"Linda, apa pengawal pribadi untuk putriku sudah kau kirim?" Tanya Tn. Bram pada Linda, bos pengadaan pengawalan kepercayaannya.
"Sudah saya kirim, dan tadi dijemput sendiri oleh sopir pribadi putri bos Bram. Mereka dalam perjalanan menuju Puncak."
"Kirim file lengkap tentang pengawal itu kepadaku, Sekarang!" ujar Bram lalu menutup teleponnya.
"LINDA!APA KAMU SUDAH GILA? APA KAMU INGIN MEMBUAT PUTRIKU MENYUSUL ALMARHUM SUAMINYA?!" Bentak Tn. Bram marah setelah menerima file lengkap Jerry yang dikirimkan bu Linda.
"SAYA SUDAH KIRIMKAN TENAGA PENGAMANAN YANG TERBAIK YANG KAMI PUNYA! JIKA TUAN RAGU, AKAN SAYA TARIK KEMBALI ANAK BUAH SAYA. DAN SILAKAN TUAN PESAN TENAGA PENGAMANAN DI TEMPAT YANG MENYEBABKAN MENANTU TUAN MENINGGAL!" balas Linda tidak kalah sengit.
Tn. Bram yang kehabisan kata-kata lalu menutup teleponnya kembali.
"FUCCCK!!!BRAAKK!!!" ujarnya sambil memukul meja dengan kesal.
Tn. Bram kembali teringat akan kematian menantu kesayangannya yang diculik dan dibunuh beberapa bulan yang lalu. Menantunya dan ketiga pengawalnya diculik kemudian dibantai oleh sekelompok orang di rumah peristirahatannya di Bandung.
****************
Jerry diantar Edo masuk ke dalam rumah yang mewah itu, Seorang wanita muda yang cantik sedang duduk menunggunya. 5 orang pria bertubuh besar dan kekar berdiri di belakangnya.
"SERANG DIA!" kata wanita itu. Lima orang pria itu lalu menyebar dan mulai menyerang Jerry dengan pukulan dan tendangan keras. Jerry dengan gesit menghindar sambil membalas pukulan dan tendangan mereka. Jerry menangkis pukulan seorang pria dan menunjukkan teknik bantingannya. Orang itu melesat kearah guci besar di pojok ruangan.
"Praaaanggggg!"
Guci besar itu hancur berkeping-keping saat tertimpa tubuh pria itu.
"CUKUP! STOP!" Ujar wanita itu sambil mengangkat tangannya.
Dua pria lalu menolong teman mereka yang terbang ke arah guci tadi dan membopong tubuhnya.
"Maaf Jerry, saya harus melakukan tes ini kepadamu, untuk sementara rupanya kamu cukup layak menjadi bodyguardku," ujar wanita itu sambil mempersilakanku duduk.
"Tidak apa, Nyonya!" Jawabku sambil tertunduk setelah menatapnya.
"Koko, siapkan kamar untuk Jerry untuk beristirahat!"
"Siap Nyonya!" jawab Koko lalu berlalu.
"Jerry, beristirahatlah. Nanti sore kamu akan saya ajak menemui Papa Bram!"
"Baik. Terima kasih, Nyonya!" Jawabku sambil memberi hormat kepadanya.
Aku membongkar isi tasku saat sampai dikamarku. Kukeluarkan semua peralatanku, dan kupersiapkan peralatanku untuk keperluanku sore nanti.
Kuaktifkan gadget dari bu Linda, Smartphone itu ternyata berfungsi juga sebagai GPS untuk melacak keberadaanku.
"Mas Jerry, segera kedepan. Nyonya 30 menit lagi akan berangkat!" ujar Edo memberitahuku untuk bersiap-siap.
...****************...
Nyonya Vanessa menanyaiku dengan macam-macam pertanyaan. Dan ternyata paman Hector dulu pernah bekerja menjadi pengawal pribadi Tn Abraham atau lebih dikenal sebagai Tn. Bram.
"Jadi Hector itu pamanmu? Hmmmm, ternyata kamu bukan orang lain, Jerry. Bagaimana kabar pamanmu itu sekarang?"
"Beliau baik-baik saja, Nyonya!" jawabku singkat.
"Edo, kita tampaknya sedang diikuti!" ujarku sambil mengawasi spion disebelah kiriku. Terlihat 2 mobil sedang hitam beriringan menyalip mobil yang baru kami dahului.
Kusuruh Edo untuk keluar dari jalan tol itu dan kemudian masuk kembali ke jalan tol untuk memastikan jika kami memang diikuti. Edo mengangguk, dan mengambil lajur kiri untuk keluar dari jalan tol. Nyonya Vanessa menoleh kebelakang sebentar. Aku keluarkan pistol Desert Eagleku saat Edo memutar balik mobilnya untuk kembali masuk ke jalan tol. Kedua mobil hitam dibelakangku itu pun memutar balik.
Kupasang peredam dipistolku. Dengan bantuan spion mobil, kuarahkan moncong pistolku. "Duuubsss! Duuubsss!" mobil hitam di belakangku berbelok kearah kanan dengan tiba-tiba dan menabrak mobil hitam lainnya yang mengikuti kami. Karena jaraknya berdekatan mobil hitam lainnya itu tidak sempat menghindar.
"Mantap mas Jerry!" puji Edo sambil mengintip spion tengah ketika kedua mobil hitam itu bertabrakkan.
"Edo, kita ke gudang di Pengalengan, papa sedang disana," Ujar Nyonya Vanessa.
"Baik, Nyonya!"
...****************...
Mobil yang kami kendarai masuk ke gerbang sebuah pabrik yang sudah tidak terpakai. Dua orang pria berwajah sangar membukakan pintu pagar untuk kami.
Nyonya Vanessa berjalan didepanku menuju sebuah gudang. Di depan gudang itu terparkir 3 buah mobil mewah. Dua orang penjaga bertubuh tegap membungkukkan badannya saat melihat Nyonya Vanessa berjalan mendekat ke arah pintu. Salah satu penjaga itu membukakan pintu. Saat dia dan aku memasuki pintu itu. Terdengar suara erangan dan pukulan bergantian.
"Arrggghhhh!" "Buuukkkk! Bukkkkkk!"
Demikian suara itu terdengar ditelingaku silih berganti. Saat kami memasuki sebuah pintu lagi. Tampaklah seorang pria dengan wajah babak belur dengan kedua tangannya terikat tergantung pada seutas tali. Tampak 6 orang mengelilingi pria itu dan seorang pria berumur 50 tahunan sedang berdiri didepan pria yang terikat itu dengan tangan berlumuran darah.
"Masih belum mengaku juga, Pa?" kata Vanessa kepada papanya.
"Bajingan ini kuat juga, Vanessa! Sudah 1 jam papa pukuli, dia masih belum mengaku juga!"
Kulihat kondisi pria yang disiksa itu ternyata sudah pingsan.
"Bagaimana dia mau mengaku klo pingsan begitu!" Batinku dalam hati.
Lalu salah satu orang menyiram air ke tubuh pria malang itu. Tapi pria itu tetap tidak bergerak.
"Sepertinya dia pingsan, bos!"
ujar pria bertubuh kekar yang menyiram air tadi setelah memeriksa keadaan pria yang terikat itu.
Pria itu disiram lagi. Tapi pria itu tetap tidak sadar.
"Bunuh saja, sepertinya dia sudah tidak berguna lagi!" ujar Tn. Bram sambil mendengus marah.
"Nyonya, boleh saya mencoba membangunkannya?" bisikku pada Nyonya Vanessa yang berdiri disampingku.
"Papa, biarkan Jerry mencoba membuka mulutnya!" ujar Vanessa pada papanya yang sudah mengeluarkan pistol Glock dari balik jasnya.
Kukeluarkan suntikan adrenalin yang selalu kubawa dari tasku. Kusuntikan cairan itu kebatang lehernya. Tidak sampai 5 menit, pria itu sudah sadar dan berteriak-teriak meminta tolong. Kemudian Tn. Bram menarik bahuku dan kembali menanyai pria itu, dan pria itu akhirnya mengaku dan menyebutkan nama-nama orang yang menyuruhnya.
"Vanessa, Jerry! Ayo kita pergi dari sini!" ajak Tn. Bram sambil melangkahkan kakinya keluar dari gudang itu.
...****************...
Tn. Bram menatapku dengan tatapan tajam, Dia memandangiku sambil menelpon seseorang.
"Hector, apakah benar bocah didepanku ini adalah keponakanmu?" Kata Tn. Bram sambil mengarahkan camera ponselnya kearah wajahku.
"Ya, Tuan! Apakah dia sudah berbuat kesalahan? Jika iya. Potong saja jarinya! Hahahaha!" Jawab Paman Hector sambil tertawa.
"Ok, nanti kamu akan kuhubungi lagi. Bye!"
Tn. Bram tersenyum. Tatapannya tak sebengis tadi.
"Berapa lama kamu akan bekerja untukku, Jerry?"
"1 tahun, Tuan. Setelah itu saya sudah ada kontrak kerja di lain tempat, Tuan!"
"Baiklah, jaga baik-baik putriku!"
"Siap Tuan!"
Malam itu aku menghubungi Jared, kenalan paman Hector yang merupakan seorang pedagang di pasar gelap. Aku memesan beberapa barang padanya. Setelah membayar dan memberikan alamat pengiriman barang. Aku bersiap untuk tidur. Saat itu sudah pukul jam 22.20.
"Mas Jerry! Dokk! Dokk! Bangun mas!" terdengar suara Edo memanggilku dari luar kamar.
Kubuka pintu kamarku.
"Ada apa, Do?"
"Nyonya minta antar, pake baju cepetan!"
"10 Menit, Do!" Jawabku sambil melompat dari ranjangku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Izhar Assakar
sdah kgk minat lgi bc novel yg dialognya pake "aku,ku",,,seolah oleh itu kau thor yg bermain,,,kau pemula ya thooorr,,klo pemula tolong banyakin baca novel orang lain biar bisa mnjadi reperensi buat novel m,bagai mna membuat dialog tanpa harus memakai sudut pandang pertama(author),,,
2024-01-05
0