Paginya seperti biasa Wandi selalu mendapati Vivian yang telah menunggunya di meja makan. Namun kali ini dia tidak sempat untuk sarapan karena akan ada meeting di kantornya.
"Nggak sarapan dulu?" tanya Vivian ketika melihat Wandi hendak meninggalkan meja makan.
"Aku nggak sempat, buru - buru." jawab Wandi menghentikan langkahnya lalu melirik wanita itu sejenak.
"Sarapan dulu sedikit, kamu punya penyakit maag loh." ucap Vivian sambil menarik tangan Wandi.
"Vi nanti aku bisa terlambat." ucap Wandi berusaha untuk melepaskan diri dari tarikan Vivian.
"Ayo setidaknya minum susu aja." ucap Wanita itu sambil menyodorkan segelas susu.
Wandi terpaksa meneguk habis susu tersebut. Setelah itu dia lansung meninggalkan meja makan.
"Ndi." panggil Vivian.
"Apalagi sih?" tanya Wandi mulai kesal.
"Aku......"
"Aku apa?" tanya Wandi.
"Nggak ada, lupain aja." jawab Vivian yang akhirnya memilih untuk tidak mengatakan apapun.
"Ah buat lambat aja." Wandi membalikkan badannya karena kesal.
Entah kenapa Vivian merasa akhir - akhir ini lelaki ini seperti menghindarinya. Lelaki itu sudah beberapa hari tidak sarapan pagi dengan alasan sibuk. Begitupun malam harinya.
Vivian hanya menatap punggung lelaki itu dengan manyun. Dia merasa mulai di abaikan oleh lelaki itu.
"Sebaiknya aku segera cari kerja agar bisa keluar dari rumah ini, aku paham nggak mungkin Wandi selamanya menampung aku di sini, emangnya aku ini siapanya dia." ucapnya berlinang air mata.
Vivianpun akhirnya juga tidak memakan sarapan paginya. Rasanya pagi ini dia tidak bisa menelan makanan yang ada di meja tersebut.
Vivian nampak bersiap - siap untuk pergi mencari pekerjaan. Sudah banyak ia mencoba memasukkan lamaran melalui online ataupun offline. Namun satupun belum ada yang memanggilnya.
Vivian tampak tidak putus asa memasukkan lamaran pekerjaannya. Sampai akhirnya dia berhenti di depan kantornya Alby.
Di sana dia masih ingat bagaimana bekerja dengan baik. Namun dia juga ingat bahwa di sanalah dia terjerumus kepada hal - hal yang tidak baik.
"Hei kamu Vivian, apak kabarmu sekarang?"
Vivian tidak sengaja bertemu dengan seorang pria dari masa lalunya. Dia adalah pak Gito lelaki yang pernah menjadi sugar Daddynya saat pertama kali.
Lelaki itulah yang memasukkan dia bekerja di perusahaan ini.
"Hehe sepertinya kamu bertambah cantik dengan bertambahnya usia kami, gimana apakah kamu sudah menemukan om - om yang lebih baik setelah saya?" tanya Gito dengan senyum mesumnya.
Menatap tubuh Vivian saat sudah membuatnya ingin memeluk wanita itu. Rasanya dia ingin membawa wanita itu ke sebuah hotel lalu menikmati setiap keindahan yang ada di tubuhnya.
"Maaf saya sedang sibuk." ucap Vivian ingin menghindar dari pak Gito. Namun langkah kakinya terhenti karena pak Gito sudah menahan tangannya.
"Ayolah cantik, kali ini om akan memberikan apa yang kamu mau, akan lebih dari apa yang di berikan oleh Beni, Dan om pastikan kamu bisa bekerja di mana saja yang kamu mau." ucap Pria itu.
"Saya sudah tidak tertarik lagi om, maaf tolong lepaskan tangan saya." ucap Vivian masih dengan sopan.
"Nggak usah sok muna kamu, kamu bisa apa selain menggunakan tubuh kamu itu, kemanapun kamu melamar, tidak akan ada yang memanggil kamu sebagai karyawan, karna Beni sudah memblaklis nama kamu di manapun." ucap Pak Gito membuat Vivian lumayan kaget.
Selama ini dia tidak tau bahwa Beni akan memblaklis namanya dari perusahaan yang ada di Jakarta.
"Maka untuk itu, jadilah wanita om selama om di Jakarta, setelah itu om akan memberikan apa yang kamu mau." bujuk Gito dengan gigih.
Gito mengakui dari sebanyak wanita yang ia jadikan teman tidur, hanya Vivian yang terkenang pada dirinya. Bahkan jika wanita itu tidak berkhianat saat itu dengan Beni, maka mungkin saat ini wanita itu sudah menjadi istri keduanya.
"Maaf om, saya benar-benar tidak berminat." ucap Vivian akhirnya melepaskan tangannya dari Gito.
Gito akhirnya melepaskan tangan Vivian sambil kesal. Dia kesal karena tidak berhasil merayu wanita itu.
"Akan aku cari cara agar kamu yang datang menawarkan diri untuk aku, kamu lihat aja nanti." ucap Gito tersenyum dengan ide liciknya.
Sementara Vivian berjalan dengan kesal sekali. Dia merasa bahwa hari ini harus mandi kembang untuk menghilangkan kesialannya. Tanpa ia sadari ia hampir saja menabrak seseorang yang sudah berdiri di depan pintu mobilnya.
"Kenapa mukanya kesal gitu." ucap Alby tersenyum senang melihat wanita itu berada di depan kantornya.
Ia tidak menyangka wanita itu akan datang menuju kantornya.
"Nggak ada, cuma mau liat - liat aja." Jawab Vivian berdiri masih kesal.
" Kamu kenal dengan pak Gito?" tanya Alby penasaran karena melihat Vivian berbicara dengan pak Gito.
"Ia , dia dulu klien bos saya." jawab Vivian dengan jutek.
"Ohw begitu,lalu gimana apakah kamu sudah dapat kerja?" tanya Alby sambil tersenyum.
"Tidak usah meledak begitu, kamu sudah tau jawabannya kan." jawab Vivian dengan kesal melihat senyum lelaki itu.
"Kalau kamu mau aku bisa carikan kamu pekerjaan." ucap Alby lagi.
"Di luar perusahaan kamu." ucap Vivian memberikan tantangan kepada lelaki yang jauh lebih muda darinya.
"Bisa di atur, kapan kamu mau mulai kerja, nanti aku hubungi kamu." ucap Alby berbicara dengan serius.
Awalnya Vivian hendak menolak. Namun dia sadar bahwa ia ingin bekerja agar bisa membalikkan ucapan Gito.
"Baiklah, kamu tunggu saja panggilannya." ucap Alby.
"Mari ikut dengan aku." ucap Alby akhirnya menarik tangan Vivian.
Ternyata Alby berubah pikiran. Dia membawa Vivian menuju salah satu perusahaan milik temannya Kalvin.
Yah Kalvin memang sedang merintis usaha kecil-kecilan. Walaupun kecil namun usaha itu sudah memberikan untung yang laumaya besar untuk Kalvin. Walaupun sambil kuliah, namun lelaki itu nampak sangat berbakat dengan usahanya.
"Gimana bro? Apakah kamu setuju menjadikan dia sebagai karyawan?" tanya Alby kepada Kelvin.
"Baiklah, nampaknya dia sangat cekatan, di surat lamarannya tertera bahwa dia pernah menjadi sekretaris papa ku." ucap Kelvin membaca lamaran pekerjaan milik Vivian.
"Wah aku baru tau, tapi kenapa dia bisa keluar dari perusahaan itu ya?" tanya Alby penasaran.
"Kamu kan bisa selidiki sendiri melalui karyawan dan data - data di kantor kamu." ucap Kelvin memberikan ide.
"Baiklah, baiknya pekerjakan dia sebagai asisten atau sekretaris kamu,aku yakin dia sangat berbakat."
"pastinya, besok dia sudah bisa bekerja." ucap Kelvin.
Makasih bro." ucap Alby kepada sahabatnya itu.
Sedangkan Vivian masih di loby menunggu Alby keluar dari ruangan pemilik sekaligus direktur perusahaan ini.
"Vivian." panggil seseorang.
"Mampus, siapa lagi ini?" tanya Vivian dalam hati. Dia berharap bukan seseorang dari kalangan pengusaha yang pernah memakai jasanya.
Vivian membalikkan tubuhnya sambil tersenyum terpaksa. Dia sangat kaget ketika melihat Rio di sana.
"Aku nggak salah liat, ternyata memang kamu, ngapain di sini?" tanya Rio sambil tersenyum.
Walaupun dia pernah tau masa lalu wanita itu, namun dia sudah yakin bahwa wanita itu sudah berubah. Karena El juga sudah banyak bicara tentang perubahan wanita itu.
"Aku mau cari kerja, kamu pegawai di sini?" tanya Vivian kepada Rio.
"Iya, aku udah resign dari sana, setelah itu aku melamar di tempat lain dan Alhamdulillah keterima." cerita Rio kepada Vivian.
"Semoga aku beruntung seperti kamu." doa Vivian.
"Aamiin, aku tinggal dulu ya."
"Oke, selamat bekerja." ucap Vivian sambil tersenyum.
Setelah Rio pergi datang lah Alby sambil tersenyum.
"Besok kamu sudah bisa bekerja."
"Benarkah?" tanya Vivian tersenyum tidak percaya apa yang ia dengar.
"Iya, besok datanglah ke sini, biar aku jemput." ucap Alby.
"Aku bisa berangkat sendiri by."
"Untuk pertama biar aku antar biar lansung aku kenalkan sama bos kamu." ucap Alby.
Vivian hanya menganggukkan kepalanya pertanda setuju.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments