"dari mana aja kamu dek?" wajah Ryan benar-benar menakutkan.
Vy meringis.
"Kalau kakak tanya tuh, dijawab"
"Tadi ada kupu-kupu, terus adek kejar."
"Terus kupu-kupu nya mana?" tanya Ryan.
"Terbang. Tadi belum sempat nangkap, adek lihat kakak jatuh dari sepeda, terus adek tolongin anter ke rumahnya " jawab Vy dengan suara yang sangat kecil.
Ryan menghela napasnya.
"Sekarang masuk"
Vy mengikuti langkah kakaknya memasuki rumah.
"Papaaa" rengek Vy, ia duduk di sebelah papanya.
Sebelah tangan Adnan merangkul anaknya.
"Kak, jangan galak-galak ke adiknya"
Vy tersenyum mengejek kepada kakaknya.
"Apa senyum-senyum?" galak Ryan lagi.
Vy langsung merubah ekspresi wajahnya saat Adnan hendak melihat ke arahnya.
"Ampun, kak."
"Belum juga masuk rumah langsung pergi." omel Ryan lagi.
"Udah, udah. Sekarang adek bersih-bersih dulu." suruh Adnan.
"Kamar adek yang mana?" tanya Vy.
"Yang pintunya berwarna putih" jawab Aland yang berjalan dari arah samping rumah.
"makasih, om" Vy berjalan menaiki tangga rumah barunya. Disana benar-benar ada pintu berwarna putih. Ia kemudian masuk ke dalam. Kata papa nya, Tante Alana sudah menyiapkan semua kebutuhan Vy. Vy hanya perlu membawa diri saja. Dan benar saja, sudah banyak pakaian yang disusun rapi, juga perlengkapan sekolahnya.
Vy kemudian mandi dan berganti pakaian. Anak kecil itu kembali turun dan mencari papanya.
"Papaaa" teriak Vy.
"Suaranya yah" Ryan memperingati adiknya.
Vy mencari sumber suara sang kakak. Rupanya kakaknya sedang membuat susu.
"Mau jugaa" ucapnya.
Tanpa banyak bicara, Ryan juga membuatkan segelas susu untuk adiknya. Ia membawanya ke ruang keluarga.
"Tante Alana udah pulang?"
"Sudah, dek" jawab Ryan.
"Terus, papa mana?" tanya Vy.
"Tadi pergi sama om Ryan. Pulangnya nggak lama kok. Tadi juga janji akan makan malam bersama" Ryan mengelus rambut adik perempuannya yang masih lembab.
"Rambutnya masih basah ini" kata Ryan.
"Tadi cari papa, mau minta bantuan untuk keringkan rambut adek" jujur Vy.
Ryan berdiri. Ia berjalan entah kemana dan kembali dengan handuk di tangannya.
"Kakak aja yang bantu"
✨✨✨
Semalam, Adnan menepati janjinya untuk makan bersama kedua anaknya. Alana juga sudah menyiapkan asisten rumah tangga yang datang pagi dan pulang sore. Pekerja tersebut hanya perlu membersihkan rumah dan halaman.
Pagi ini, Adnan bersama kedua anaknya berlari pagi mengelilingi kompleks. Sekarang akhir pekan, jadi kurang kendaraan yang berlalu lalang di jalanan.
"Capek, pa" Vy mengulurkan kedua tangannya, meminta sang papa menggendong nya.
"Kakak aja , pa" kata Ryan saat melihat papanya hendak membawa Vy ke dalam gendongannya.
Ryan berjongkok di depan adiknya, meminta adiknya naik ke belakang punggungnya.
Anak berusia 9 tahun itu memeluk leher kakaknya dan menumpukan dagunya di bahu sang kakak.
"Sarapan di luar saja yah?" tanya Adnan kepada kedua anaknya.
Untung saja selama ini kedua anak itu tidak memilih milih makanan.
"Mau bubur, pa" pinta si kecil.
"Iya, sarapannya bubur dulu." Adnan memimpin jalan.
Banyak sekali perubahan di kompleks ini. Lahan kosong sudah nyaris penuh dengan bangunan rumah. Beberapa kali ia melihat pandangan heran orang-orang saat sedang berpapasan. Satu-satunya yang Adnan syukuri adalah, dimasa lalu, ia tidak sempat mengenalkan diri kepada media sebelum akhirnya memilih ke Vineland untuk menenangkan diri. Hingga ia tidak perlu khawatir orang-orang akan mengenal dirinya.
"Bubur ayamnya 3, tidak pedas" pesan Adnan sebelum duduk di bangku kosong.
Mendengar suara yang ia kenali, seorang lelaki menoleh. Dan yah, ia mendapati Adnan yang sedang mengelus peluh pada pelipis anak perempuannya.
"Pa, itu sepertinya om yang dulu itu, yang di rumah lama" beritahu Ryan kepada papanya.
Adnan menoleh ke belakang. Di sana, Atlas sedang tertawa ringan dan menatapnya.
"Long time no see" keduanya kemudian berjabat tangan. Atlas memilih berpindah meja dan duduk di sebelah Ryan.
"pagi, om" Ryan mencium punggung tangan Atlas.
Atlas mengelus kepala Ryan,
"Sudah besar ternyata"
Mata bulat Vy menatap Atlas, kemudian menatap papanya lagi. Ia enggan bertanya, tapi tetap mengulurkan tangannya dan menjabat tangan lelaki dewasa di depannya.
"Anaknya papa"
Atlas terkekeh.
"Namanya Vy, kan?"
Vy mengangguk.
"Om tahu?"
"Dek, ini teman papa." ucap Adnan.
Atlas mengutak-atik ponselnya, kemudian mengarahkan layarnya kepada Vy.
"Adek waktu masih kecil" ucap Vy.
"Iya, dan ini om, yang duduk di sebelah Vy" tunjuk Atlas pada dirinya yang ada di dalam foto.
"Nggak ingat dia, om. Anaknya masih kecil saat itu" kata Ryan.
"Iya, masih secimit" Atlas menyetujui ucapan Ryan.
Setelah sarapan bersama, Ryan membawa adiknya bermain di taman kompleks, meninggalkan papanya dan Atlas.
"Saya tidak menyangka akan bertemu kamu di sini" Atlas membuka percakapan.
"Why not? Rumah saya ada di sini, besar kemungkinan saya akan kembali "
Atlas mengangguk.
"Selain itu, pekerjaan kamu juga di sini. Belakangan ini saya melihat pak Aland sedang sibuk-sibuknya. "
"Itulah sebabnya saya kembali" ucap Adnan.
Kedua teman lama itu saling bertukar cerita, mengingat kembali kejadian beberapa tahun lalu yang membuat mereka berkenalan.
"Pa, adek capek" anak kecil itu duduk dipangkuan sang papa.
"Pulang sekarang yah!" ajak Adnan.
"Saya pulang dulu" pamit Adnan.
Atlas juga ikut berdiri .
"Saya juga mau pulang. Anak bungsu saya pulang hari ini, minta dijemput"
Sekarang gantian Adnan yang menggendong Vy di belakangnya.
"Rumah om dimana?" heran Ryan saat menyadari Atlas sejak tadi mengikuti langkahnya.
"Lorong 5" jawab Atlas.
"Rumah papa juga di lorong 5" beritahu Ryan.
"Oh iya?"
Ryan mengangguk.
"Jangan-jangan kamu tetangga baru itu yah, anak perempuan om sempat bercerita"
"Entah, om. Saya belum kenal siapa-siapa di sini, selain om" jujur Ryan.
"Halo kakaaak" teriak Vy saat melihat Raya sedang bermain air dengan kakaknya.
Raya menoleh.
"Halo adeek" Raya menyimpan selangnya.
"Siapa dek?" bisik Adnan pada anaknya.
"Kakak yang kemarin jatuh dari sepeda" jawab Vy .
"Mau turun, pa"
Adnan menurunkan anaknya.
"Eh, papanya adek ini yah?" Raya mencium punggung tangan Adnan.
"Iya" balas Adnan pendek.
"Sayang, ngapain bajunya basah-basahan gitu?" tanya Atlas.
"Lagi cuci sepeda, papi. Tapi lihat adek kecil ini, jadi disapa dulu" jawab Raya .
"Anak kamu?" tanya Adnan.
Atlas mengangguk.
"Ini rumah aku"
"Rumah aku yang disebelah" balas Adnan.
"Adik kecil, main sama kakak mau?" tanya Raya.
"Namaku Vy, kak. Bukan adik kecil" ucap Vy.
"Sorry, Vy. Kakak nggak tahu. Om, aku mau ajak Vy main, boleh?"
"Vy nya mandi dulu yah. Tadi habis olahraga. Nanti om minta kakaknya buat anterin Vy kesini lagi. Pamit yah, Atlas "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 249 Episodes
Comments