku, Nia!"
"Lagian kamu juga sering nolongin aku, kita kan best friends forever. Jadi kita harus saling tolong-menolong."
Percakapan mereka terhenti ketika Pak Hanan masuk ke dalam kelas.
Asma tidak sepenuhnya mendengarkan materi pembelajaran yang diterangkan pak Hanan. Dia memikiran kejadian yang dari tadi pagi terus menerus menimpa dirinya.
Nambah lagi musuh aku, hufff. Pengen hidup tenang kok gak bisa Ya Allah." Tidak seharusnya Asma mengeluhkan yang mungkin memang sudah dikehendakki oleh ALLAH SWT. Dia teringat kemudian beristigfar dan berdoa, "Astagfirullah, semoga tidak terjadi kejadian-kejadian seperti tadi lagi Ya Allah"
*
"Terima kasih ya Nia, kamu tadi pagi udah nolongin aku."
Asma dan Sonia berjalan bergandengan tangan menuju kantin. Sekarang memang sudah jam istirahat, mereka ingin mengisi perut mereka sebelum jam pembelajaran dimulai.
"Kamu mau ngucapin terima kasih berapa kali lagi? kamu gak capek ya dari tadi itu itu terus yang diucapin. Udah biasa aja. Slow girl!"
"Kamu punya kesalahan apa sih sama kak Clara?," Sonia penasaran atas kejadian tadi pagi. Pagi-pagi Clara sudah melabrak sahabatnya di kelas.
"Kamu tau nggak pacar kak Clara siapa?" Asma tidak menjawab pertanyaan Sonia, Asma malah bertanya kembali.
"Hah?" Sonia tidak mengerti maksud Asma. Pacar?
"Dia tadi bilang kalo aku sudah memukul pacar dia."
"Oooo. Mungkin yang dimaksud Kak Ilham. Dia kan emang udah lama ngejar-ngejar kak Ilham. Tapi Kak Ilham kayaknya gak suka deh. Mereka gak pacaran kok. Kak Clara aja tuh yang ngaku-ngaku," Sonia menjelaskan.
"Cih, Cowok kayak gitu dikejar-kejar, gak bermutu," Asma menekankan diakhir kalimatnya. Reflek Sonia menghentikan langkahnya, terpaksa Asma ikut berhenti.
"Hello Asma."
Sonia menangkup wajah Asma dengan kedua tangannya, kemudian menggeleng-gelengkan berusaha mengumpulkan kesadaran sahabatnya. Sonia berfikir sahabatnya tidak sadar saat mengucapkan perkataannya tadi.
Asma mengerutkan keningnya melihat perlakuan Sonia. Apa mungkin ada yang tidak beres dengan dirinya.
"Cowok perfek kayak Kak Ilham kamu bilang gak bermutu. Udah gantengnya gak ketulungan, kaya raya, anak pemilik sekolah lagi! Siapa coba yang gak mau pacaran sama Kak Ilham?"
"AKU," Asma langsung menjawab dengan cepat.
"Awas nanti kamu malah jatuh cinta sama dia, baru tau rasa!"
Sonia merasa kesal dengan pengakuan temannya. Dirinya saja sampai menahan nafas seperti kejadian kemaren di depan tangga. Hampir saja kencing di celana, karena memang sebelumnya dia sudah menahan kencing dari kelas.
Berada di jarak yang lumayan dekat dengan Ilham membuat dirinya langsung salah tingkah. Sempat terpesona melihat lekuk wajah Ilham dengan rahang yang tegas, alis tebal. serta senyuman menyeringainya yang malah terlihat menawa di mata Sonia. Hingga dia tersadar dan langsung menarik lengan Asma agar pergi melanjutkan jalannya.
Asma memutar bola matanya malas mendengarkan Sonia, yang memang Sonia tipikal cewek yang banyak bicara tidak seperti dirinya.
Suasana di kantin cukup ramai, mereka mengedarkan pandangan mencari tempat yang kosong.
Asma bisa bernafas lega, dia tidak melihat keberadaan Ilham di kantin.
"Asma, kamu yang pesen ya. Kita duduk di sana aja," Sonia menunjuk tempat kosong yang kebetulan tersisa dua kursi tidak berpenghuni. "Aku tunggu di sana, mie ayam aja ya!"
Tanpa menunggu jawaban Asma, Sonia telah pergi meninggalkannya. Asma segera memesan dua porsi mie ayam. Hitung-hitung dia balas budi sama Sonia.
"Silahkan Nona," meletakkan seporsi Mie ayam di meja untuk Sonia.
"Itu sekalian bik, Saos sama kecap. Hehehe," seperti sedang menyuruh pembantunya, kemudian tersenyum setelah berhasil menjahili Asma.
"Dasar, ngelunjak!" kurang sedikit bokong Asma mendarat di kursi, namun terpaksa ia mengangkatnya kembali. Dia berdiri berusaha meraih saos dan kecap.
Asma tidak marah atas perlakuan Sonia, justru setelah itu mereka tertawa bersama. Ya seperti itulah sahabat, itu hanya dianggap sebagai sebuah lelucon.
DBUGHH
Suara bokong mendarat mulus di lantai.
"AWWWW"
"HAHAHAHAHA," Semua pengunjung kantin perhatian tertuju pada Asma yang bersimpuh di lantai. Mereka menertawakan Asma. Ada yang menatapnya iba, ada pula yang mengejek.
Suasana pagi menjelang siang yang cukup cerah hari ini, tak secerah nasib Asma. Lagi, lagi dan lagi. Kesialan menghampiri Asma, belum juga pulang sekolah sudah serentetan kejadian dialami Asma.
"Aduh pantatku, Hiks sakit," Asma meringis menahan sakit di seluruh tubuhnya. Lututnya yang sakit karena kejadian tadi pagi belum juga sembuh. Sekarang malah dia terjatuh lagi, tambah remuk badan yang dirasakan sekarang.
Kemana kursinya?
Perasaan tadi masih ada?
Kok bisa hilang?
Asma mengedarkan pandangannya mencari keberadaan kursi yang hendak diduduki dirinya.
Mata Asma terbuka lebar melihat sosok di belakang yang sudah duduk manis menikmati makanannya, dengan wajah tidak berdosa. Datar, tanpa ekspresi. Jangankan menoleh, melirik pada Asma saja tidak. Padahal ini ulah dia yang sengaja mengambil kursi Asma tanpa permisi, hingga Asma terjatuh.
Sejak kapan dia di sini, kenapa Asma tidak menyadari keberadaannya.
"Sial, dia lagi," Asma mengumpat dalam hati.
"Kamu gak apa-apa Asma? ....
Bersambung ....
.
.
.
.
.
.
.
**ASSALAMMUALAIKUM BERJUMPA LAGI SAMA AUTHOR.
SEMOGA TAMBAH SEMANGAT BACA KARYA AUTHOR.
JANGAN LUPA LIKE, KOMEN DAN VOTE YAH.
KRITIK DAN SARAN YANG MEMBANGUN AUTHOR BUTUHKAN.
TERIMA KASIH YANG SUDAH MAMPIR.
HAPPY READING
SALAM HALU BERSAMA
SEE YOU**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Retina Bocahe Klinthink
oke aku tambah didaftar paporitku..btw thank udah dikasi bacaan bagus👌😁
2020-07-13
1
Retina Bocahe Klinthink
update tiap hr ya? udah suka nich ma ceritanya pengen segera lanjut...
2020-07-13
1
My ayy
Bullying lagi...
2020-07-12
1