Bab 4

Dimalam yang sesunyi ini

Aku sendiri tiada yang menemani

Akhirnya kini ku sadari

Dia telah pergi tinggalkan diriku

Adakah semua kan terulang

Kisah cintaku yang seperti dulu

Hanya dirimu yang ku cinta dan ku kenang

Didalam hatiku takkan pernah hilang

Bayangan dirimu untuk selamanya

Mengapa terjadi kepada dirimu

Aku tak percara kau telah tiada

Haruskah ku pergi tinggalkan dunia

Agar aku dapat berjumpa denganmu

Dokkk! Dokkk! Dokkk! Dookkk! Terdengar keras suara gedoran di pintuku. Aku yang sedang mendengarkan lagu untuk mengenang kedua orang tuaku di kamar melompat kesal sambil berlari kearah pintu.

"APALAGI SIH, DOO!" Teriakku saat membuka pintu kamarku.

Ternyata yang menggedor pintuku adalah nona Vanessa! Dia sedang menatap tubuhku yang bertelanjang dada sambil melotot.

"Maaf Nona, saya pikir Edo," jawabku bingung.

"Cepat ganti bajumu! Antarkan gue sekarang!" ujarnya sambil berlalu dari depan pintu.

Aku segera memakai kemeja dan celana serta perlengkapan lain seperti yang biasa kupakai saat mengawal nona Vanessa.

"Elu yang setir, Edo libur hari ini!"

"Siap nona!"

"Kemana nona mau diantar?"

"Ke Klub biasanya!" jawabnya ketus.

"Sial! Apa dia lupa klo hari ini aku masih libur?" batinku kesal. Kuintip spion tengah sekilas. Mata nona Vanessa menatap tajam kearahku. Kusapukan lagi pandanganku pada spion itu saat ada cahaya yang memantul di spion tengah. Ternyata matanya masih menatapku dengan tajam.

Kubukakan pintu belakang mobil untuk nona Vanessa. Dia sedang mengulas bedak dan lipstik. Cukup lama dia berkaca di cermin kecilnya. Aku sempat kesal dibuatnya, sampai akhirnya dia keluar juga dari mobil. Kuikuti langkahnya dari belakang.

"Sabar Jerry, tahan 4 bulan lagi!" batinku dalam hati. Aku mengikuti nona besarku itu menuju ke ruangan VVIP seperti biasanya.

"Jerry! Temanin gue minum!" katanya tanpa menoleh.

"ELU TULI YA, JERRY?!" bentaknya padaku

"Maaf nona, malam ini saya tidak bisa menemani minum. Saya harus menyetir mobil untuk nona!" jawabku dengan nada datar.

"ELU SEKARANG SUDAH MULAI BERANI NGEBANTAH GUE, JERRY?"

"Maaf nona! Malam ini saya tidak bisa minum menemani nona!"

Nona Vanessa berdiri lalu berjalan ke arahku dan menamparku dengan keras.

"Plaaaakkk! Plaaakkkk!"

Wajahku tidak bergeming. Untuk ukuran tamparan seorang wanita tamparannya lumayan keras.

"Maaf nona!"

"Plaaakkk! Plaakkk!"

"Maafkan saya nona!"

"Plaaakkk!"

Kutangkap tangannya saat hendak menampar wajahku sekali lagi. Kutatap tajam matanya yang tampak kesal padaku malam itu.

"Apa yang membuat nona menampar saya berkali-kali malam ini?" Ujarku dengan suara bergetar.

"Apa salah saya nona Vanessa?"

Kutatap lagi matanya dalam-dalam dan tajam, hatiku mendadak panas karena diperlakukan seperti itu olehnya.

Tatapan mata kami beradu. Akhirnya dia menundukkan kepalanya.

"Maaf! Entah kenapa hari ini semua orang membuat gue kesal! Apa lagi lagu mellow yang tadi lu putar dikamar tadi!" Katanya sambil kembali duduk disofa.

"Lagu mellow? Sialan, itu lagu kenangan papa dan mamaku!" gerutuku dalam hati.

Aku kembali ke tempatku berdiri sebelumnya.

Kulihat dia mulai minum. Kubiarkan dia minum sendiri.

"Semakin cepat nona mabuk, semakin cepat kami pulang!" batinku dalam hati.

Nona Vanessa berlari kearah kamar mandi. Kucoba membuka pintu kamar mandi itu. Ternyata pintu itu dikunci. Kulepas blazerku dan kubanting ke atas sofa. "Fuuckkkkk!" Makiku dalam hati. Terdengar suaranya sedang muntah.

"Huuekkkkk byoooor!" berulang kali. Tiba-tiba ponselku berdering. Kuterima panggilan dari Edo itu.

"LU LIBUR KAGAK NGOMONG-NGOMONG, DO?" Hardikku pada Edo.

"Libur??? Siapa yang libur? Aku disuruh Nyonya beli martabak, Jerry. Saat aku pulang mobil sudah gak ada! Aku..."

Kumatikan power ponselku.

Kugedor pintu kamar mandi itu. Pintu itu tetap tidak terbuka.

"Nona, maaf saya harus mendobrak pintu ini!" teriakku padanya.

Kudobrak pintu itu hingga terbuka. Ternyata nona Vanessa sedang menangis sambil memeluk kedua lututnya. Tidak ada bekas muntah di closed. Aku berjongkok didepannya.

"Nona, kita pulang sekarang."

"Gue gak mau pulang!"

"Saya jemput Edo! Edo sekarang sudah ada di rumah!

"EDO! LU BURUAN KE KLUB! SEKARANG!" Ujarnya menelpon lalu melempar ponsel.

Tak lama kemudian datanglah Edo. Kubukakan pintu ruangan itu.

"Kamu lanjut aja bro. Aku cuma ngambil kunci mobil, bro!" kata Edo kemudian bergegas pergi dari situ. Kubantu nona Vanessa berdiri dan berjalan menuju meja besar di ruangan itu.

"Temanin gue minum malam ini, Jerry!"

"Gue pengen minum sampe mabok!"

Malam itu aku menemaninya minum. Aku benar-benar mabuk, jangankan untuk melangkahkan kakiku merasakan kakiku menginjak tanah saja aku tak bisa. Bahkan untuk membuka mataku saja aku sudah tak kuat. kepalaku rasanya berputar-putar. Aku berusaha untuk berdiri, tapi aku terjatuh lagi. Aku merangkak ke kamar mandi dengan sisa tenaga yang aku punya, aku akhirnya hanya bisa merangkak sampai pintu kamar mandi. Kuambil botol kecil di kantung kecil rompi kevlarku. Kutuang perlahan bubuk putih itu dipunggung tanganku. Lalu cepat kuhirup bubuk putih itu untuk menyadarkanku dari rasa mabuk. Setelah kuhirup bubuk putih itu, kepalaku rasanya seperti ditusuk ribuan jarum. Aku terdiam sambil bersandar didepan pintu kamar mandi. Mataku masih terpejam. Pelan-pelan kubuka mataku. Pandanganku sudah kembali normal. Tapi tenagaku belum kembali seutuhnya. Dengan langkah sempoyongan aku mencoba mengangkat tubuh bosku yang terkulai lemah dikarpet. Aku menindih tubuh seksi bosku sambil tertawa. Wajahku diatas dada putihnya yang menantang itu. Saat itu kurasakan gumpalan ototku dibawah sana sedang menggeliat hebat. Rasa ini baru pertama kali kualami. Gumpalan ototku biasa mengeliat seperti itu saat pagi hari ketika bangun tidur. Tapi rasanya tidak seperti malam itu. Malam itu rasanya berbeda. Biasanya setelah menghirup bubuk putih itu aku akan sadar sepenuhnya dari mabuk. Tapi malam ini ada dorongan lain. Gumpalan otot itu makin menegang saat kaki nona Vanessa bergerak menggosok ototku itu. Tanganku mencengkram kakinya yang bergerak perlahan menggosok-gosok ototku. ini pengalaman pertamaku berdekatan dengan wanita dengan jarak sedekat ini. Mataku dan matanya saling bertatapan. Darahku berdesir dari ujung kepala ke ujung kakiku.

"Liat apa lu?!" Tegurnya ketika mataku memandangi dadanya yang sedang turun naik didepanku.

"Maaf nona! Saya mabuk!" jawabku sambil melepaskan cengkraman tanganku dari paha mulusnya.

Perlahan aku mencoba berdiri dan kemudian kubantu nona Vanessa dengan susah payah untuk duduk di sofa.

Nona Vanessa memandangiku yang berdiri disebelahnya. Kutundukkan pandanganku. Aku tak berani menatap matanya.

"Sudah jam 01.30, Ayo kita keluar!"

"Bbaik nona!"

"Maaf nona!" kataku sambil melingkarkan tanganku ke bahunya. Jalannya masih sempoyongan, kupeluk tubuhnya sambil berjalan menuju mobil. Edo yang sedang merokok, segera membuang rokoknya saat melihat kami dan membukakan pintu belakang untuk nona Vanessa. Kubimbing dia memasuki mobil.

"Ayo kita pulang, Edo!" kataku saat sudah diduduk di dalam mobil.

"Siap, bro!"

"Ke Papandayan Hotel, Edo!"

Aku dan Edo saling berpandang-pandangan. Edo mengangguk menuruti Tuannya. Aku duduk bersandar dijok mobil sambil memijat-mijat keningku.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!