JERRY LE CHASSEUR(SANG PEMBURU)

JERRY LE CHASSEUR(SANG PEMBURU)

Bab 1

"Ayo Jerry! Jangan berhenti kita harus terus berlari!" Kata Matilda sambil terus berlari menggandeng tangan Jerry keponakannya yang masih berumur 10 tahun itu. Jerry berlari mengikuti bibinya sambil menyeka matanya yang basah. Terbayang pemandangan saat mayat papa dan mamanya diseret oleh beberapa orang yang dikenal Jerry sebagai teman papanya itu. Pemandangan malam itu tidak akan pernah hilang seumur hidup dari ingatannya. Untunglah kemarin malam Jerry menginap di rumah bibinya. Jika tidak, mungkin Jerry sudah tinggal nama saja malam itu.

"Sedikit lagi Jerry! Sedikit lagi kita sampai!" Kata bibinya dengan nafas terengah-engah.

Lalu sampailah mereka di sebuah rumah tak terawat. Rumah itu terlihat menyeramkan karena rumah itu terlihat gelap gulita. Mereka berdua menyelinap kebelakang rumah dengan menggeser papan yang mengelilingi halaman belakang rumah.

"Tok! Tok! Tok! Hector! Hector, kamu didalam?" Panggil Matilda memanggil paman Hector sambil mengetuk keras pintu belakang rumahnya.

Pintu itu terbuka dan muncullah pria paruh baya berumur 45 tahun bertubuh kekar dalam kondisi mabuk. Matilda menggandeng tangan Jerry memasuki rumah itu.

"Ada apa kau malam-malam datang ke rumahku?" Ujar Hector sambil menghempaskan pantatnya di sofa yang sudah reyot. Tangis Matilda akhirnya pecah saat memeluk Jerry yang menangis terisak tanpa suara.

"Joni dan Rosa sudah meninggal, Hec! Mereka dibunuh Gino dan gengnya!" Jawab Matilda sambil menangis. Hector terdiam begitu mendengar kata-kata Matilda.

"AKAN KUBUNUH MEREKA SEMUA!!!" Ujar Hector dengan langkah terhuyung-huyung sambil membuka lemari tempat ia menyembunyikan senjatanya.

"STOP HECTOR! KAMU MABUK! JANGAN BERBUAT KEKONYOLAN LAGI!" Ujar Matilda sambil menarik tangan kekar Hector yang sudah mengambil senapan Shotgun dari lemarinya.

"Tolong, bawalah Jerry pergi jauh dari sini! Selamatkan dia! Kalau kawanan itu sampai menemukan Jerry, dia akan dibunuh juga seperti orang tuanya!" Lanjut Matilda lagi sambil menangis dan memegang lengan Hector. Hector memandangi Jerry masih menangis tanpa suara. Hector dan Matilda lalu mengobrol di dapur. Jerry masih menangis sambil bersandar ditembok dan memeluk kedua kakinya.

"Baiklah, akan kubawa Jerry pergi jauh dari sini!"

"Semua uang Jerry dan keperluanmu akan kukirimkan ke rekeningmu besok, tolong rawat Jerry baik-baik!"

9 Tahun kemudian...

Jerry sedang fokus membidik sasarannya dari jarak 1000 meter, sasarannya saat itu adalah seekor kambing yang lehernya diberi tanda silang oleh paman Hector. Jerry menahan nafas ketika jari telunjuknya menekan pelatuk AWM Lapua miliknya.

"Duaaaaarr!"

Peluru melesat secepat kilat ke arah leher kambing malang itu. Leher kambing yang sudah ditandai itu nyaris putus saat peluru itu merobek lehernya.

"Bagus, Jerry!" Kata Hector memuji Jerry lewat Handy talkie milik Jerry.

"Waktumu turun dari situ 20 menit dari sekarang!" Ujar Hector lagi. Jerry dengan tangkas mempreteli senapan sniper miliknya, tidak sampai 2 menit Senapan Itu sudah masuk didalam tas milik Jerry. Jerry berlari menuruni bukit terjal dan kemudian turun menggunakan Descender yang sudah dipasangnya pada tali prusik yang telah dipasangnya ketika dia mendaki bukit itu tadi. Setelah turun dari menggunakan descender Jerry melanjutkan larinya menuju tempat pamannya berdiri menunggunya. Diliriknya jam tangannya, sisa waktu 9 menit. Jerry berlari melesat dan melewati pamannya yang menatap stopwatch ditangannya. "12 menit!!!" Ujar pamannya tersenyum.

"Ayo kita makan dulu, aku sudah lapar!" Kata Hector sambil memanggul kambing yang ditembak Jerry tadi dipundaknya.

Hector menatap Jerry yang sedang makan didepannya. Pemuda yatim piatu ini tumbuh menjadi seorang pemuda yang tangguh. Wajah tampan dengan tubuh tegap dan kekar sangat mirip dengan almarhum papanya. Matanya yang coklat muda mengingatkan Hector pada mendiang Rosa ibunya. Hari ini tepat 9 tahun, semenjak ia dan Jerry melarikan diri dari Jakarta menuju kota Jayapura. Ia ajarkan seluruh keahliannya pada Jerry. Keahlian saat ia masih bergabung menjadi pasukan Elite Denjaka. Kemampuan bela diri jarak dekat, menembak, survival dan pengintaian sudah diajarkan pada Jerry.

"Jerry, sudah waktunya kamu untuk menguji kemampuanmu. Pergilah ketempat ini, sebutkan namaku saat kau bertemu dengannya!" ujar Hector sambil melemparkan sebuah kartu nama pada Jerry.

"Baik, paman!" Jawab Jerry sambil menyimpan kartu nama itu.

"Sebelum kau membalas dendammu, kau harus melatih instingmu dan membeli peralatan baru. 1-2 tahun harusnya itu waktu yang cukup untuk mempersiapkan semua."

"Siap, paman!" Jawabnya singkat.

3 hari kemudian berangkatlah Jerry dengan menggunakan kapal laut dari pelabuhan Depapre Jayapura menuju Jakarta.

Saat tiba di Jakarta, Jerry segera menuju ke alamat kartu nama yang diberikan pamannya. Taksi yang mengantarkannya sudah membawanya ke sebuah rumah mewah di bilangan Pondok Indah. Rumah mewah itu dijaga puluhan pria bertubuh tegap.

"Bisa saya bertemu dengan ibu Linda? Saya dikirim pak Hector," kata Jerry kepada penjaga rumah itu.

"Sebentar!" Jawab pria itu sambil berbicara dengan seorang wanita di intercom.

Seseorang pria berlari dari dalam rumah dan menghampiriku.

"Ayo, ikut dengan saya," kata pria itu dengan ekspresi datar.

Aku diantar ke teras di depan rumah.

"Tinggalkan barang-barangmu disini!" Serunya padaku.

"Barang-barang ini tetap akan saya bawa!" Tegasku.

"TINGGALKAN BARANGMU DISINI!" Bentaknya padaku sambil berkacak pinggang.

"KLO BARANG-BARANG INI HILANG. KAMU MAU TANGGUNG JAWAB!" Balasku membentaknya.

"Ada apa ini?! Siapa kamu?" Tanya wanita cantik berumur 35 tahunan itu pada pria itu dan aku.

Pria itu menjelaskan pada wanita itu tentang permasalahan kami.

"Kamu yang dikirim Hector?"

"Iya, bu! Saya Jerry Manopo."

"Tinggalkan kami, Hari!" ujar wanita itu pada pria yang mengantarku. Pria itu pun meninggalkan kami.

Setelah memperkenalkan diri, wanita itu menjelaskan pekerjaan yang akan aku kerjakan. Yaitu mengawal klien-kliennya yang kebanyakan pejabat dan orang-orang penting. 2 minggu ini aku akan melalui tes untuk memastikan kemampuanku sesuai dengan standar yang mereka mau.

2 minggu pun berlalu, dan seluruh tes kulalui dengan baik. tinggal menunggu penempatanku akan ditugaskan dimana.

"Jerry, bawa barang-barangmu juga. Kamu ditunggu bos di ruang depan!" Kata pak Totok memanggilku dikamar.

Setelah berganti pakaian dan menerima peralatan, seperti earpiece, pistol, rompi anti peluru dan Smart phone dari bu Linda, aku pun berangkat menaiki mobil yang sudah menjemputku.

"Kita ke Bandung, bro?" Tanyaku pada sopir itu. Dia hanya menganggukkan kepala tanpa menoleh kearahku.

"Mas, kerja begini sudah lama? Apa tidak sayang umur?" Tanya supir yang bernama Edo itu sambil tersenyum.

"Lumayan lama, Do. Maksudnya tidak sayang umur apa ya, bro?" Balasku balik bertanya.

"Tampang Mas Jerry Ganteng, gak seperti pengawal ibu yang sebelum-sebelumnya. Lebih cocok jadi Artis mas, timbang kerja seperti ini! banyak bahayanya!"

"Saya ini orang susah, Do! Disyukuri saja selama masih ada pekerjaan!"

Terpopuler

Comments

Izhar Assakar

Izhar Assakar

menghampiri jerry,,bukan menghamliriku,,,emangnya kau thooor yg mnjadi mc di cerita ini,,,,???

2024-01-05

0

Nurharis Malawi20

Nurharis Malawi20

semngat thor🍻

2023-09-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!