Gumintang Kunang-Kunang melakukan perjalanan untuk menyebarkan kebenaran dan kebaikan serta menyeimbangkan segala unsur alam semesta yang berasal dari energi Aegir. Ia akhirnya menemukan sebuah goa yang begitu besar, yang kemudian dinamainya Goa Dimala. Di dalam goa tersebut, Gumintang merasa dikelilingi oleh energi yang luar biasa dan ia bertanya dalam hati, "Apakah ada sesuatu di dalamnya?"
Dari berbagai sudut, Gumintang menggunakan kekuatannya untuk menetralisirkan Goa Dimala. Cahaya putih dari telapak tangannya menerangi goa dan sekitarnya. Gumintang merasa kagum dengan goa tersebut dan berdoa, "Goa Dimala, engkau adalah tempat yang membuat hatiku nyaman. Semoga engkau senantiasa bahagia sebagai anugerah kehadiranmu di alam semesta ini."
Setelah merenung di goa itu, Gumintang merasa tenang. Cahaya pada dirinya semakin terang, menandakan waktu dalam satu hari akan berlalu. "Aku akan pergi menuju pusat Aegir. Jagalah dirimu baik-baik, Goa Dimala," ucap Gumintang sebelum berangkat menuju pusat Aegir.
Pusat Aegir adalah tingkatan utama dari alam semesta, hanya yang memiliki energi utama Aegir yang dapat memasukinya. Di antara koloni dan makhluk lain yang ada, Gumintang Kunang-Kunang memiliki energi utama Aegir Segara. Sesampainya di pusat Aegir, Gumintang melihat banyak cahaya seperti tali yang menghubungkan berbagai penjuru alam semesta. Salah satu yang menarik perhatiannya adalah bunga teratai di batas barat Negeri Segara, yang indah dan berkilauan dari ribuan bunga teratai.
"Wahai, Aegir Segara. Bisakah kau beritahu mengapa bunga teratai ini begitu terang?" tanya Gumintang begitu ia tiba di pusat Aegir, memandangi bunga teratai dengan penuh kagum.
"Apakah teratai begitu indah sehingga kau lupa menyapaku terlebih dahulu?" tanya Aegir Segara dengan senyumnya yang hangat.
(Gumintang menyapa dengan penuh hormat)
"Ya, Yang Mulia. Bunga teratai ini sungguh indah," jawab Gumintang sambil merendahkan kepala.
"Bunga teratai itu menandai batas barat dari Negeri Segara," kata Aegir Segara.
"Lalu, mengapa cahayanya begitu terang?" tanya Gumintang pada Aegir Segara.
"Karena Banes Kin’Yobi telah meletakkan kristal hitam di puncak sari bunga teratai tersebut," jawab Aegir Segara.
"Banes? Apakah dia berhasil mengendalikan kemarahannya, Aegir Segara?" tanya Gumintang, khawatir.
"Ia berhasil, nanti akan kutunjukkan kepadamu, Gunakanlah ketika Banes berhasil mencapai Dimala," kata Aegir Segara.
"Baiklah, Yang Mulia," kata Gumintang patuh.
"Aku ingin berkeliling untuk melihat pusat energi, apakah aku diperbolehkan, Aegir Segara?" tambah Gumintang bertanya.
"Tentu saja," jawab Aegir Segara dengan izin.
Cahaya yang bersumber dari pusat Aegir sangatlah menakjubkan, tempat ini begitu indah. Namun sayangnya, aku tak dapat menggambarkannya dengan mudah kepada mereka, karena kami harus mentaati aturan pusat Aegir.
Energi Misterius: Perjalanan Gumintang yang Baru
Dataran pusat Aegir memesona dengan cahaya-cahaya yang menyerupai gelembung-gelembung alam semesta yang mengirimkan energi ke seluruh jagat raya. Pusat Aegir menjadi indah berkat keberagaman cahaya yang terpusat di sini. Salah satunya adalah cahaya berpesan "Ordes Dih Aweyam," yang merupakan simbol keseimbangan negeri ini. Setiap gelembung memiliki tujuan masing-masing dan akan menghilang setelah mencapainya.
Untuk membuka pintu akses menuju area luar pusat Aegir, Gumintang mengucapkan mantra "Hoksam!!!" Suara gemuruh saat pintu terbuka disambut oleh kilauan cahaya yang memesona, menyinari perjalanannya melalui area tengah pusat Aegir.
Naik ke tingkat yang lebih tinggi, Gumintang disapa oleh burung belibis bercahaya bernama Renaka. Dia menawarkan tumpeng, namun Gumintang menolak dengan sopan, dan mereka berdua melanjutkan perjalanan.
Para penduduk pusat Aegir, yang dikenal sebagai putihnati, menyambut kedatangan Gumintang dengan ramah. Mereka melayani pusat Aegir dengan mulia, sebagaimana koloni di Negeri Segara.
Tiba-tiba datang sebuah bunga teratai ...
"Yang Agung, bisakah aku membantu?" tanya Lira, sebuah bunga teratai yang memesona.
"Hehehe ... kamu sungguh menawan, Lira. Aku akan mencobanya sendiri, terima kasih." Gumintang menjawab dengan senyum, sambil memandangi Lira yang melayang di sebelah anak tangga.
"Apa kamu ingin melihat sesuatu yang kutemui, Yang Agung?" tanya Lira.
"Apa itu, Lira?" tanya Gumintang.
"Apakah kamu mau mengikutiku?" ajak Lira, lalu menuntun Gumintang ke tempat yang dipenuhi aliran air.
"Wah, apa ini, Lira?" Gumintang bertanya sambil memandangi aliran air tersebut.
"Ini adalah kristal hitam dari Banes yang diletakkan di setiap puncak sari bunga teratai Negeri Segara, Yang Agung," jawab Lira.
"Air ini adalah bagian Banes Kin’Yobi. Aku akan menyampaikannya jika kamu berhasil menemuiku nanti di Dimala," kata Gumintang.
"Apakah kamu tahu air ini dinamai Enure oleh Yang Mulia? Oh iya, Yang Mulia akan memberikanmu Murtyaman di taman Aegir. Segeralah pergi ke sana, Yang Agung," kata Lira.
"Bolehkah aku mengambil sedikit Enure ini, Lira?" tanya Gumintang.
"Tentu saja." jawab Lira, lalu memercikkan Enure tersebut sehingga air berubah menjadi gelembung dan masuk ke tubuh Gumintang.
"Terima kasih, Lira. Aku akan pergi ke taman Aegir untuk menemui Aegir Segara," ucap Gumintang.
"Baiklah, Yang Agung," kata Lira sebelum terbang tinggi melanjutkan perjalanannya.
Gumintang menemukan Enure yang begitu indah hasil dari kombinasi Kin’Yobi dengan Aegir. "Energi Enure ini begitu luar biasa, membuat tubuhku menjadi sangat ringan," Gumintang berujar sambil melangkah menuju taman Aegir.
Rahasia Murtyaman yang Suci
Taman Aegir begitu indah, dan putihnati (para penduduk pusat Aegir) menyambut kedatangan Gumintang. Aegir Segara menunjukkan sebuah wadah suci kepadanya. "Kunang, lihatlah! Inilah yang ku sebut sebagai Murtyaman Yang Suci, gunakan ini ketika engkau bertemu dengan Kin’Yobi," kata Aegir Segara sambil menyerahkan Murtyaman Yang Suci, yang melayang mendekati Gumintang.
"Wahai, Aegir. Setelah Murtyaman ini selesai digunakan, apakah ia akan menghilang?" tanya Gumintang kepada Aegir Segara.
"Apapun itu, Kunang," jawab Aegir Segara.
"Lalu, apa tujuan dari Murtyaman ini?" tanya Gumintang.
"Ia diciptakan setelah Nuere dari tubuh Banes itu sendiri. Renaka mengubah air tersebut menjadi sebuah Murtyaman, sama halnya dengan Nuere yang menyegarkan dan menciptakan energi baru di tubuhmu, Kunang. Murtyaman akan kembali kepada penciptanya, yaitu Banes. Murtyaman ini akan membantunya mengendalikan dan meredam rasa marah dalam dirinya," kata Aegir Segara.
"Apakah Banes menyadari keberadaan Murtyaman ini?" tanya Gumintang.
"Apakah Banes menyadari bahwa Murtyaman adalah bagian dari tubuhnya? Tidak, Kunang," kata Aegir Segara.
"Cawan ini begitu indah, aku berharap Banes dapat segera menemuiku," kata Gumintang.
"Dia sedang menjalankan prosesnya, tiba saatnya, Banes Yang Kuat akan mampu menjaga Negeri Segara dan menyeimbangkan segala energi. Padahal, ia selalu merasa tidak berdaya dan malu akan cahaya hitam yang dimilikinya, padahal kegelapan juga berarti bagi alam semesta," kata Aegir Segara.
"Baiklah, aku akan menantinya, Aegir Segara," ucap Gumintang.
"Pergilah terlebih dahulu ke bunga teratai tempat kristal hitam itu berada, Kunang. Energimu sangat dibutuhkan untuk menyempurnakannya," kata Aegir Segara. Gumintang pun segera melanjutkan perjalanannya menuju bunga teratai tersebut, sesuai dengan petunjuk dari Aegir Segara.
Batas Pertahanan yang Dijaga: Keajaiban Bunga Teratai di Negeri Segara
Gumintang melihat gemerlap bunga teratai di tengah-tengah danau yang membatasi antara dataran tanah dengan samudera. Batas dataran Negeri Segara dipisahkan oleh Samudra yang luas, dan di sana terdapat bunga teratai besar dengan akarnya menjalar hingga ke dataran. Negeri Segara menjadi begitu harum dan indah karena dikelilingi oleh bunga-bunga teratai. "Penciptaanmu sungguh mulia, Wahai bunga teratai. Cahayamu begitu memesona, izinkan aku menyatukan cahayaku bersamamu," ujar Gumintang sambil menyentuh puncak sari bunga teratai di batas barat Negeri Segara.
"Wahai Yang Agung, terima kasih telah menyempurnakan energiku," ucap bunga teratai tersebut. Sebuah energi tersalurkan menuju cahaya yang mirip benang, mengalirkan ke beberapa bunga teratai di Negeri Segara. Gumintang kemudian meninggalkan bunga teratai tersebut dan kembali ke goa Dimala.
Rajas, yang tidak mengetahui keberadaan Gumintang di puncak sari bunga teratai di batas barat Negeri Segara, terkesima oleh energi dahsyat yang dirasakannya. "Apakah Banes sudah menemui Yang Agung?" tanya Rajas kepada Argogos.
"Belum, kita harus segera menjaga keseimbangan kristal ini agar tetap berada di puncak sari bunga teratai," kata Argogos kepada para Kin’Yobi. Koloni Kin’Yobi sibuk menjaga keseimbangan dan menahan kekuatan besar agar pertahanan tetap terjaga dengan sempurna.
Menjaga Keseimbangan: Petualangan dengan Energi Kin’Yobi
Energi Kin’Yobi masih belum mencapai kesempurnaan sebelum Murtyaman digunakan oleh Gumintang untuk membantu Banes menemukan keseimbangan antara energinya dan energi Aegir. Gumintang akhirnya memutuskan menggunakan kekuatan pikiran maya. Namun, walaupun menggunakan kekuatan pikiran maya, Gumintang tidak mengambil alih kendali Banes. Ia hanya membantu menyadarkan Banes yang sedang dikendalikan oleh rasa marah.
Di persemayaman Goa Dimala, Gumintang didekati oleh seekor singa hitam berbulu, bertaring, bermahkota, tubuh besar, dan mata merah. "Wahai Yang Agung, izinkan aku menjadi pelayanmu," sapanya.
"Siapakah dirimu?" tanya Gumintang mendekati singa tersebut. "Aku adalah Poram, Yang Agung, berasal dari pusat Aegir," jawab Poram.
"Poram, bagaimana kau bisa sampai di Goa Dimala?" tanya Gumintang.
"Aku melihatmu berjalan menaiki anak tangga, hatiku berkata untuk mengikutimu, Yang Agung," jawab Poram.
"Namun, dengan penampilanmu yang menyeramkan ini, apakah para makhluk tidak ketakutan?" tanya Gumintang.
"Aku akan datang ketika Yang Agung memanggilku," jawab Poram.
"Baiklah, Poram. Aku menerimamu sebagai pelayan sejati atas kehendak Aegir," kata Gumintang.
Sejak itu, Poram selalu setia mendampingi Gumintang di Goa Dimala, namun tidak akan menampakan diri kepada makhluk lain yang mungkin akan ketakutan. Hubungan antara putihnati dan koloni di dataran Negeri Segara memiliki dimensi yang sangat berbeda dan jauh. Untuk menghindari ketakutan, Poram bersedia menerima perintah Gumintang dengan setia.
Poram: Membuka Jalan Petualangan Gumintang
Pertemuan Poram dengan Gumintang di Goa Dimala terlihat oleh Aegir Segara. Sebelumnya, Poram telah melihat Gumintang berjalan-jalan di pusat Aegir, mulai dari area tengah, menaiki tangga menuju Enure, hingga taman Aegir.
"Siapakah dia?" tanya Poram kepada Renaka, seekor burung belibis putih yang cantik.
"Dia adalah Yang Agung," jawab Renaka.
"Aku sangat ingin melayaninya, hatiku berkata untuk mendekatinya," ucap Poram.
"Mengapa, Poram?" tanya Renaka.
"Energi Yang Agung sungguh membuatku menyadari tujuan penciptaanku di pusat Aegir, Renaka," jawab Poram.
"Temuilah Yang Agung, Poram," kata Renaka.
"Tidak. Tidak, Renaka. Dengan wujudku, aku membuatnya takut," kata Poram.
"Baiklah, aku akan mendekatinya dan bertanya apakah dia mau bantuanku," kata Renaka, lalu mendekati Gumintang.
Poram selalu mengamati Gumintang dari kejauhan, hingga akhirnya Lira, bunga teratai, menghampirinya.
"Wahai, Poram. Mengapa aku melihatmu seperti mengendap-endap mengamati Yang Agung?" tanya Lira.
"Aku hanya ingin melihat Yang Agung, Lira," jawab Poram.
"Mengapa kamu tidak mendekatinya?" tanya Lira.
"Dengan wujudku seperti ini?" tanya Poram.
"Kalau begitu, aku akan membawanya ke Eunere, agar ketika ia bertemu denganmu, Yang Agung tidak ketakutan," kata Lira.
"Bukankah Eunere hanyalah menetralisirkan energi, Lira?" tanya Poram.
"Iya, benar, tapi setidaknya dirimu tidak perlu khawatir lagi, Poram," jawab Lira. Padahal Eunere sebenarnya tidak memiliki pengaruh pada pertemuan Poram. Tetapi, karena kegelisahan Poram, Lira tidak enak hati dan meyakinkannya tentang Eunere. Eunere adalah energi baru yang dihasilkan dari kristal hitam Banes Kin’Yobi.
Selama perjalanan Gumintang menuju taman Aegir dan bunga teratai di batas barat Negeri Segara, Poram meminta izin kepada Orgages, para tetua putihnati, untuk mengikuti Gumintang keluar dari pusat Aegir.
"Wahai, Orgages. Bolehkah aku keluar menemani Yang Agung?" tanya Poram kepada Orgages yang duduk di singasana.
"Aku sudah mengetahui maksud dan tujuanmu, pergilah Poram," jawab Orgages.
"Terima kasih, Orgages," kata Poram.
"Berhati-hatilah dalam langkahmu, tubuhmu begitu besar. Jangan sampai makhluk di Negeri Segara mengetahui kehadiranmu," kata Orgages mengingatkan bahwa Poram masih menjadi putihnati, dan dia harus lebih berhati-hati terhadap bahaya yang mungkin membahayakan dirinya.
Arrrrr … Poram pun keluar meloncat dari area tengah mengikuti Gumintang menuju bunga teratai di batas barat Negeri Segara. Poram hanya mengawasi Gumintang dari kejauhan, begitu pula hingga dia sampai di Goa Dimala.
~ Catatan ~
Sebuah energi melahirkan kehidupan.
Gunakanlah sebaik-baiknya.
Capai tujuan sesuai dengan penciptaanmu.
Kehadiranmu pasti sangat berarti.
Bahkan sekecil biji kecambah.
Jagalah keseimbangan semesta dengan kebenaran dan kebaikan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Agas
thor buatin yang lebih seru lagi di novel berikutnya yaa wkwkk request ceritanya
2023-09-30
1
Vivi Z
ntah mau komen apalagi wkwk lovee kak
2023-09-27
2