"Papaaa" teriak Vy dari luar, ia baru saja pulang dari sekolah nya.
"Iya sayang?" Adnan menjawab dari dalam. Lelaki itu sedang bekerja.
Vy mencium kedua pipi Adnan.
"Vy udah pulang" lapor nya.
Adnan terkekeh. Ia membalas kecupan anaknya di pipi,
"Ganti baju. Habis itu makan. Nggak boleh main kupu-kupu kalau belum makan"
Vy mengangguk setuju. Ia berlari kecil memasuki kamarnya untuk berganti pakaian. Ia menjalankan perintah papa nya tanpa protes agar segera bisa bersua dengan kupu-kupunnya di belakang sana.
Saat anak perempuannya berumur 4 tahun, Adnan membuat penangkaran kupu-kupu untuk anak perempuan nya. Di dalam sana ada banyak jenis kupu-kupu yang hinggap di bunga-bunga. Adnan beberapa kali mendapati anaknya tidak tidur siang, malah memilih untuk bermain di belakang.
"Adek mana, pa?" tanya Arrayan.
"Di belakang mungkin, nak" jawab Adnan.
Anak lelakinya sudah besar, sudah berusia 14 tahun, sekarang dia sudah duduk di bangku kelas 2 SMA.
"Kakak ke belakang deh" pamit Arrayan.
Benar dugaan papanya, adiknya sedang bermain dengan kupu-kupunnya.
"Main terus" Arrayan menarik pelan telinga adiknya.
"Sakit kakak" rengek Vy.
"Sekarang cuci tangan, habis itu tidur siang"
Bibir Vy mencebik, ia sungguh tidak rela meninggalkan kupu-kupu nya.
"Sekarang, dek" Arrayan mengulang kalimatnya.
"Iya kak, iya" meskipun dengan langkah kesal, Vy menurut dengan perintah kakaknya. Anak berusia 7 tahun itu memasuki rumah dan berjalan ke kamarnya dengan langkah yang ia buat kesal.
Adnan sempat melirik wajah murung putrinya.
"Adiknya kenapa lagi?" tanya nya kepada si anak sulung.
"Suruh tidur siang dulu " jawab Arrayan.
Rupanya anak pertama nya semakin besar, sebagian tugas Adnan sudah dikerjakan oleh Arrayan. Misalkan meng-handle Vy.
"Nak, om Aland beberapa kali ini menelpon papa, meminta papa untuk kembali ke tanah air. Bagaimana menurut kakak?"
"Papa sendiri bagaimana? Sudah lebih baik?" tanya Arrayan balik.
"Papa jauh lebih baik, dan akan selalu baik-baik saja selama papa bersama kalian" jawab Adnan bijaksana.
"Tapi nunggu kakak lulus SMA dulu, nggak apa-apa?" tanya Arrayan lagi.
"Nggak apa-apa, kak."
Waktu tetap berjalan tanpa henti. Si gadis kecil sudah berusia 9 tahun. Kegiatan sehari-hari nya masih sama, menghabiskan siangnya di penangkaran kupu-kupu miliknya. Jumlah kupu-kupu nya semakin banyak. Ia senang melihat saat melihat kupu-kupu berterbangan di sekitar nya dengan sayap nya yang berwarna warni.
Adnan mendatangi anaknya yang sedang berusaha memegang kupu-kupu. Kupu-kupu itu hinggap di tangan anaknya, jadi Vy tidak perlu susah payah untuk menangkap lagi. Hal itu berhasil Adnan abadikan di ponselnya.
"Asyik sekali sepertinya" ucap Adnan.
Vy menoleh dan tersenyum melihat kedatangan papanya.
"Papa" ia berjalan dan duduk di sebelah papanya.
"Kupu-kupu nya cantik" Adnan memuji kupu-kupu yang masih hinggap di tangan anaknya. Sayapnya berwarna biru, putih, merah dan hitam dalam bentuk abstrak.
"Iya, pa. Lucu juga"
"Dek, papa mau ngomong"
"Ngomong apa, pa?" tanya Vy. Ia menatap papanya.
"Om Aland sedang butuh bantuan papa di tanah air. Gimana menurut adek?"
"Papa bantuin om Aland"
"Tapi papa nggak bisa pergi kalau kakak dan adek nggak ikut. Pertanyaan papa adalah, apakah adek bersedia ikut dengan papa?" Adnan berusaha menjelaskannya dengan sangat pelan-pelan.
"Mauu" jawab Vy.
"Tapi kupu-kupu nya ditinggal" ucap Adnan.
Mata Vy berkedip kedip, anak kecil itu terdiam, seolah mencerna ucapan sang papa.
"Kasihan kupu-kupu nya" ucapnya dengan sangat lirih.
Adnan mengangkat anaknya naik ke pangkuan nya, mengusap kepala anaknya yang sedang menangis.
"Bibi Maryam dan paman Risal akan mengurus kupu-kupu adek. Mereka berdua akan merawat kupu-kupu adek. Kalau adek libur dan papa sedang tidak sibuk, papa janji akan membawa adek jalan-jalan kesini. " janji Adnan.
"Beneran?" anak kecil itu meminta kepastian.
Adnan mengangguk cepat.
"Jadi papa udah boleh telpon om Aland untuk minta dijemput?" tanya Adnan lagi setelah Vy merasa lebih tenang.
"Boleh, papa."
"Di sana adek akan punya teman baru, ada kak Adriel juga kan. Kakak juga ikut kok"
Sehabis kelulusan Arrayan, Aland benar-benar menjemput atasan sekaligus sahabatnya.
"Halo sayang" Aland menciumi pipi Vy.
"Halo, om" Vy memeluk leher Aland yang sedang menggendong nya.
"Adriel nggak ikut, om?" tanya Ryan. Ia berjalan di sebelah papanya.
"Tidak, boy. Adriel masih di asrama, pulangnya tiap weekend." jawab Aland.
"Eh, iya. Kak Reil kan sekolah bola yah?" tanya Vy.
"Kayak udah ngerti bola aja" cibir Ryan.
"Kak Ryan ihh" Al memukul-mukul bahu kakaknya.
Ryan memegang kedua tangan adiknya yang memukul bahunya.
"Udah, dek. Ampun" ucap Ryan.
Adnan tersenyum melihat interaksi kedua anaknya. Ia berharap, anaknya akan selalu saling menyayangi seperti sekarang.
Untuk sampai di tanah air, mereka harus menempuh perjalanan selama 7 jam lewat jalur udara.
"Kembali ke rumah yang mana?" tanya Aland kepada Adnan.
"Ke rumah yang dulu saja, Land."
"Are you okay?"
Adnan mengangguk.
"Aku pergi sudah sangat lama, dia juga pasti sudah tenang sekarang."
"Tentu saja. Juli pasti sudah tenang, ia akan sangat bahagia melihat kalian kembali lagi dan menjalani hidup dengan penuh kehangatan."
Keadaan lingkungan rumah sudah tidak seperti dulu. Di beberapa lahan kosong disekitar rumahnya, sudah terbangun rumah baru.
"Selamat datang kembali, kak " sapa Alana, istri dari Aland.
"Wah, anak tante udah besar" Alana menciumi pipi Vy.
"Halo Tante " sapa Ryan, ia mencium punggung tangan Alana.
Adnan melihat sekitarnya, sebelum melangkah memasuki rumah yang sudah ia tinggalkan selama 9 tahun lamanya.
Vy yang melihat kupu-kupu terbang, mengikuti kemana kupu-kupu itu mengepakkan sayap.
"Duh" seseorang mengadu tidak jauh dari Vy. Vy melihatnya, seroang perempuan yang mengenakan rok biru dan atasan putih sepertinya terjatuh dari sepeda.
"Kakak nggak apa-apa?" tanya Vy.
Anak sekolah itu menatap Vy.
"Kalau aku meringis tuh tandanya ada yang sakit" ucapnya.
"Ya udah, sini, Vy bantu bangun " Vy mengulurkan tangannya, membantu kakak perempuan itu untuk berdiri.
"Rumah kakak di mana? Vy anterin deh" tawar Vy. Ia juga sudah berhasil membangunkan sepeda kakak perempuan itu.
"Nggak apa-apa?" tanya anak SMP itu.
Vy menggelengkan kepalanya .
"Nggak apa-apa, kak"
Mereka berdua berjalan, arahnya sama dengan arah ke rumah Vy.
"Rumah kakak dimana?" tanya Vy.
Perempuan itu menunjuk ke rumah cat biru, tepat berada di sebelah rumah milik sang papa.
Vy memasuki pekarangan rumah kakak perempuan itu, dan memarkir sepeda yang ia papah tadi.
"Nama ku Arayana, panggil saja Raya"
Vy tersenyum.
"Dek?"
Senyumnya lenyap saat mendengar teriakan kakaknya.
"Kak, aku pulang yah"
"Ta-..." Raya mengurungkan niatnya untuk berteriak, sebab ia kembali merasakan sakit pada lututnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 249 Episodes
Comments