Bab 5

Setelah mengurus check in di Receptionis dan mendapat kunci kamar. Aku menghampiri nona Vanessa untuk mengantarnya ke kamar. Saat masuk lift, kurapikan penampilanku yang terlihat agak berantakan itu. Nona Vanessa terlihat menatapku dengan tatapan tajam.

Saat sampai di depan pintu kamar, kubukakan pintu untuknya dan memasukkan kartu ketempatnya disebelah pintu kamar. Semua lampu dikamar itu menyala. Aku masih berdiri disamping pintu.

"Nona, jika sudah selesai saya akan ke mobil sekarang!"

"Tutup pintu itu, elu tidur disini malam ini bersama gue!"

Kututup pintu kamar, lalu aku duduk di sofa di pojok ruangan. Terdengar suara gemericik air dari kamar mandi. Tak lama kemudian nona Vanessa keluar dengan rambut yang digelung dengan mengenakan mantel mandi.

"Elu tidur di sofa itu!"

"Baik nona!"

Nona Vanessa menelpon seseorang, terdengar obrolan dan suara tertawanya.

Aku masuk ke kamar mandi. Kutanggalkan seluruh pakaianku dan mandi dibawah siraman air panas. Aku mandi sambil bersandar ditembok. Kupakai mantel yang terbuat dari handuk tebal itu. Setelah membereskan seluruh pakaian dan peralatanku. Aku keluar dari kamar mandi dan merebahkan diriku di sofa.

Aku terbangun karena ada hembusan nafas didepan wajahku dan sentuhan halus dipipiku pagi itu. Kubuka mataku, ternyata nona Vanessa sedang memandangiku sambil mengusap lembut pipiku dengan jari lentiknya. Wajahku dan wajahnya hanya berjarak sekitar 10 cm.

"Elu harus melayani gue malam ini!" bisiknya tepat didepan wajahku.

Tangannya yang lain sudah merayap dibalik Boxerku dan mencengkram erat otot panjangku disana.

"Akkhhhhh!" aku mendesah tertahan saat merasakan sentuhan tangannya yang halus mengelus ototku yang paling sensitif itu. Sentuhan pertama kali dari seorang wanita.

Aku pagi itu seperti sapi yang dicocok hidungnya. Aku mengikutinya ke ranjang besar dan empuk itu. Aku berdiri menatap nona Vanessa yang sedang melepas perlahan mantel handuknya. Kutatap tubuh mulus tanpa cela itu tanpa berkedip. Otot panjang dipangkal pahaku tanpa terasa sudah menjulang dan berdiri tegak didepan wajahnya. Tangannya bergerak memijat lembut ototku.

"Elu belum pernah melakukan ini, Jerry?" ujarnya menatapku sambil terus memijat lembut ototku yang makin mengeras.

"Belum nona, baru kali ini!" Jawabku jujur.

Lidahnya tiba-tiba menyapu ototku dari pangkal hingga ujung.

"Mppphhhh ohh!" lenguhku tanpa sadar sambil meremas rambutnya. Lalu kepala nona Vanessa sudah terbenam dipangkal pahaku sambil mengulum lembut ototku itu. Rasa geli nikmat itu baru kurasakan pagi itu. Setelah puas mengulum ototku, nona Vanessa menarik tubuhku kearahnya.

"Ciumi seluruh tubuh gue, Jerry!"

Seperti kesetanan aku mencium bibirnya yang lembut, lalu ciumanku berpindah ke lehernya yang putih mulus serta berbau harum itu. Tanganku merayap ke seluruh inci tubuhnya. Kuciumi bongkahan daging kembar yang berukuran sedang itu.

"Hmmmpphhhh!" desahnya saat bibir dan lidahku menjelajahi puncak gunung kembarnya itu. Tangannya menjambak rambutku dengan lembut sambil mendorong kepalaku ke arah selangkangannya.

"Cium seperti elu mencium bibir gue tadi, Jerry!"

Kuciumi perlahan gumpalan daging yang ditumbuhi rambut tipis itu. Bau wanginya langsung membuatku menggila. Daging dilipatan itu lebih lembut rasanya dari bibir Nona Vanessa. Kubenamkan mulutku disitu sambil menggerakkan lidahku tanpa henti disana.

"Ahhhhh Mppphhhh!" desah nona Vanessa berulang-ulang sambil meremas rambutku. Tiba-tiba kedua pahanya menjepit kepalaku yang terbenam disana. "Jerrrry, Gue dapetttt sayang! Ougghhh!" teriaknya histeris.

Ponsel nona Vanessa berdering. "Damn! Kenapa juga papa telpon saat-saat begini sih?" katanya kesal lalu menerima panggilan itu.

"Haloo pa! Ada apa?"

"Om Heru kenalan papa meninggal, besok pagi jam 7 kamu harus mewakili papa menghadiri pemakamannya. Bye!"

Saat kudengar nama Heru disebut Tn. Bram nafsuku seketika hilang. Aku lalu berjalan kembali ke arah sofa dan mengenakan kembali Boxerku dan mantelku.

"Jerry, kita belum selesai!"

"Kita sudah selesai, Nona! Kembalilah tidur, besok pagi kita harus ke Jakarta!"

...****************...

Aku diam sepanjang perjalanan dari Bandung ke Jakarta, dan setelah pemakaman selesai aku tetap diam saat perjalanan pulang ke Bandung.

"Apa hubungan Tn. Bram dengan Heru?" batinku.

"Edo, tolong elu belikan kopi!" kata nona Vanessa di peristirahatan tol. Saat Edo kembali membawakan pesanannya.

"Edo, Elu diluar dulu sampai gue panggil. Ada yang perlu gue omongin dengan Jerry!" katanya lagi.

Nona Vanessa masih terdiam saat edo sudah berlalu dari mobil.

"Kenapa elu dari berangkat tadi diem aja, Jerry?"

"Tidak apa-apa, nona!"

"Klo kita sedang berdua cukup elu panggil nama gue, Jerry!"

"Maaf nona, tidak pantas jika saya memanggil langsung nama anda!"

"APA TADI MALAM KITA JUGA MELAKUKAN HAL YANG PANTAS DILAKUKAN ATASAN DAN BAWAHAN!" Bentaknya dengan mata melotot kearahku.

Aku terdiam mendengar kata-katanya tentang kejadian tadi malam.

"Maaf nona, kejadian seperti semalam tidak akan terulang lagi. Saya janji, nona!"

"Cihh, Jangan munafik, Jerry. Kejadian semalam pasti akan terulang lagi dan lagi!"

"Saya akan resign, nona Vanessa!"

"Apa??? Resign??? Kenapa elu sampai berpikir kesitu?"

"Saya berpikir pekerjaan saya sudah tidak profesional lagi. Aturan yang ada sering saya langgar, nona!"

"KLO ELU SAMPAI RESIGN, AKAN GUE ADUKAN LU KE PAPA. KLO ELU UDAH NGELECEHIN GUE, NGERTI?"

Aku terdiam mematung dibangku depan.

...****************...

"CARI PEMBUNUH HERU SAMPAI KETEMU!" Ujar Gino dengan nada penuh emosi pada kedua rekannya Eros dan Ardi.

"Akan kami selidiki, Boss! Tapi ini perbuatan pembunuh pro! Harap bersabar, Boss!" Jawab Eros.

"Musuh Heru lumayan banyak, Ros! Bagaimana kita mencarinya? Ini seperti mencari jarum ditumpukkan jerami!" Dengus Ardi sambil meludah ke tanah.

"Tetap kita cari, sampai Boss Gino datang 3 minggu lagi dari Amerika," lanjut Eros sambil menepuk pundak sahabatnya.

...****************...

"Duduk Jerry!" Ujar Tn. Bram sambil bersandar dikursi di ruang kerjanya yang mewah.

Dua pengawal pribadinya lalu meninggalkan kami berdua.

"Kamu lihat baik-baik wajah 2 pria di foto itu, Jerry," ujar Tn. Bram sambil menyedot dalam-dalam cerutunya. Tatapanku dingin saat melihat foto itu. Kutahan gejolak hatiku saat melihat 2 pria difoto itu. Itu foto Eros dan Ardi!

"Bunuh mereka berdua! Untuk sementara kubebas tugaskan kamu dari tugas mengawal Vanessa mulai nanti malam!"

"Tuan apa boleh saya mengajukan resign setelah melakukan pekerjaan ini?"

"Apa kamu merasa tidak nyaman bekerja disini, Jerry? Kamu adalah satu-satunya pengawal terlama yang pernah mengawal Vanessa. Tapi baiklah, Jerry! Jika setelah pekerjaan ini kamu ingin resign, aku tak bisa memaksamu untuk tetap mengawal Vanessa, aku memberimu ijin untuk resign!"

"Dan jangan lupa berpamitan pada Vanessa sebelum kamu pergi, Jerry!"

"Baik tuan!"

Aku pamit sambil membawa tas yang sudah disiapkan Tn. Bram yang berisi uang itu.

Malam itu aku segera membereskan barang-barangku. Sebelum pergi meninggalkan rumah itu, aku mencari nona Vanessa untuk berpamitan.

2 pengawal yang mengantarkanku langsung pergi begitu melihat tanda lambaian tangan dari nona Vanessa.

"Lu habis dipanggil papa ya? Gue tadi nyari elu, Jerry!"

"Nona, saya kesini untuk berpamitan."

"APA??? BERPAMITAN??? APA ELU SUDAH BOSAN HIDUP, JERRY?!"

"Tuan Bram sudah memberikan ijin, Nona! Maafkan saya!"

"JERRY!!!"

"Saya pamit! Permisi Nona Vanessa!"

Kuacuhkan teriakkannya dengan mempercepat langkahku meninggalkan rumah mewah itu.

Kugeber dan kularikan sepeda motor Trail dengan kencang keluar dari halaman rumah mewah itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!